Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Atraksi Seribu Gandrung

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

atraksiSEMENTARA itu, puncak acara deklarasi Banyuwangi sebagai kabupaten inklusif diramaikan atraksi Gandrung Sewu. Mereka yang tampil terdiri atas penari gandrung kalangan pelajar. Deklarasi itu ditandai dengan pelepasan 500 balon ke udara oleh Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko dan Direktur Pembinaan PKLK, Mudjioto AK. Pelepasan balon itu berisi harapan Banyuwangi akan keberhasilan pelaksanaan pendidikan tanpa diskriminasi. Nah, setelah itu, spontan ratusan penari gandrung masuk ke lapangan Taman Blambangan.

Para gandrung itu bergoyang dengan iringan musik gamelan yang dimainkan siswa SDN Kepatihan.Kemeriahan acara itu menunjukkan terjadi sebuah kebebasan yang saat ini dapat dirasakan oleh semua bagian masyarakat. Penampilan penari gandrung yang cukup meriah itu membuat Direktur Pembinaan PKLK, Mudjito, kagum. “Saya yakin jika semua elemen mau mendukung pendidikan inklusif seperti ini, perjalananke depan akan mudah,” ujar Mudjito. Penari gandrung itu berasal dari beberapa sekolah di Kabupaten Banyuwangi.

Di antara penari tersebut ternyata ada yang berasal dari anak berkebutuhan khusus (ABK) dari beberapa sekolah reguler penyelenggara inklusif. Namun, dalam kemeriahan tari gandrung tersebut, mereka melebur menjadi satu tanpa ada perbedaan. Sementara itu, usai acara deklarasi terdapat stan expo yang terdiri atas beberapa perwakilan sekolah inklusif dan KKG (Kelompok Kerja Guru). Selain memamerkan berbagai macam barang karya siswa, baik ABK maupun siswa reguler, ada salah satu stan yang menyediakan bimbingan konseling bagi Guru Pembimbing Khusus (GPK).

Stan yang diisi seorang psikolog kejiwaan anak-anak tersebut memberikan secara konseling gratis kepada guru dan orang tua ABK. Psikolog Andreina Marcelina memberikan pemahaman kepada guru dan orang tua mengenai keefektifan mendekati ABK secara personal. “ABK seharusnya didampingi dua guru. Selain guru utama, harus ada guru pendamping karena penanganan ABK tidak sama dengan penanganan siswa yang lain,” jelas Marcelina. (radar)