Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Beras Organik Banyuwangi Diekspor ke Italia

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Beras Organik produksi Banyuwangi resmi di ekspor ke Italia. Italia adalah pasar terbaru dari beras organik Banyuwangi setelah sebelumnya diekspor ke sejumlah negara.

Prosesi ekspor perdana tersebut berlangsung di Padepokan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Swadaya (P4S) Sirtanio, Kecamatan Singojuruh, Kamis (21/3/2019).

Para petani di sana merupakan kluster binaan Bank Indonesia (BI) dan Pemkab Banyuwangi. Pelepasan ekspor dilakukan Kepala Bank Indonesia (BI) Jatim, Difi Johansyah.

Beras yang diekspor itu adalah produksi PT Sirtanio, perusahaan agribisnis Banyuwangi yang digerakkan anak-anak muda. Seperti Beras Merah Varietas Segobang A3, Beras Hitam Melik A3, dan Beras Sunrise of Java. Varietas-varietas itu telah didaftarkan sebagai padi asli Banyuwangi oleh Dinas Pertanian di Kementerian Pertanian.

“Kami bangga dengan ekspor perdana ini sebagai prestasi petani Banyuwangi,” kata Difi.

Dia juga mengaku, BI mendukung pertanian organik di beberapa daerah, namun yang berhasil tembus ekspor baru Banyuwangi. Sehingga, Banyuwangi menjadi contoh bagi pertanian organik yang sukses.

“Pasar Eropa itu susah ditembus, tapi berkat kegigihan kelompok tani di wilayah setempat, mereka bisa masuk pasar Eropa,” ungkap Difi.

Produksi beras organik Sirtanio bersama petani mitranya mencapai 30 ton per bulan di lahan 70 hektar.

“Kami mengambil segmen terkecil, yaitu Italia,” imbuh Difi.

Sementara, Samanhudi, ketua Kelompok Tani Mendo Sampurno yang memproduksi beras ekspor tersebut mengaku, perbulan para petani mengirim 2,8 ton. Ada tim yang memantau pengelolaan lahan organik khusus ekspor, sembari terus ditingkatkan lahan organik lainnya agar bisa standar ekspor.

“Permintaan luar negeri terhadap beras organik Banyuwangi sangat besar. Dari China, misalnya, sebesar 60 ton per bulan. Belum lagi dari Amerika Serikat,” papar Samanhudi.

Dia mengaku, kapasitas pihaknya terbatas sehingga ini dipenuhi bertahap. “Ke depan, kami terus merangkul para petani lainnya,” kata Samanhudi.

Para petani tersebut awalnya adalah kelompok yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan pertanian organik Dinas Pertanian Banyuwangi. Bersama-sama PT Sirtanio yang dikomandoi Ahmad Tessario, mereka berkolaborasi menjadi badan usaha yang kini menaungi 200 petani organik lokal. Produk mereka juga dibeli berbagai perusahaan makanan raksasa.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, ekspor perdana ke Italia adalah bukti bahwa beras organik Banyuwangi telah memiliki standar mutu dan kualitas internasional.

“Dengan beras organik, petani mempunyai nilai tambah, dengan mendapatkan harga lebih baik dibanding beras biasa,” tutur Bupati Anas.

Saat ini pengembangan beras organik Banyuwangi dilakukan di 9 kecamatan seluas 81,49 hektar dengan produksi 515,5 ton per tahun. Sebanyak tujuh kecamatan telah mendapatkan sertifikat pertanian organik Standar Nasional Indonesia (SNI). Tahun ini dua kecamatan dalam proses mendapat SNI pertanian organik.

“Lewat APBD, pemerintah akan mengembangkan tambahan sekitar 120 hektar lahan padi organik bersama petani, sehingga pertengahan tahun depan sudah ada 200 hektar lahan padi organik untuk memenuhi permintaan ekspor yang tinggi,” papar Bupati Anas.

Sementara, untuk pengembangan pertanian organik, Pemkab Banyuwangi melakukan pelatihan agen hayati, pengembangan laboratorium mini agen hayati, hingga fasilitasi sertifikasi nasional dan internasional organik.