Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kasus Cantuk Berakhir Damai

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Ketua MWCNU Singojuruh, H.Sulaiman (kanan) bersalaman dengan H. Hermansyah di Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh.

SINGOJURUH – Peryataan H. Hermansyah (bukan Hasyim Abdul Muis seperti berita sebelumnya) yang meminta mencopot lambang NU di Masjid Baitul Abror Dusun Cantuk Lor, Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh, saat aksi yang digelar di kantor kecamatan pada Rabu (24/5), akhirnya berakhir damai.

Jajaran MWCNU Kecamatan Singojuruh berhasil mendinginkan ketegangan dengan melakukan tabayun. Dipimpin Ketua MWCNU Singojuruh, H. Sulaiman dan Sekretaris MWCNU, Muhammad, mereka menemui H. Hermansyah di rumalmya Desa Cantuk.

Dalam pertemuan yang berlangsung hampir satu jam itu, H. Hermansyah mengaku tidak ada niatan untuk menjelek-jelekkan NU. Pernyataan yang disampaikan itu, hanya ingin masjid Baitul Abror yang dibangun oleh cucuran keringat masyarakat Desa Cantuk bisa menjadi masjid umum, atau tidak menjadi masjid golongan tertentu.

“Dari lubuk hati yang paling dalam, jika pernyataan saya menyakiti dan membuat warga NU resah, saya mohon ma’af yang sedalam-dalamnya,” ujar H. Hermansyah dihadapan Ketua MWCNU Singojuruh, H. Sulaiman dan Sekretaris MWCNU, Muhammad.

Dalam aksi unjuk rasa yang dilakukan warga Desa Cantuk di kantor Kecamatan Singojuruh pada Rabu siang (24/5), dia sempat menyampaikan keresahannya atas munculnya pemasangan running tex dan lambang NU di atas pintu masuk masjid.

Running tex yang terpasang di masjid Baitul Abror, Dusun Cantuk Lor, Desa Cantuk, itu sudah terpasang sejak dua tahun. Sejumlah tamu dari luar desa yang kebetulan salat di masjid, ada yang menanyakan lambang NU itu.

“Saya sudah sampaikan keluhan saya ke takmir masjid tapi tidak ada tanggapan. Makanya mumpung ketemu dengan camat, kapolsek, beserta danramil sekalian saya sampaikan keresahan itu agar segera diambil sikap dan solusi,” jelasnya.

Hermansyah mengaku tidak berpikir panjang kalau pernyataannya itu akan menimbulkan reaksi dari pengurus dan badan otonom (Banom) NU dari tingkat ranting di Kecamatan Singojuruh hingga jajaran PCNU Banyuwangi.

“Sekali lagi, jika pernyataan yang saya ucapkan dianggap menyakiti warga nahdliyin, saya mohon ma’af yang sedalam-dalamnya dari lubuk hati yang paling dalam,” cetusnya.  Ketua MWCNU Singojuruh, H. Sulaiman, menyambut baik atas permohonan maaf H. Hermansyah itu.

Bahkan, usai pertemuan itu H. Sulaiman selaku perwakilan pengurus NU juga memeluk H. Hermansyah.  Menanggapi permintaan maaf tersebut, H.Sulaiman mengaku akan segera melaporkan hasil klarijfikasi dan pernyataan maaf tersebut kepada PCNU Banyuwangi agar tidak menimbulkan keresahan bagi warga nahdliyin di Banyuwangi.

“Alhamdulillah sudah islah, dan tidak ada persoalan tentang pernyataan pencopotan logo NU di masjid Baitul Abror Desa Cantuk,” ujarnya. Sementara itu, Danramil Singojuruh, Kapten Ali Mukhaedori menyampaikan tidak memiliki niat untuk mencopot logo NU yang terpasang di pintu masjid secara sepihak.

Menurutnya, apa yang menjadi tuntutan warga saat aksi di kantor Kecamatan Singojuruh pada 24 Mei 2017, akan siap dilaksanakan untuk menjaga kondusivitas kalau sampai terjadi perang. “Saya tidak punya niat mencopot lambang NU dengan sepihak,” katanya.

Apa menjadi tuntutan warga saat demo, termasuk tuntutan pencopotan logo NU, menurutnya perlu dimusyawarahkan di tingkat Forpimka. “Beberapa hari lalu, saya sudah bertemu dengan beberapa tokoh NU dan saya sampaikan pencopotan itu harus dilakukan kalau sampai terjadi perang. Tetapi, selama masih bisa dimusyawarahkan, ya musyawarah dulu, saya juga sampaikan permintaan maaf kalau ada perkataan yang  salah,” tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, warga nahdliyin di Banyuwangi mengecam pernyataan salah satu pengunjukrasa yang berencana akan mencopot lambang NU dari Masjid Baitul Abror, Dusun Cantuk Lor, Desa Cantuk.

“Demo tersebut tuntutannya adalah menolak pengundurun BPD dan menolak pembentukan BPD baru, tapi kenapa harus melebar dan menyinggung masalah pencopotan logo NU,” kecam Ketua PAC Ansor Singojuruh, Abdul Robid.

Buntut reaksi dari adanya pernyataan pencopotan logo NU dari Masjid Baitul Abror desa Cantuk tersebut, pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) NU dan PAC Ansor Singojuruh langsung melakukan rapat koordinasi terkait hal tersebut.

Mereka menilai penurunan atau pencopotan lambang NU tersebut adalah  sebuah penghinaan terhadap warga nahdliyin. (radar)