Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Cuaca Buruk, Nelayan Tradisional di Banyuwangi Paceklik Tangkapan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

KALIPURO – Nelayan tradisional di Banyuwangi, memasuki musim paceklik sejak sepekan terakhir. Selain karena cuaca buruk, di musim migrasi ikan tuna ini mereka harus pulang melaut dengan tangan hampa.

Seorang nelayan Pantai Bulusan Utara, Kecamatan Kalipuro, Nahrowi (45) mengaku bahwa hasil tangkapannya semakin menurun. Entah karena faktor cuaca atau memang alur migrasi ikan berubah. Musim sebelumnya para nelayan banyak mendapatkan hasil yang memuaskan. Dalam satu hari mereka sanggup menaikkan ikan dengan berat lima hingga sepuluh kilogram.

“Tak hanya masalah cuaca yang harus kami alami, namun juga masalah ketersediaan ikan di laut,” ujar Nahrowi.

Kondisi tersebut membuat penghasilan nelayan tradisional semakin berkurang. Dalam sehari, penghasilan yang diterima nelayan berkisar antara Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.

“Hasil yang kami terima sangat sedikit. Sementara banyak rintangan yang harus dilewati. Apalagi jika hujan dan badai saat berada di tengah laut,” ucap Nahrowi.

Nasrul, 35, nelayan Pantai Bulusan Utara lainnya membenarkan hal tersebut. Dikatakan, kesulitan untuk menangkap ikan dialaminya saat cuaca tidak bersahabat. Hal ini karena gelombang air laut lebih kencang dan disertai hujan tiada henti.

“Jika hujan di pagi hari, maka kami para nelayan tidak pergi menangkap ikan. Hal ini karena waktu yang sangat efektif untuk berlayar adalah di pagi hari,” jelas Nasrul.

Sementara itu, Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi Agung Nugroho mengatakan, bulan Februari 2018, untuk wilayah Kabupaten Banyuwangi masih berada pada masa puncak musim penghujan.

“Kondisi tersebut diciri-cirikan dengan pola daerah tekanan udara rendah di belahan bumi selatan dan angin monsun baratan yang stabil,” papar Agung.

Agung menambahkan, selama Februari 2018 tetap diwaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrim seperti hujan lebat yang sering disertai kilat petir dan angin kencang. Hujan ringan dengan durasi singkat kerap terjadi selama masa puncak musim penghujan yang sedang berlangsung hingga pertengahan bulan Maret.

“Untuk perairan Selat Bali, tinggi ombak masih berkisar antara satu hingga dua meter. Sedangkan tinggi ombak untuk perairan Pantai Selatan diperkirakan mencapai ketinggian tiga hingga empat meter,” tandasnya.