TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Osing, kembali menegaskan peran sentral masyarakat adat dalam pembangunan berkelanjutan.
Komitmen ini tercetus usai AMAN Osing menggelar Rapat Pengurus Daerah (RPD) VI yang digelar di Sanggar Sayu Wiwit, Wilayah Adat Aliyan, Banyuwangi, pada Rabu (4/6/2025).
Forum RPD VI menjadi momentum bagi AMAN Osing untuk mengevaluasi perjalanan organisasi selama enam bulan terakhir sekaligus merumuskan Rencana Kerja Tahunan (RKT) guna memperkuat peran masyarakat adat dalam berbagai aspek pembangunan.
Selain menjadi forum evaluatif, RPD VI kali ini juga menjadi ruang sosialisasi agenda penting di tingkat Nasional dan Internasional yang melibatkan AMAN. Salah satunya adalah hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) AMAN VIII di Kalimantan Timur pada bulan April lalu.
Suasana RPD VI AMAN Osing di Sanggar Sayu Wiwit, Wilayah Adat Aliyan, Banyuwangi. (FOTO: Wiwin Indiarti for TIMES Indonesia)
Dengan melibatkan jajaran Pengurus Harian (PH), Dewan AMAN Daerah (DAMANDA), perwakilan dari Badan Perempuan AMAN (PEREMPUAN AMAN), dan Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Osing, pertemuan ini merumuskan strategi untuk memperkuat komunitas adat Banyuwangi sekaligus menyelaraskan perjuangan lokal dengan isu global.
Ketua PH AMAN Osing, Wiwin Indiarti, menegaskan bahwa perjuangan masyarakat adat tidak hanya berfokus pada pengakuan hukum, tetapi juga memastikan keterlibatan aktif dalam pembangunan tanpa mengorbankan hak-hak adat.
“Salah satu wujud nyata dari upaya ini adalah Deklarasi Brazzaville 2025. Sebuah komitmen global yang dirumuskan dalam Kongres Global Pertama Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal di Kongo,” kata Wiwin, sapaan kondangnya, Jum’at (6/5/2025).
Sebagai salah satu delegasi AMAN yang hadir di kongres tersebut, Wiwin menekankan bahwa Deklarasi Brazzaville 2025 menempatkan masyarakat adat sebagai garda terdepan dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan memperjuangkan keadilan iklim.
“Ini menandakan bahwa perjuangan kita di Banyuwangi terhubung dengan perjuangan masyarakat adat sedunia. Deklarasi ini menjadi bukti bahwa masyarakat adat adalah garda terdepan dalam merawat bumi,” ujarnya.
Di tingkat lokal, AMAN juga berhasil menjembatani komunitas masyarakat adat Osing dengan Nusantara Fund melalui program “Ngerumat Sumber”, sebuah inisiatif rehabilitasi dan perlindungan mata air di lima wilayah adat Osing.
Program ini menjadi wujud nyata kontribusi masyarakat adat dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin terasa.
“Melalui Ngerumat Sumber, kita tidak hanya menjaga air sebagai sumber kehidupan, tetapi juga merawat nilai-nilai adat yang menjadi dasar hubungan harmonis antara manusia dan alam,” terang Pengarep Sekolah Adat Osing Pesinauan sekaligus ketua pelaksana program, Slamet Diharjo.
Terselenggaranya RPD VI AMAN Osing, menjadi bukti bahwa komunitas adat mampu berpikir dan bertindak secara lokal maupun global.
Dengan memperkuat kelembagaan, menghidupkan kembali pengetahuan lokal, dan menjalin solidaritas lintas wilayah, AMAN Osing menegaskan peran sentral masyarakat adat dalam merawat keberlanjutan hidup Nusantara dan dunia. (*)
Pewarta | : Muhamad Ikromil Aufa |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |