Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Tiga Nyawa Melayang Dalam Sumur

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Petugas-gabungan-Basarnas-dan-BSI-berhasil-mengangkat-tubuh-korban-dari-dalam-sumur-di-Dukuh-Welut.

Tidak Bisa Bernapas karena Minim Oksigen

SINGOJURUH – Duka mendalam dirasakan warga RT 7, RW 6, Dukuh Welut, Dusun Kunir, Desa/Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jumat malam lalu (5/2). Tiga warga dukuh tersebut meninggal dunia di dalam sumur berdiameter  satu meter dengan kedalaman 21 meter.

Ketiga warga itu terjebak di dalam sumur setelah berupaya saling menolong. Musibah itu terjadi karena tidak tersedia oksigen yang cukup di dasar sumur. Ada dugaan  lain, dasar sumur tersebut mengeluarkan gas beracun.

Ketiga korban meninggal adalah Kusnipan, 55; Wagiman, 30; keduanya warga Dukuh Welut, Desa Singojuruh. Kusnipan adalah mertua Wagiman. Satu korban lain adalah seorang tukang gali sumur bernama  Dumyati, 50, warga Desa Parijatah  Kulon, Kecamatan Srono.

Menurut keterangan Ketua RT 7 Dukuh Welut, Nur Halim, kejadian itu bermula saat Kusnipan berniat masuk ke dalam sumur untuk mengambil peralatan berupa linggis. Setelah sampai di dasar sumur, Kusnipan merasakan gangguan pernapasan diduga akibat oksigen minim.

Atas kejadian tersebut, warga bergegas mencari bantuan. Akhirnya, menantu Kusnipan yang bernama Wagiman  nekat masuk ke dalam sumur  dan berusaha menolong. Wagiman masuk ke dalam sumur tanpa mengenakan pengaman  dan alat memadai.

“Dia masuk ke dalam sumur tidak mau diberi tali,” ujar ketua RT, Nur Halim. Bukannya berhasil mengangkat Kusnipan dari dasar sumur, Wagiman mengalami kejadian serupa. Wagiman justru lemas  dan tertinggal di dasar sumur. Warga akhirnya menghubungi Dumyati yang dikenal sebagai ahli sumur.

Selang waktu hampir satu jam, Dumyati datang dan melakukan pertolongan. Tukang sumur itu juga masuk ke dalam sumur tanpa memakai peralatan pengaman. Lagi-lagi, upaya pertolongan yang diberikan Dumyati gagal. Justru Dumyati menjadi korban. Sehingga, tiga warga menjadi korban sumur maut itu.

“Semua masuk tanpa pengaman, akhirnya warga menghubungi polisi,” ujar Nur Halim. Kemudian, warga melaporkan kejadian itu kepada pihak kepolisian Polsek Singojuruh. Bantuan pun datang secara beruntun. Banyuwangi SAR Independent (BSI) tiba di lokasi bersama personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi.

Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi, tim petugas gabungan  berupaya melakukan proses evakuasi penuh risiko. Dengan peralatan pengamanan yang minim, mereka memodifikasi  tabung oksigen dari Puskesmas Singojuruh sebagai bantuan pernapasan saat masuk ke dasar sumur. Beruntung, satu korban  berhasil di evakuasi sekitar pukul  19.00 Jumat malam.

Proses evakuasi selanjutnya berselang cukup lama, karena menunggu bantuan tabung oksigen. Namun, saat proses evakuasi kedua dilakukan, tim gabungan mengalami kendala.  Bahkan, seorang petugas penyelamat yang masuk sumur nyaris pingsan. Akhirnya, petugas ditarik  dan kembali naik lantaran kondisi  di dasar sumur minim oksigen.

Proses evakuasi korban akhirnya bisa dilakukan dengan baik setelah tim Basarnas dari Jember tiba. Petugas Basarnas dengan peralatan memadai tiba sekitar pukul 00.00 dini hari kemarin (6/2). Evakuasi yang dilakukan tim Basarnas itu dilakukan dalam beberapa skenario, karena kondisi sumur cukup sulit.

Sulitnya medan evakuasi itu diakui Komandan Tim Basarnas, Serka Irwan Feri. Menurut Feri, proses evakuasi yang dilakukan memang sedikit mengalami hambatan teknis. Itu akibat kondisi sumur. Dasar sumur semakin lama semakin dipenuhi air.

“Kendalanya pertama bebatuan. Kedua, air semakin lama  semakin banyak,” terangnya.  Menurut Feri, proses evakuasi  satu korban memakan waktu  hampir setengah jam. “Mengangkat satu korban butuh waktu  sekitar 30 menit,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolsek Singojuruh, AKP Priyono, yang memonitor evakuasi sejak awal mengatakan evakuasi berjalan cukup lama akibat kondisi sumur. Selain itu, keterbatasan alat menyulitkan tim gabungan dalam  proses mengangkat para korban.

“Evakuasi ini memang agak  terhambat. Faktornya, peralatan  Basarnas Kabupaten Banyuwangi (BSI) dan BPBD kurang lengkap,“ terangnya. Kapolsek Priyono menjelaskan, kejadian tersebut diduga kecelakaan  karena saat kejadian banyak  saksi yang melihat. Selain itu, kejadian itu bermula saat pemilik sumur berniat mengambil peralatan yang tertinggal di dasar  sumur.

”Awalnya sumur sudah digali pada musim kemarau. Ada alat yang tertinggal. Kemudian, alat itu akan diambil kembali. Ternyata di dalam sumur ada kandungan gas,” terangnya. (radar)