Solo –
Satpol PP Situbondo, Jawa Timur, menjamin tak ada penertiban prostitusi selama Ramadan. Namun, syaratnya para PSK harus ikut tarawih dan tadarus. Berikut curhat sebagian PSK mengenai kebijakan tersebut.
Dilansir detikJatim, tarawih dan tadarus juga digelar di lokalisasi ilegal dan tempat-tempat yang selama ini dikenal sebagai tempat mangkalnya para PSK di Situbondo.
Beberapa titik lokalisasi ilegal tersebut diantaranya bekas lokalisasi Gunung Sampan (GS), Burnik, Bandengan, Nyiuran, dan beberapa titik lainnya.
Tempat-tempat itu berada di sepanjang mulai dari wilayah Kecamatan Banyuglugur di sisi paling barat kabupaten Situbondo hingga Asembagus di sisi timur.
“Jujur, selama ini saya memang jarang tarawih dan tadarus. Tapi karena diharuskan, ya gimana lagi,” kata salah seorang PSK Bandengan, Rifa, Jumat (24/3/2023), dikutip dari detikJatim.
Menurut PSK yang mengaku dari Jember itu, ikut tarawih dan tadarus itu membuka hati nuraninya. “Jadi introspeksi diri. Saya ingin berhenti, tapi mau kerja apa untuk menopang ekonomi keluarga?” ujar wanita 36 tahun itu.
Sementara itu PSK lain, Maya (34) menganggap kebijakan yang mengharuskan tarawih dan tahajud itu sama halnya dengan menutup lokalisasi secara halus.
“Jam-jam banyak tamu, diharuskan tarawih dan tadarus hingga malam. Terus kapan kami kerjanya? Siang sudah pasti sepi, karena puasa. Ini akal-akalan aja,” ucap wanita yang mengaku asal Banyuwangi itu.
Maya menambahkan, para pria hidung belang biasanya datang ke lokalisasi mulai pukul 19.00 WIB.
Simak Video “Penampakan Jalur Alternatif Kudus-Sukolilo Kebanjiran, Sudah 3 Bulan“
[Gambas:Video 20detik]
(dil/aku)