Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Rumah Toleransi, Tempat Persinggahan Umat Hindu Bali di Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Rumah Toleransi yang didirikan Yayasan Sad Jaya Abadi di Desa Sembulung, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi diresmikan, Jumat (23/2) malam pukul 18.00 WIB.

Kegiatan seremonial ini dihadiri Forpimka Kecamatan Cluring dan seluruh umat beragama, wilayah desa setempat. Hadir pula Gus Nuril Arifin Husein pengasuh Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid Soko Tunggal Semarang Jawa Tengah, Sri Guru Jaya Sakti Ashram Muniwara dari Ubud, dan Maha Guru Sri Jaya Nara dari Ashram Lembah Bhayam Tabanan, Bali.

Gus Nuril memberikan apresiasi kepada Yayasan Sad Jaya Abadi karena telah membangun rumah yang menurutnya bisa dijadikan tempat untuk memperkuat toleransi antar umat beragama dan hal yang berhubungan dengan alam.

“Semoga kedepannya rumah bisa lebih bermanfaat bagi seluruh umat,” kata Gus Nuril dalam ceramahnya.

Peresmian rumah toleransi ini ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Sri Guru Jaya Sakti Ashram Muniwara dan pembacaan doa.

Sementara itu, Sodi ketua pengurus rumah toleransi memaparkan tempat ini dibangun mempunyai cita-cita ikut berpartisipasi mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan bahagia.

“Rumah ini diharapkan dapat menjadi wadah dan menfasilitasi terjadinya hubungan yang harmonis dengan ketiga penyebab kebahagiaan yaitu Tuhan, alam dan manusia,” terang Sodi, usai acara berlangsung.

Menurut Sodi, rencana awal tempat ini dibangun sebagai tempat persinggahan untuk saudara – saudara dari Bali yang ingin melakukan perjalanan ke tanah leluhurnya di pulau Jawa.

Namun seiring dengan perkembangan waktu dan melihat pentingnya perkembangan toleransi antar umat beragama di Indonesia, Yayasan Sad Jaya Abadi memperluas fungsi tempat ini agar juga dapat mewadahi kegiatan – kegiatan bersama antar umat beragama.

“Kami berharap tempat ini dapat menjadi tempat untuk penyelengaraan seresehan, seminar atau diskusi mengenai hal-hal yang sifatnya memperkuat toleransi,” paparnya.

Dalam hubungannya dengan alam Sodi mengatakan, rumah toleransi berencana bisa menjadi tempat melakukan kegiatan – kegiatan untuk kelestarian alam seperti berbagi informasi tentang berkebun dan bertani organik, pengelolaan sampah yang baik untuk menghasilkan pupuk alami atau kompos dan lain – lain.

“Kedepan, rumah ini juga bisa digunakan untuk kegiatan tersebut,” jelas Sodi.

Sodi menambahkan, di rumah toleransi terdapat 5 bangunan. Bangunan pertama adalah pendopo, berfungsi sebagai tempat pertemuan, bangunan ke dua adalah tempat tinggal atau rumah singgah.

Bangunan ke tiga ini terdiri dari ruang sekertariat, ruang makan dapur umum sekaligus tempat berdiskusi, bangunan ke empat asrama putra-putri dan bangunan ke lima bangunan terbuka yang berfungsi sebagai areal serbaguna. “Siapapun boleh singgah kemari,” pungkas ketua pengurus rumah tersebut.