Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Detik-detik Tewasnya Anggota Pencak Silat Kera Sakti di Banyuwangi, Begini Kondisi Korban – Radar Banyuwangi

detik-detik-tewasnya-anggota-pencak-silat-kera-sakti-di-banyuwangi,-begini-kondisi-korban-–-radar-banyuwangi
Detik-detik Tewasnya Anggota Pencak Silat Kera Sakti di Banyuwangi, Begini Kondisi Korban – Radar Banyuwangi

RadarBanyuwangi.id – Detik-detik meninggalnya AR, 14, santri Pondok Pesantren Mambaul Huda Krasak, Desa/Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, yang juga anggota IKSPI Kera Sakti saat latihan bela diri di Dusun Krajan 2, Desa/Kecamatan Tegalsari pada Minggu (22/9), sempat membuat warga heboh sekitar.

Salah satu warga yang sempat menolong korban, Agus Susanto, 28, menyampaikan saat latihan itu korban tidak sadarkan diri hingga dilarikan ke Puskesmas Tegalsari.

“Latihannya di lahan kosong milik bapak (Suyar, 52), belakang rumah,” terang Agus Susanto.

Agus mengaku tidak tahu saat kejadian. Ia juga tidak tahu saat para santri itu datang ke lahan milik orang tuanya untuk latihan pencak silat.

“Biasanya, mereka latihan bela diri di lahan milik bapak yang ada di belakang rumah,” ujarnya.

Latihan pencak silat yang dilakukan oleh para santri itu, jelas dia, sebenarnya sudah dilarang oleh pihak pondok pesantren. Tapi, masih ada santri yang bandel dan tetap melaksanakan latihan.

“Santri itu biasanya curi-curi waktu untuk ikut latihan di sini. Padahal dari pondok sendiri sudah dilarang,” ungkapnya.

Menurut Agus, sudah dua tahun lamanya lahan kosong itu digunakan untuk latihan pencak silat. Tidak hanya dari para santri, tetapi juga dari kalangan luar di Kecamatan Tegalsari.

“Para santri sudah izin secara lisan saat menggunakan lahan,” katanya.

Latihan pencak silat biasanya dilakukan sekali seminggu, tepatnya pada Jumat. Para pesilat sudah lama meminta izin menggunakan lahan itu sebagai tempat berlatih.

“Biasanya latihan diadakan setiap Jumat, sudah dua tahun berjalan,” tambahnya.

Saat kejadian, Agus mengaku sedang di dalam rumah dengan seluruh keluarganya. Sekitar pukul 13.00, ada orang memanggil dari arah belakang rumahnya.

“Saya melihat anggota pencak silat itu sudah bingung, karena ada anggotanya yang tidak sadarkan diri,” kata Agus.

Setelah dievakuasi dari lokasi latihan, AR dibaringkan di atas kursi bambu panjang oleh rekan-rekannya. Suasana semakin tegang ketika AR tidak menunjukkan tanda-tanda membaik.


Page 2

“Korban langsung dibaringkan di meja bambu setelah dibawa dari tempat latihan,” tambahnya.

Agus menyampaikan saat itu kondisi korban sangat pucat dan lemah. Ada tanda gosong di area dada, sedangkan bibirnya membiru. Saat menyentuh dada dan tangan AR, denyut jantungnya masih ada walaupun sangat lemah.

“Ketika AR mulai tak sadarkan diri, teman-temannya panik dan mencoba memberikan pertolongan. Detak jantung korban masih terasa meski kondisinya sudah sangat lemah,” ungkapnya.

Pertolongan pertama dilakukan dengan memberikan oksigen ke mulut AR, namun tidak ada respon.

Keadaan korban semakin memburuk, sehingga Agus memutuskan untuk segera membawa ke Puskesmas Tegalsari.

“Oksigennya tak dihirup oleh korban, jadi kami membawanya ke Puskesmas Tegalsari,” ujarnya.

Setiba di Puskesmas Tegalsari, petugas medis langsung memeriksa AR dan menemukan pupil matanya sudah melebar. Meski denyut nadinya masih ada, petugas menyatakan kondisinya sudah sangat kritis.

“Kata petugas Puskesmas, pupil matanya sudah lebar, tanda-tanda kematian mulai tampak,” jelasnya sambil menyampaikan tidak lama petugas medis menyampaikan korban meninggal. (rei/abi)


Page 3

RadarBanyuwangi.id – Detik-detik meninggalnya AR, 14, santri Pondok Pesantren Mambaul Huda Krasak, Desa/Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, yang juga anggota IKSPI Kera Sakti saat latihan bela diri di Dusun Krajan 2, Desa/Kecamatan Tegalsari pada Minggu (22/9), sempat membuat warga heboh sekitar.

Salah satu warga yang sempat menolong korban, Agus Susanto, 28, menyampaikan saat latihan itu korban tidak sadarkan diri hingga dilarikan ke Puskesmas Tegalsari.

“Latihannya di lahan kosong milik bapak (Suyar, 52), belakang rumah,” terang Agus Susanto.

Agus mengaku tidak tahu saat kejadian. Ia juga tidak tahu saat para santri itu datang ke lahan milik orang tuanya untuk latihan pencak silat.

“Biasanya, mereka latihan bela diri di lahan milik bapak yang ada di belakang rumah,” ujarnya.

Latihan pencak silat yang dilakukan oleh para santri itu, jelas dia, sebenarnya sudah dilarang oleh pihak pondok pesantren. Tapi, masih ada santri yang bandel dan tetap melaksanakan latihan.

“Santri itu biasanya curi-curi waktu untuk ikut latihan di sini. Padahal dari pondok sendiri sudah dilarang,” ungkapnya.

Menurut Agus, sudah dua tahun lamanya lahan kosong itu digunakan untuk latihan pencak silat. Tidak hanya dari para santri, tetapi juga dari kalangan luar di Kecamatan Tegalsari.

“Para santri sudah izin secara lisan saat menggunakan lahan,” katanya.

Latihan pencak silat biasanya dilakukan sekali seminggu, tepatnya pada Jumat. Para pesilat sudah lama meminta izin menggunakan lahan itu sebagai tempat berlatih.

“Biasanya latihan diadakan setiap Jumat, sudah dua tahun berjalan,” tambahnya.

Saat kejadian, Agus mengaku sedang di dalam rumah dengan seluruh keluarganya. Sekitar pukul 13.00, ada orang memanggil dari arah belakang rumahnya.

“Saya melihat anggota pencak silat itu sudah bingung, karena ada anggotanya yang tidak sadarkan diri,” kata Agus.

Setelah dievakuasi dari lokasi latihan, AR dibaringkan di atas kursi bambu panjang oleh rekan-rekannya. Suasana semakin tegang ketika AR tidak menunjukkan tanda-tanda membaik.