Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Berkat Program JKN, Perempuan ini Bisa Jalani Cuci Darah Tanpa Khawatirkan Biaya

berkat-program-jkn,-perempuan-ini-bisa-jalani-cuci-darah-tanpa-khawatirkan-biaya
Berkat Program JKN, Perempuan ini Bisa Jalani Cuci Darah Tanpa Khawatirkan Biaya

ngopibareng.id

Banyuwangi Jumat, 22 Agustus 2025 10:58 WIB

Biaya pengobatan yang besar dan frekuensi pengobatan yang tinggi sering kali menjadi permasalahan tersendiri bagi pasien. Seperti yang dirasakan oleh Siti Nasipah, 53 tahun, warga Banyuwangi. Perempuan ini sudah menjadi peserta JKN segmen mandiri sejak tahun 2016.

Siti Nasipah didiagnosis menderita penyakit gagal ginjal, yakni kondisi ketika ginjal tidak lagi berfungsi secara optimal. Sehingga harus menjalani cuci darah dua kali dalam seminggu. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hadir sebagai solusi untuk membantu meringankan beban finansialnya dalam memperoleh layanan kesehatan.

“Saat dokter menyampaikan kalau Saya harus cuci darah atau hemodialisis, Saya sempat takut dan cukup kaget. Setau saya cuci darah ini juga harus dilakukan seumur hidup dan memerlukan biaya yang besar. Namun, dokter mengatakan bahwa semua biaya pengobatan dapat ditanggung oleh Program JKN, alhamdullilah saya bisa lebih tenang dan bersedia menjalani cuci darah,” ujar Nasipah, Jumat, 22 Agustus 2025.

Nasipah menceritakan, gejala- gejala awal yang dialami yaitu pusing cukup parah sehingga dirinya tidak bisa berjalan dengan baik. Selain itu, tubuhnya sering demam dan mudah lelah, anaknya yang mengetahui hal tersebut akhirnya menyarankan untuk melakukan pemeriksaan di Puskesmas.

“Saya masih ingat betul ketika pertama kali melakukan cek laboratorium di Puskesmas, kadar Hemoglobin (Hb) Saya sangat rendah, hanya sekitar 5 g/dL. Hasilnya juga sama saat pemeriksaan ulang di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blambangan, akhirnya setelah pemeriksaan lebih lanjut, dokter spesialis menetapkan penyakit gagal ginjal saya sudah tahap kronis,” tambahnya.

Meskipun Nasipah kurang tahu pasti mengapa dirinya terkena gagal ginjal. Namun, ia menyadari bahwa pola hidupnya di masa lalu kurang sehat dan tidak terlalu memperhatikan kesehatannya.

“Saya menyadari sejak dulu kurang minum air putih dan lebih sering minum-minuman kemasan berwarna. Saya baru tahu saat diedukasi oleh dokter bahwa minuman kemasan berwarna ini banyak mengandung bahan kimia maupun pemanis buatan,” ungkap Nasipah.

Nasipah mengaku hampir 10 tahun menjalani pengobatan di beberapa fasilitas kesehatan, dirinya selalu dilayani dengan baik tanpa diskriminasi. Pelayanan yang diterima selama menjalani pengobatan juga sangat memuaskan.

“Saya merasa tidak ada perbedaan perlakuan antara pasien JKN dan pasien umum. Ruangan untuk cuci darahnya juga bersih dan tenaga medisnya selalu melayani dengan ramah,” ujar Nasipah.

Nasipah juga membantah stigma negatif yang sering melekat pada tindakan cuci darah yang dianggap menakutkan dan dapat memperparah kondisi tubuh. Ia menyampaikan, dengan melakukan cuci darah dapat membersihkan darah dari zat-zat berbahaya dan racun, sehingga meringankan gejala yang dirinya alami.

“Sebelum cuci darah itu rasanya pusing, sesak dan mual-mual. Bahkan yang paling parah ya bengkak-bengkak di tubuh. Setelah cuci darah, alhamdullilah badan terasa lebih ringan dan pusing juga berkurang,” jelasnya.

Baca Juga

Nasipah berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk menjaga pola hidup sehat. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh masyarakat yang dengan penuh kesadaran rutin membayar iuran BPJS Kesehatan meskipun dalam keadaan sehat. Menurutnya, semangat gotong royong ini sangat berarti, karena berkat dukungan bersama tersebut, ia bisa menjalani pengobatan dengan tenang.

“Saya berharap Program JKN ini terus berlanjut, karena banyak membantu peserta yang membutuhkan seperti saya. Bagi para pasien penyakit gagal ginjal lainnya, tetap semangat dan tidak perlu takut lagi dengan biaya cuci darah yang mahal karena biaya dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan,” pungkasnya.