Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Demi Transparansi, Uang Receh Dibiarkan Utuh

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Barisan suporter Laros Jenggirat tidak bisa dilepaskan dari Persewangi. Ketika pemain empat bulan tidak digaji, mereka mengumpulkan sumbangan untuk membantu membayar gaji mereka.

-NIKLAAS ANDRIES, Banyuwangi-

KAWASAN Simpang Lima menjadi salah satu urat nadi lalu-lintas di Banyuwangi. Hampir setiap hari, ribuan kendaraan lalu-lalang di lokasi yang menghubungkan lima poros jalan utama di Kota Gandrung ini. Tidak heran, lokasi itu menjadi primadona masyarakat dalam menunjukkan eksistensi. Aksi demo, penggalangan dana, hingga promosi produk, sering dilakukan di kawasan Simpang Lima.

Hal yang sama juga dilakukan barisan suporter pendukung Persewangi yang tergabung dalam Laros Jenggirat. Beberapa waktu lalu, Simpang Lima menjadi lahan dalam mengumpulkan dana bagi tim kesayangan mereka, Persewangi. Spanduk putih bertuliskan sumbangan untuk gaji pemain sempat terpasang di salah satu sudut jalan di Simpang Lima. Bahkan, untuk memeriahkan suasana penggalangan dana itu, satu set drum band dipasang berjejer di pinggir jalan dan ditabuh tidak henti-henti.

Tak pelak, kawasan yang ramai klakson dan deru mesin itu bertambah ramai dengan dentuman alat musik tersebut. Penggalangan dana itu dilakukan selama 10 hari penuh; selama empat jam dalam sehari. Kegiatan itu berlangsung mulai 4 Mei 2012 lalu, dimulai pukul 16.00 dan tuntas pukul 20.00. Kegiatan ini juga sudah mengantongi izin polisi. Tidak hanya anggota Laros Jenggirat yang berpartisipasi dalam penggalangan dana itu, anak-anak dan masyarakat luas juga turut berpartisipasi.

Selain menggalang dana, kegiatan tersebut juga digunakan sebagai media perekrutan anggota baru oleh barisan suporter tersebut. Bahkan, mereka yang bukan termasuk anggota Laros Jenggirat juga tampak enjoy berada tempat penggalangan. Mereka pun membaur bersama komunitas suporter berlambang Minak Jinggo tersebut. Beberapa koordinator lapangan tidak canggung-canggung menabuh alat musik tersebut dengan rancak. “Sekalian juga mencari anggota baru dan bagi-bagi ilmu memukul drum,” beber Ahmad Mustain, ketua Laros Jenggirat.

Di tengah suara drum band membahana, beberapa personal Laros Jenggirat berada di lima ruas jalan menenteng sebuah kardus bertuliskan kepedulian untuk pemain Persewangi. Setiap lampu merah menyala, mereka mendekati pengendara agar mau menyumbangkan sedikit uangnya. Panas matahari dan pekatnya debu bukan halangan bagi mereka dalam menjalankan niat baik tersebut. Koin demi koin dan uang kertas lembaran masuk kardus yang mereka bawa. Dalam aksi tersebut, mereka tidak menentukan besaran sumbangan, melainkan seikhlasnya.

Oleh karena itu, tidak sedikit dari mereka yang hanya mendapat senyum. Tetapi, itu sudah dirasa cukup sebagai penambah spirit dalam penggalangan dana tersebut. Di luar dugaan, hasil yang terkumpul sangat luar biasa. Selama 10 hari mengamen di jalan, Laros Jenggirat mampu mengumpulkan dana sebesar Rp 8,1 juta. “Dana sebesar itu memang tidak cukup untuk bayar pemain. Tetapi, paling tidak ini bukti kecintaan kami terhadap Persewangi,” ujar Mustain.

Untuk memperjelas transparansi dana yang diperoleh, Laros Jenggirat pun tidak mengubah bentuk uang yang diterima. Baik recehan maupun uang kertas tetap dibiarkan seperti saat kali pertama diterima dari para penyumbang. Rencananya, uang itu akan diberikan kepada para pemain Persewangi tetap dalam bentuk tersebut. Aksi itu sempat mendapat apresiasi para pemain Persewangi. Bahkan, mereka rela datang dari jauh hanya untuk menyatakan apresiasi.

Tidak hanya pemain lokal, pemain asing, seperti Moukele Ebanga, juga hadir dalam penggalian dana di jalanan itu. Mereka sangat terharu dengan perjuangan Laros Jenggirat di luar arena. Tidak hanya semangat saat berada di dalam stadion, barisan suporter merah hitam itu juga menunjukkan kepeduliannya di luar stadion. “Kami menaruh apresiasi kepada mereka,” ujar Nurcahyo, kapten Persewangi. (RADAR)