Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Banyuwangi Bakal Punya Tambang Tembaga Terbesar Ketiga di RI

detik.com

Jakarta

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melalui anak usahanya PT Bumi Suksesindo (PT BSI) terus menggeber pengembangan proyek tambang tembaga dengan kapasitas terbesar ketiga di Indonesia yang berada di bawah permukaan (underground) kawasan Tambang Emas Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur.

Head of Corporate Communications MDKA, Tom Malik, mengatakan keberadaan area tambang tembaga ini pertama kali terkuak setelah perusahaan melakukan eksplorasi lanjutan sejak 2018 lalu. Selama proses eksplorasi hingga temua ini, perusahaan diperkirakan telah menghabiskan dana hingga US$ 200 juta.

“Jadi 2018 kita baru membuat terowongan yang sampai kedalaman hampir 2 km panjangnya, sampai kedalaman hampir 100 meter di bawah permukaan laut, melakukan eksplorasi lanjutan gitu. Jadi dalam terowongan itu melakukan pengeboran lagi untuk mendapat gambaran yang lebih tepat mengenai cadangannya, yang sampai sekarang berharga US$ 200 juta itu,” kata Tom dalam acara Mine Tour & Media Workshop di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (7/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tom mengatakan saat ini proyek tambang bawah tanah tersebut masih berada pada tahap praproduksi dan feasibility study (FS). yang ditargetkan rampung akhir tahun ini. Baru setelah itu perusahaan akan melanjutkan tahap-tahap berikutnya seperti pembangunan fasilitas dan lainnya.

“Kalau untuk operasi tambang bawah tanahnya memang masih perlu banyak studi yang dilakukan sih. Sebelum itu kan kita pada tahap kedua nih, evaluasi, feasibility study dan lain-lain, dan setelah itu tahap konstruksi dan baru produksi,” ucap Tom.

Lebih lanjut dijelaskan, berdasarkan hasil temuan sementara proyek Tujuh Bukit memiliki kandungan sumber daya sekitar 8,2 juta ton tembaga dan 27,9 juta ounces emas. Untuk tahun berjalan, MDKA menargetkan produksi sebesar 100-110 ribu ounces emas serta 11-13 ribu ton tembaga.

“Investasi untuk pengembangan tambangnya sendiri juga tidak sedikit ya. Jadi memang itu mungkin manajemen yang akan melihat apakah itu ada kerja sama, apakah membangun sendiri belum ditentukan. Saat ini belum ada,” terangnya.

“Untuk Tujuh Bukit underground itu, perkiraan pengembangan bawah tanahnya dan lain-lain bisa memenuhi investasi US$ 1 miliar sampai US$ 1,5 miliar, smelternya belum termasuk ke situ. Semoga juga nanti ada yang bangun smelter jadi kita bisa kirim ke sana,” sambungnya.

Di saat yang bersamaan, saat ini MDKA melalui PT BSI masih melakukan operasi di Tambang Emas Tujuh Bukit yang masih memiliki umur operasi hingga tahun 2030. Untuk itu pihaknya tengah menyiapkan peralihan operasi tambang emas dari sistem terbuka menuju tambang tembaga bawah tanah tanpa masa jeda.

Oleh karenanya, kehadiran proyek tambang tembaga bawah tanah ini diharapkan tak hanya memperpanjang usia tambang Tujuh Bukit, namun juga bisa memperkuat posisi MDKA sebagai salah satu pemain besar di industri pertambangan tembaga nasional.

“Kami harap bisa terjadi transisi langsung, tidak ada jeda. Tapi, belum keluar detailnya. Ini kita sedang feasibility study detail untuk menghitung atau mendesain bagaimana caranya menambang dan proyeksinya gimana. Tahun ini mestinya selesai feasibility study-nya,” ucapnya.

“Dengan catatan nggak ketemu cadangan baru, karena pada saat kita mulai beroperasi, tentunya eksplorasi lanjutan akan tetap jalan. Jadi kalau ini memang mulai beroperasi, kita akan menjadi tambang tembaga ketiga terbesar di Indonesia,” pungkas Tom.

Kinerja Tambang Tujuh Bukit

Meski kawasan pertambangan Tujuh Bukit yang kini dikelola PT BSI akan memiliki area tambang tembaga baru, namun sampai saat ini area yang sudah beroperasi baru area tambang emas terbuka di permukaan bukit.

“Sekarang tambang terbuka yang menambang emas tapi kita sedang terbangkan ke bawah adalah tembaga dan emas. Sebuah proses yang masih berjalan dengan studi-studi yang tidak simple ya. Karena ini tambang bawah tanah berada di tepi laut,” paparnya.

Untuk diketahui, saat ini PT BSI tengah mengoperasikan area Tambang Emas Tujuh Bukit seluas 992 hektare dari total wilayah konsesi 4.998 hektare, berdasarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi dan Produksi yang diterbitkan pada tahun 2012.

Dijelaskan, dalam panduan 2025 kawasan tambang ini diharapkan bisa menghasilkan sekitar 100.000-110.000 ounces emas pada cash cost US$ 1.000-1.100/oz. Di mana area tambang ini sudah beroperasi lebih dari 20 juta jam kerja tanpa LTI (Lost Time Injury), yang menunjukkan bagaimana operasional tambang dilakukan dengan profesional dan kehati-hatian.

Meski kinerja tambang emas Tujuh Bukit saat ini menunjukkan tren positif, Tom mengatakan pihaknya belum menetapkan target produksi untuk tahun depan. Sebab target produksi ini baru ditetapkan akhir tahun berjalan atau pada awal tahun berikutnya.

“Biasanya target baru kita umumkan di akhir tahun atau awal tahun berikutnya,” ucap Tom.

(fdl/fdl)