Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Belajar Batik di Pamekasan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

belanjaPAMEKASAN – Upaya optimalisasi potensi daerah kembali dilakukan Pemkab Banyuwangi. Kali ini sasarannya adalah industri batik lokal di kabupaten berjuluk Sunrise of Java ini. Untuk meningkatkan daya saing produk batik Banyuwangi, tim pemkab melakukan studi banding ke Pamekasan, Madura, Rabu lalu (28/5). Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pertambangan (Disperindagtam) Banyuwangi, Hary Cahyo Purnomo mengatakan, Pamekasan dipilih sebagai jujugan studi banding didasarkan beberapa pertimbangan.

Salah satu pertimbangan tersebut, Pamekasan memiliki seribu lebih industri batik yang mampu menyerap tenaga kerja mencapai 2.503 orang. Selain itu, Pamekasan telah memiliki koperasi batik yang disediakan pemkab setempat. Pendirian koperasi tersebut diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dikatakan, Pamekasan memiliki 1.205 unit industri batik dengan jumlah tenaga kerja 2.503 orang. 

Sebagai perbandingan, Banyuwangi baru memiliki 16 unit industri kerajinan batik dan dua sentra dengan jumlah tenaga kerja 200 orang. Hal yang perlu dicontoh, kata Hary, Pemkab Pamekasan melakukan pengenalan, penerapan, dan pelatihan kegiatan membatik sejak usia SD. Dengan keberadaan koperasi, akses permodalan pelaku industri batik semakin mudah. “Banyuwangi belum memiliki koperasi yang menjadi lembaga penyedia akses permodalan, penyediaan bahan baku, dan pendampingan bagi pelaku industri batik,” ujarnya.

Selain itu, Pamekasan memiliki pasar khusus untuk memasarkan produksi batiknya. Di sisi lain, Banyuwangi belum memiliki pasar khusus untuk memasarkan kerajinan batik khas Bumi Blambangan. Kelebihan lain industri batik
Pamekasan adalah, di daerah tersebut industri batik dikelompokkan dalam tiga kategori. Ada yang memproduksi bahan mentah hingga menjadi produk jadi siap jual, ada yang memproduksi bahan mentah saja, dan ada juga produksi lanjutan alias finishing untuk mengkreasi bahan setengah jadi menjadi produk jadi siap jual.  

Hary Cahyo mengatakan, ada beberapa catatan yang diperoleh dari studi banding itu antara lain, Pemkab Banyuwangi memerlukan kegiatan pengenalan dan pelatihan membatik kepada masyarakat sejak usia SD. Banyuwangi juga memerlukan koperasi untuk memudahkan akses permodalan usaha bagi industri kecil menengah (IKM) batik. “Selain itu, Banyuwangi perlu pasar khusus untuk memasarkan batik khas Banyuwangi,” pungkasnya.(radar)