Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Asal-Usul Berdirinya Kerajaan Blambangan, Dendam dan Perlawanan dari Tanah Timur – Radar Banyuwangi

asal-usul-berdirinya-kerajaan-blambangan,-dendam-dan-perlawanan-dari-tanah-timur-–-radar-banyuwangi
Asal-Usul Berdirinya Kerajaan Blambangan, Dendam dan Perlawanan dari Tanah Timur – Radar Banyuwangi

RADARBANYUWANGI.ID – Di balik gemerlap kekuasaan Majapahit, sejarah mencatat pergolakan batin dan perebutan tahta yang kelak melahirkan satu entitas baru di ujung timur Pulau Jawa, Kerajaan Balambangan.

Awal kisah ini bermula dari penyebutan lima tokoh bangsawan dalam Prasasti Waringin Pitu tahun 1447, yang mengindikasikan urutan pewaris Majapahit pasca Raja Kertawijaya.

Mereka adalah Bhre Kahuripan Rajasawardhana atau Sang Sinagara, Bhre Wengker Dyah Girisawardhana, Bhre Tumapel Dyah Suraprabawa, Bhre Matahun Dyah Smarawijaya, dan Bhre Keling Dyah Wijayakarana.

Menurut Pararaton, Rajasawardhana sempat menduduki tahta Majapahit antara tahun 1451–1453.

Setelah wafat, takhta kosong selama tiga tahun, hingga akhirnya Dyah Girisawardhana naik takhta pada 1456. Ia dianggap sebagai penerus senior setelah wafatnya Kertawijaya.

Namun, kematian Girisawardhana kembali memicu ketegangan. Tanpa kesepakatan para keponakan, Bhre Tumapel Dyah Suraprabawa langsung merebut takhta.

Langkah sepihak ini menimbulkan luka di hati empat keponakan Sang Sinagara.

Dua tahun berselang, tepatnya 1468, para putra Sang Sinagara –kecuali Bhre Lasem– keluar dari istana dan mempersiapkan perlawanan.

Baca Juga: Sejarah Banyuwangi: Jejak Lahir Kerajaan Blambangan, Praja di Ujung Timur Jawa

Ini adalah awal dari pergolakan besar yang tidak hanya mengguncang Majapahit, tetapi juga membentuk cikal bakal kekuatan baru di timur.

Sejarawan Nia Kurnia SI dalam kajiannya yang dimuat di Majalah Tempo (04-02-1984) menyebut bahwa Bhre Koripan, salah satu pewaris sah, wafat sebelum 1478.

Peran politiknya kemudian dilanjutkan oleh adiknya, Bhre Mataram Dyah Wijayakarana, yang dikenal dengan gelar Sang Munggwing Jinggan.

Ia menjadi tokoh militer penting dalam perebutan kembali Majapahit dari tangan Suraprabawa.

Namun Suraprabawa berhasil mempertahankan tahta. Dendam akibat kekalahan ini tak segera padam.


Page 2

Sejarah Banyuwangi: Asal-Usul Berdirinya Kerajaan Blambangan, Dendam dan Perlawanan dari Tanah Timur

Jumat, 13 Juni 2025 | 14:47 WIB


Page 3

Butuh waktu enam tahun bagi para pewaris sah untuk menyusun kekuatan di luar kadhaton.

Sebagian di antaranya, termasuk keturunan Sang Sinagara, memilih mundur ke wilayah timur, mencari basis baru yang aman untuk membangun kekuatan dan identitas baru.

Salah satu tokoh penting yang muncul dalam periode ini adalah Lembu A(g)nisraya, yang disebut dalam naskah Serat Badad Bumi Majapahit dan Serat Kandha.

Ia dikenal pula sebagai Lembu Miruda, yang membawa pengikutnya ke kawasan hutan lebat di kaki Gunung Brahma.

Mereka akhirnya menetap di sebuah desa bernama Tepasana, yang berada di wilayah Lumajang saat ini. Di sinilah, cikal bakal Negara Balambangan mulai tumbuh.

Nama “Tepasana” sendiri berasal dari kata Sansekerta tepas (tempat) dan ana (ada), yang berarti “tempat tinggal”.

Kawasan ini sejak masa Majapahit telah dikenal sebagai tempat pertapaan para resi dan empu seperti Empu Paprangan. Lokasinya berdekatan dengan Gunung Brahma yang kini dikenal sebagai Pegunungan Argopuro.

Lembu A(g)nisraya kemudian membangun pusat pemerintahan baru yang disebut Negara Balambangan Muda, dengan dasar semangat dan ideologi baru.

Kata “nisraya” bermakna tokoh kreatif dan bersemangat seperti api (agni), yang membara dan penuh tekad.

Julukan spiritual seperti “Panembahan ing Gunung Brahma” pun melekat padanya, menunjukkan posisi sebagai pemimpin spiritual sekaligus politik.

Balambangan tak hanya tumbuh sebagai pelarian politik. Ia menjelma sebagai bentuk perlawanan dan simbol identitas baru, sebuah negeri pinggiran (wong Pinggir), yang kelak disebut demikian oleh kraton Mataram-Muslim Jawa Tengah.

Meski dalam narasi sejarah mainstream mereka disebut tawanan atau budak, kenyataannya Balambangan tumbuh dari semangat para tokoh terbuang yang tak mau tunduk pada pengkhianatan politik Majapahit.

Salah satu simbol kuat semangat itu adalah nama Ki Ajar Guntur Agni, seorang guru spiritual dalam Legendary Minak Jingga karya H.J. de Graaf. Ia digambarkan sebagai guru karismatik, berwibawa besar, dan membawa api semangat bagi generasi baru Blambangan.

Referensi: Pararaton 1966, Majalah Tempo edisi 04-02-1984.
H.J. de Graaf, Legendaris Minak Jingga 1989.