Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ritual Bersih Diri di Mata Air Watudodol

Ratusan orang melakukan ritual mandi tengah malam di sumber mata air Pantai Watudodol, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, jumat malam lalu (29/9).
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Ratusan orang melakukan ritual mandi tengah malam di sumber mata air Pantai Watudodol, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, jumat malam lalu (29/9).

300 Orang Mandi Tengah Malam

KALIPURO – Sebanyak 300 orang berkumpul di sumber mata air Pantai Watudodol, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, jumat lalu (29/9). Mereka melakukan mandi bersih diri yang rutin dilakukan pada malam 10 Muharram.

Peserta yang melakukan ritual tersebut berasal dari seluruh penjuru Nusantara. Orang-orang tersebut merupakan jamaah Yayasan Jamaah Tauhid Al- Hikmah, Ketapang. Setelah mata air dibendung dengan karung berisi pasir, lokasi itu pun dibentuk menyerupai kolam dengan kedalaman satu meter.

Pemimpin yayasan tersebut, Gus Eko Sularso kemudian memimpin doa serta menaburkan “bunga setaman” ke dalam kolam. Lalu para peserta mengikuti doa yang diucapkan oleh pemimpin ritual itu.

Setelah Gus Eko Sularso usai membaca doa tepat pada pukul 00.00, para peserta menceburkan diri ke dalam kolam tersebut. Ritual mandi yang dilakukan tengah malam bertujuan agar jasmani dan rohani peserta kembali ke dalam keadaan bersih dan suci.

Setelah melakukan mandi bersih diri, para peserta berebut mengambil air dari sumber Watudodol untuk dibawa pulang. “Saya mengambil air satu galon penuh untuk dikonsumsi setiap hari.-Mudah-mudahan bisa sehat selalu setelah meminum air itu,” ujar Sunarto, 40, warga Madiun.

Para peserta mandi bersama itu berusia 17 tahun hingga 60 tahun. Mereka mengaku lebih bugar dan merasa nyaman usai menjalani ritual bersih diri malam 10 Muharam. ”Saya sudah empat kali mengikuti ritual ini. Alhamdulillah badan saya segar,” ucap Mardi, 40, warga Desa Ketapang, Keçamatan Kalipuro, Banyuwangi.

Koordinator ritual, Ustad Mahsun Mahali mengatakan jlka ritual tersebut berguna untuk menghilangkan segala penyakit yang ada di tubuh. Akan tetapi itu semua tidak mengesampingkan ajaran islam dan harus tetap yakin dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

“Intinya tetap bersyukur kepada sang Pencipta. Dan ritual ini merupakan ritual rakyat yang sudah melekat sebagai adat budaya,” tandas Mahsun. (radar)