Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Cerita Haru Korban Selamat Tragedi Tewasnya 26 Karateka Inkai Banyuwangi



Banyuwangi

Fransiscus Xaverius Wawan S Riyadi (51) tak bisa menahan air mata saat menceritakan tragedi tenggelamnya 26 karateka Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) Banyuwangi 41 tahun silam. Banyak teman dan sahabatnya yang hanyut, setelah diterjang ombak Selat Bali.

Wawan merupakan salah satu dari 86 karateka yang berada di lokasi kejadian. Dia selamat, setelah diselamatkan oleh karateka yang lain dengan sebuah sabuk karate yang dijadikan tali penolong.

“Kejadiannya sangat cepat. Saat kita menyeberang, tiba-tiba saja ombak besar dan pasir yang kita injak (pasir) longsor kena ombak,” tutur Wawan kepada detikJatim, Rabu (4/1/2023).

“Setelah itu saya tidak sadar. Baru sadar setelah ada di rumah sakit. Seminggu saya dirawat di sana,” tambahnya.

Saat tragedi, Wawan baru berusia 8 tahun. Ia memang ikut olahraga karate di dojo Basuki Rachmad kala itu. “Seingat saya, saya dulu ikut di pabrik kertas (Dojo Basuki Rachmad). Jadi, dari kelompok pabrik kertas Basuki Rachmad. Di situ akan ada senpai. Itu aku usia sekitar 8-9 tahun. Kelas 2 SD,” kata pria yang tinggal di Kelurahan Panderejo Kecamatan Banyuwangi ini.

Wawan bercerita, kala itu memang ada ujian kenaikan tingkat. Dia rencananya naik tingkat dari sabuk putih ke sabuk kuning. Saat itu rombongan dibawa oleh pelatih ke Pantai Boom. Sekitar pukul 15.00 WIB, rombongan diminta untuk kembali ke PMI.

“Saat itu memang kita mau balik ke PMI untuk ujian kenaikan tingkat. Kemudian pelatih meminta kita nerobos ke jalur cepat melintasi muara gitu,” tambahnya.

Ketika melintas, kata Wawan, tak ada perasaan takut sama sekali. Namun tiba-tiba ombak masuk ke muara. Pijakan di pasir pun kemudian terasa hilang. Kemudian dia pun hanyut.

Wawan mengaku sempat berpegangan sesuatu. Namun dia tak mengerti apa yang dia pegang saat itu. Karena, setelah tenggelam dia tak sadarkan diri.

“Seingatku di situ sampai di situ saja. Selebihnya saya tidak ingat. Ingat-ingat saya sudah di rumah sakit. Saya inga waktu itu saya sempat berteriak minta tolong,” katanya.

Wawan mengaku dirawat di rumah sakit selama seminggu. Itu dikarenakan paru-parunya kemasukan air laut saat tenggelam di Pantai Boom. Hal ini membuat kondisinya trauma.

Tak hanya itu, keluarga pun juga syok dan stres atas tragedi yang menimpanya. Bahkan keluarganya kemudian membakar semua perlengkapan karate miliknya, termasuk baju dan sabuknya.

“Di saat kondisi itu keluargaku stres. Sampai baju-baju karate dan sebagainya dibakar dan dimusnahkan. Pokok jangan ikut-ikutan karate,” kata dia menirukan ucapan keluarganya.

Dalam tragedi itu, ia harus kehilangan 2 sahabatnya. Sahabatnya itu turut menjadi korban meninggal dunia setelah terseret gelombang dan hanyut.

“Agustinus dan Andre kalau tidak salah. Ada satu, tapi dia tidak di Banyuwangi. Ada satu yang masih hidup juga. Dia mantan pastur. Pernah jadi pastur, terus dia keluar,” ujar pria kelahiran tahun 1971 itu.

Menurut Wawan, hingga saat ini ketika melewati Tugu INKAI, dia selalu merasa berdebar setiap mengingat tragedi pada 17 Januari 1982 itu. Sebab ingatannya selalu timbul. Dia mengaku bersyukur bisa selamat yang dianggapnya sebagai nyawa sambungan. “(Kalau lewat Tugu Inkai) Sampai hari ini, perasaan seperti ‘deg, kancaku’. Itu yang saya rasakan,” tutur Wawan.

Ini karena ia merasa ada ikatan batin terhadap Tugu INKAI. Bahkan, tak jarang ia menangis saat lewat dan berhenti di tugu yang terletak di Jalan Ikan Cucut, Kampungmandar itu. “Merasa ada ikatan batin. Selalu setiap saya berhenti di sana, mbrebes mili (menangis),” pungkasnya.

Ikuti berita menarik lainnya di Google News.

Simak Video “Penampakan Bangkai Kapal Sao Luiz yang Mengancam Lingkungan Brasil
[Gambas:Video 20detik]
(abq/iwd)

source