Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Di Terowongan Ini, Kerap Terlihat Penampakan Korban Kerja Rodi Zaman Belanda

Banyuwangi

Terowongan Mrawan di Banyuwangi dibangun pada zaman kolonial Belanda. Konon katanya, di terowongan ini kerap terlihat penampakan para korban kerja rodi.

Mulai dibangun pada 1901-1902, terowongan ini mencapai kesempurnaan pada 1910. Pelaksana pembangunan terowongan itu adalah perusahaan kereta api Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS). Mereka memaksa para pekerja pribumi dengan penuh tekanan.

Kerja paksa pada zaman kolonial Belanda disebut kerja Rodi. Pembangunan terowongan tersebut disebut-sebut menelan banyak korban jiwa dari kalangan pekerja.

Banyak pekerja yang meninggal karena kelaparan. Mereka bekerja terus-menerus tanpa mendapatkan upah dan makanan yang layak. Warga sekitar terowongan percaya, arwah-arwah korban kerja Rodi masih bersemayam di sana. Di Alas Gumitir.

Maka tak heran jika hingga saat ini, Terowongan Mrawan Banyuwangi diselimuti kisah mistis. Hal berbau mistis di Alas Gumitir kerap dikaitkan dengan arwah-arwah pekerja paksa yang meninggal saat membangun terowongan tersebut.

Dalam cerita yang berkembang di masyarakat disebutkan, ada banyak kisah mistis yang dialami penjaga terowongan. Hal mistis yang dimaksud seperti mendengar orang minta tolong tanpa ada wujudnya. Juga kerap tampak bayangan korban kerja paksa yang sudah compang-camping di jalur terowongan.

“Konon sosok mereka adalah para pekerja paksa yang mati kelaparan akibat Rodi,” ujar Mukhlas, warga Desa Kalibaru Manis, Kamis (27/10/2022).

Soal kerja Rodi itu, Mukhlas mengaku mendapatkan cerita dari sang kakek. Sebagian besar pekerja menjadi korban jiwa dalam praktik kerja paksa tersebut.

“Makanya kan dikenal angker di terowongan itu,” tambahnya.

Terlepas dari kisah mistis yang menyelimuti, Terowongan Mrawan masih terawat dengan baik hingga saat ini. PT KAI selalu melakukan pengecekan secara berkala, untuk memastikan bangunan peninggalan Belanda itu tetap terjaga. Sehingga dapat digunakan hingga kini.

Asisten Manajer Humas PT KAI Daop 9 Jember, Tohari mengatakan, terowongan kereta api dijaga Petugas Jaga Terowongan (PJTW) 152 A. Mereka berjaga selama 24 jam dan melaporkan kondisi terowongan kepada Daop 9 Jember.

“Kondisi vegetasi di atas terowongan ini memang masih sangat alami sehingga mata air yang ada tetap terjaga. Ini juga bukti jika bangunan Belanda memang memikirkan aspek keberlanjutan lingkungan,” tambahnya.

Selain itu, petugas PJTW di Terowongan Mrawan juga mengedukasi pengunjung yang datang agar tidak masuk ke dalam terowongan. Karena itu berbahaya. Namun terkadang, masih ada pengunjung yang nekat masuk ke terowongan melalui sisi Kalibaru.

Saat ini, kata Tohari, kondisi di dalam terowongan sudah tidak gelap lagi. Sudah dilengkapi dengan lampu penerangan. Lampu itu bermanfaat untuk petugas dalam melakukan pengecekan jalur kereta api di dalam terowongan.

—–

Artikel ini telah naik di detikJatim dan bisa dibaca selengkapnya di sini.

Simak Video “Balai Yasa Manggarai Pensiunkan 209 Gerbong Kereta di 2021
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)




source