Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Daging Impor Datang, Peternak Meradang

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Daging-Impor-Datang,-Peternak-Meradang

SINGOJURUH – Kebijakan impor daging yang dilakukan pemerintah mulai berimbas bagi pedagang dan peternak sapi di Banyuwangi. Dalam sepekan terakhir, penjualan ternak sapi dan kambing merosot. Salah seorang pedagang sapi asal Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh, H. Fauzi, mengatakan sejak dilakukan impor daging, penjualan sapi dan kambing lesu.

Banyak calon pembeli sapi mengurungkan niatnya karena kesulitan menjual kembali. “Sejak seminggu terakhir ini pasar sepi. Pedagang  dari luar kota enggan belanja sapi,” kata H. Fauzi saat ditemui di kandang sapi miliknya kemarin (4/2).

Saudagar sapi dari sejumlah kota di Jawa Timur, terang dia, biasanya banyak datang untuk membeli sapi dari Banyuwangi. Selanjutnya, sapi itu dijual kembali. Gara-gara ada impor daging, para pedagang itu mengurangi jumlah pembelian.

Penurunan pembelian sapi itu, jelas dia, mencapai 70 persen dari sebelumnya. “Pedagang dari Jombang, Malang, dan Surabaya,  tak mau datang lagi ke sini (Banyuwangi)  karena pasar lesu,” katanya. Kondisi itu terlihat dari sisa sapi yang dibawa ke pasar masih cukup  banyak.

Biasanya setiap menjajakan ternak sapi, mulai 20 ekor hingga 30 ekor sapi, pulang hanya tersisa 10 ekor. Tetapi, kali ini dari 30 ekor  sapi hanya laku tujuh ekor. “Hasil penjualan masih belum sebanding dengan biaya operasional dan pakan,”  keluhnya.

Sebagai pedagang, Fauzi menyayangkan pemberlakuan impor daging. Sebenarnya iklim pasar sapi di Banyuwangi sudah mulai menggeliat. Banyak peternak lokal yang kembali membeli sapi untuk penggemukan.

“Sekarang ini tidak hanya pedagang, peternak juga enggan membeli sapi,” cetusnya. Harga sapi di tingkat peternak, jelas dia, saat ini mengalami penurunan  cukup drastis. Harga sapi  ukuran sedang dengan bobot satu kuintal hanya laku Rp 13 juta per ekor. Padahal, biasanya bisa dijual  dengan harga Rp 18 juta per ekor.

Harga sapi anakan jenis simental umur tiga bulan biasanya terjual seharga Rp 6 juta per ekor. Saat ini harganya merosot hingga Rp 4 juta per ekor. Meskipun harga turun, penjualan sapi sepi. “Banyak jagal sapi sebagai pelanggan para pedagang sekarang memilih daging  impor yang harganya jauh lebih murah,” jelasnya.

Peternak dan pedagang sapi di Banyuwangi, masih kata dia, berharap pemerintah segera  memberhentikan impor daging. Sebab,  itu dianggap bukan solusi yang  tepat untuk menyikapi harga daging. “Impor daging itu permainan  para importer agar mendapatkan tender,” tegasnya.

Pemerintah seharusnya lebih menggalakkan peternakan sapi di tingkat lokal. Itu dapat membantu peternak lokal dan memberi solusi ekonomi bagi masyarakat. Impor daging justru hanya akan memperkaya para pedagang daging, bukan emberikan solusi bagi peternak yang kebanyakan warga kecil.

“Pemerintah harus segera stop impor daging dari luar negeri,”  pintanya. Salah satu peternak sapi, Slamet Supriyanto, 36, mengaku khawatir  dengan harga sapi yang kini turun. Itu akan membuat dirinya dan peternak lain rugi.

Sebelum ada kebijakan  impor daging, mereka membeli sapi dengan harga cukup tinggi. Belum lagi harus mengeluarkan tenaga dan  biaya perawatan sapi-sapi tersebut.  “Jika ini terus terjadi, nanti tak sebanding dengan hasil yang  diperoleh,” katanya. (radar)