Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Dalam Sehari, KUA Rogojampi Nikahkan 42 Pasangan Pengantin

Pasangan pengantin Abdul Qorun, 24, dan Retno Dwi Agustin, 19 melangsungkan pernikahan di KUA Rogojampi, jumat lalu (15/9)
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Pasangan pengantin Abdul Qorun, 24, dan Retno Dwi Agustin, 19 melangsungkan pernikahan di KUA Rogojampi, jumat lalu (15/9)

Bulan haji atau Zulliijah menjadi bulan favorit oleh sebagian masyarakat untuk melangsungkan hajatan pernikahan. Selain bulan, hari pasaran jumat Pon menjadi pilihan untuk melangsungkan pernikahan.

DEDY JUMHARDIYANTO, Rogojampi

SUASANA Kantor Urusan Agama (KUA) Rogojampi terlihat ramai, jumat pagi lalu (15/9). Tak tanggung-tanggung, calon pengantin yang mendaftarkan pernikahan pada hari itu sebanyak 42 pasangan.

Sebanyak 22 pasangan melangsungkan akad nikah di kantor KUA, sementara sisanya dilangsungkan di rumah mempelai. Suasana kantor KUA terlihat penuh sesak. Selain pasangan pengantin yang akan melangsungkan akad nikah, keluarga pengiring yang membawa mahar, seperti seperangkat alat salat dan hiasan mata uang juga memadati KUA Rogojampi.

Agar pelaksanaan ijab kabul akad nikah berlangsung cepat, petugas pencatat nikah di KUA Rogojampi melangsungkan secara masal setiap tiga pasang. Masing-masing keluarga yang duduk di urutan kursi terdepan, langsung dinikahkan. Termasuk keluarga dan wali nikahnya.

“Memang sistemnya tidak kami jamak secara keseluruhan, hanya tiga pasang- tiga pasang secara bergantian,” ujar Kepala KUA Rogojampi, H Parlan. Parlan mengakui jika bulan Zulhijah atau bidan haji menjadi primadona warga masyarakat untuk melangsungkan putra-putrinya mengikat janji suci tali pernikahan.

Secara khusus, dia belum paham kenapa pernikahan di bulan haji selalu ramai. “Yang lebih khusus harinya yakni Jumat pon,” ungkapnya. Khusus di KUA Rogojampi, selama satu hari yakni di hari Jumat Pon (15/9) telah menikahkan 42 pasangan pengantin. Belum lagi di KUA lainnya.

“Hampir di seluruh wilayah kecamatan yang kultur masyarakat Oseng, kebanyakan melangsungkan pernikahan pada Jumat Pon,” ujarnya. Padahal, kata Parlan, pada hari-hari biasa di luar bulan haji, pasanagan yang melangsungkan pernikahan hanya berkisar belasan pasang saja. Di KUA Kabat misalnya, pada hari jumat Pon yang melangsungkan pernikahan sebanyak 20 pasang pengantin.

“Setiap hari Jumat Pon bisa dipastikan jumlah pasangan pengantin yang menikah itu meningkat dibanding hari biasa,” jelasnya. Selain bulan Zullijah, bulan lain yang paling banyak dipilih oleh masyarakat adalah bulan Syawal.

Tradisi pemilihan pada jumat Pon tersebut tidak lepas dari ada istiadat dan tradisi masyarakat setempat. Kabarnya, pada hari jumat Pon itu didasarkan pada  hitungan hari dan pasaran yang jumlahnya 13.

“Tradisi masyarakat jawa memang menekankan unsur kehati-hatian dalam setiap melangsungkan apa pun. Apalagi yang menyangkut kehidupan,” ujar Ki Joko Gondrong, salah seorang paranormal asal Sumbersewu, Muncar.

Masyarakat jawa tidak lepas dari kenyakinan menghitung hari dan pasaran. Hal itu sudah menjadi keyakinan sejak dulu kala. Khusus untuk pernikahan, biasanya akan dihitung jumlah kelahiran pasangan pengantin.

“Hitungan itu nantinya untuk memprediksi jodohnya, jatuh pada rezeki atau pati (kematian).  Kalau hitungannya pas pati, biasanya akan dihindari sebagai bentuk kehati-hatian,” ungkap Joko Gondrong.

Mesti demikain, keyakinan tersebut hanya bagian dari ikhtiar saja. Semuanya tergantung dari takdir yang telah ditentukan Allah SWT. “Intinya manusia hanya bisa berusaha dan berupaya, namun segala sesuatunya atas kehendaknya,” tandasnya. (radar)