Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bentuk Brigade, Road Show ke Lapas Tiap Jumat

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

brigadeProgram Siswa Asuh Sebaya (SAS) yang digulirkan Dinas Pendidikan Banyuwangi Dispendik) satu tahun silam sukses menekan angka drop out siswa. Melalui program inovasi tersebut, siswa dari keluarga miskin dapat menuntaskan pendidikan.SEJAK diluncurkan pada Oktober 2012 hingga Mei 2013, program SAS sudah berhasil menghimpun dana sebesar Rp 1,5 miliar. Penghimpunan dana partisipasi siswa  dilakukan dengan cara berbedabeda.

Di sekolah dasar (SD), penghimpunan dana SAS dilakukan sekolah seusai upacara bendera setiap Senin. Ada pula sekolah yang menghimpun dana SAS setiap hari terhadap para siswa.  Siswa SLTA penghimpunan dana langsung dari siswa tanpa melibatkan dewan guru dan pihak sekolah. Seperti yang dilakukan di SMKN 1 Banyuwangi. Di sekolah tersebut, guru dan sekolah tidak ikut campur. Pengumpulan dan pendistribusian dana SAS dilakukan 22 siswa yang tergabung dalam ”Brigade SAS”.

SMKN 1 Banyuwangi penghimpunan dana SAS setiap hari Jumat. Setiap Jumat, petugas Brigade SAS road show ke kelas-kelas untuk menghimpun dana dari temantemannya. Awalnya, Brigade SAS merupakan aktivitas remaja masjid (remas) di SMKN 1 Banyuwangi. Remas tersebut memang memiliki kegiatan menghimpun infaq dan sedekah dari para siswa dan dewan guru Namun, sejak program SAS diluncurkan, aktivis remas sekolah itu menjelma menjadi Brigade SAS.

Aktivitasnya juga meningkat daripada sebelumnya. Sebelumnya, sasaran infaq dan sedekah hanya kalangan siswa dan dewan guru. Namun, sejak program SAS diluncurkan, semua unit produksi yang ada di sekolah tersebut menjadi sasaran. “Setiap Jumat, tim Brigade SAS menyebar ke 42 kelas di sekolah ini,” tutur Kepala SMKN1 Banyuwangi, HM. Karimullah. Hingga 2013, SMKN 1 Banyuwangi memiliki 1.400 siswa.

Namun, tidak semua siswa berpartisipasi dalam program SAS. Kira-kira hanya sekitar 60 persen yang berpartisipasi. Yang 40 persen merupakan siswa keluarga tidak mampu. Walau hanya 40 persen, tapi partisipasi siswa dalam program SAS cukup membanggakan. Setiap minggu, Brigade SAS berhasil menghimpun dana rata-rata Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta. Dana yang berhasil dihimpun itu didistribusikan kepada siswa tidak mampu setiap sebulan sekali.

Cara menentukan siswa yang berhak menerima dana itu, tim Brigade SAS tidak bekerja sendiri melainkan melibatkan pihak sekolah. “Brigade SAS sangat membantu menyukseskan program SAS,” tutur Karimullah. Berkat program SAS, bantuan kepada siswa tidak mampu terus meningkat. Di beberapa sekolah lain, dana SAS ada yang disalurkan ke sekolah lain. Di SMKN 1 Banyuwangi, dana SAS baru disalurkan secara internal saja.

Pihak sekolah memprioritaskan siswa sendiri, karena  jumlah siswa dari keluarga tidak mampu cukup banyak. “Penyaluran bantuan kepada siswa tidak mampu di SMKN antara 20 hingga 30 persen,” cetusnya. Berkat program SAS, di SMKN 1 Banyuwangi tidak  ada lagi siswa yang drop out karena tidak memiliki dana untuk membayar bea pendidikan. Semua siswa yang tidak mampu berhasil diatasi melalui program SAS.  (radar)