Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Terlibat Pertempuran Sengit dengan Sekutu di Surabaya

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Gedung-bekas-Posko-Batalyon-Macan-Putih-saat-ini-masih-aktif-digunakan-proses-belajar-mengajar-pelajar-SMPN-1-Rogojampi.
Gedung bekas Posko Batalyon Macan Putih saat ini masih aktif digunakan proses belajar-mengajar pelajar SMPN 1 Rogojampi.

Mengenang Kejayaan Batalyon Macan Putih di Bumi Blambangan

LAHIR pada tanggal 17 September 1946 Batalyon Infanteri VI Macan Putih yang berposko di wilayah Kecamatan Rogojampi, tepatnya di sebuah gedung yang saat ini menjadi gedung SMPN 1 Rogojampi, terus diperhitungkan  keberadaannya.

Keberhasilannya dalam  menumpas penjajah di Bumi Blambangan membuat para petinggi  tentara kala itu menugaskan para pasukan Batalyon Infanteri VI Macan Putih pergi ke Surabaya. Mereka ditugaskan membantu  menghadapi tentara sekutu (Inggris) yang disinyalir akan menjajah kembali  wilayah Indonesia pasca kemerdekaan.

Keberangkatan Batalyon Infanteri VI Macan Putih ke Surabaya kala itu di bawah komando Komandan Batalyon (Danyon) Mayor R. Abdul Rivai. Setiba di Surabaya, Pos Komando Batalyon ditempatkan di Tulangan, Sidoarjo.

Selama di Surabaya, Batalyon Infanteri VI Macan Putih terlibat pertempuran dengan musuh (sekutu) di sektor A, yakni di daerah Soka, sektor B di daerah Seimbang dan  Klagen. Kemudian di sektor C, yakni di daerah Karangpilang dan sekitarnya.

Dengan semboyan “Sekali Merdeka tetap Merdeka” para prajurit Batalyon Infanteri VI Macan Putih itu bertempur tanpa mengenal menyerah  kepada musuh demi mempertahankan kemerdekaan tanah air. ”Pasukan asli warga Bumi Blambangan kala itu bertempur di Surabaya dengan gigih,“ ujar Humas Banjoewangie Tempo Doloe (BTD), Yanuar Widodo.

Diketahui bersama, dalam mempertahankan kemerdekaan, berbagai kesatuan bersenjata selalu bekerjasama dengan Tentara Republik Indonesia (TRI). Oleh karena itu, sangat diperlukan kekompakan. Maka dari itu, pada tanggal 3 Juli 1947 ditertibkan sebuah penetapan Presiden untuk mempersatukan seluruh kesatuan bersenjata dan berbagai laskar rakyat dengan TRI menjadi satu  tentara resmi.

”Segala jenis angkatan bersenjata akhirnya berhasil disatukan menjadi nama Tentara Republik Indonesia (TNI),”  tambah Yanuar. TNI yang kala itu juga sebagai Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) juga sudah membentuk beberapa unsur angkatan perang di setiap sektor.

Ada tiga unsur, yakni Tentara  Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), Angkatan Laut (TNI AL), dan Angkatan Udara  (TNI AU). Tiga unsur dalam TNI  itu hingga saat ini masih eksis mempertahankan NKRI. Sementara itu, Wakil Ketua BTD, Kent Ali, mengatakan khusus pasukan Batalyon Infanteri  VI Macan Putih yang terkenal  pantang menyerah dalam perang  menandakan rakyat Bumi Blambangan sangat gigih dalam mempertahankan  kemerdekaan.

Lambang Batalyon Infanteri VI Macan Putih berupa kepala  macan putih yang bermakna   berani dan suci itu tampaknya juga merasuk ke dalam jiwa dan raga pasukan Batalyon Infanteri VI Macan Putih. ”Semangat perjuangan Kerajaan Macan Putih yang dulu  dipimpin Tawang Alun ternyata menular kepada pasukan perang  Bumi Blambangan pasca-kemerdekaan,”  pungkas Kent Ali. (radar)