Marak Kasus Penyalahgunaan Obat
BANYUWANGI – Banyaknya kasus penyalahgunaan obat di tengah masyarakat Banyuwangi dalam beberapa waktu terakhir mengundang perhatian Dinas Kesehatan Banyuwangi untuk bertindak. Apotek yang dianggap menjadi salah satu tempat peredaran obat di masyarakat akan diperketat perizinannya.
Karena selama ini beredarnya beberapa jenis obat disinyalir akibat kurangnya pengawasan dari Apotek itu sendiri. Kepala Dinkes Banyuwangi, Widji Lestariono, melalui Kabid Pelayanan Kesehatan dan Farmasi, Mujito, mengatakan pengawasan peredaran obat memang berada di bawah Badan Pengawa san Obat dan Makanan (BPOM).
Namun, untuk pengawasan tempat penjualan itu ada di bawah Dinas Kesehatan. Karena itu, melihat maraknya peredaran obat daftar G dan daftar W yang di salahgunakan, pihaknya berencana memperketat izin apotek baru.
Jadi untuk apotek baru yang akan berdiri harus benar-benar memastikan ketersediaan apoteker, bukan hanya surat izin praktik apoteker (SIPA)-nya saja. Karena selama ini, kata Mujito, para apoteker ini tidak dipe kerjakan secara optimal di beberapa apotek.
Sehingga pelayanan beberapa jenis obat dilayani oleh pelayan yang menjaga apotek, dan pengawasannya kurang maksimal. Ditambahkan, berdasar data wilayah yang sering terjadi penyalahgunaan obat, dia akan
berkoordinasi dengan pihak BPOM untuk mengawasi apotek yang sudah ada serta toko obat setempat.
Jika nanti diketahui asal obat yang disalahgunakan oleh masyarakat adalah apotek tertentu, maka Dinkes akan memberikan teguran. “Kita bisa berikan teguran tertulis sampai pencabutan izin. Memang, dalam beberapa jenis obat seperti golongan trihexyphenidyl (trex) yang masuk golongan bebas terbatas peredarannya tetap perlu pengawasan,” ujar Mujito.
Obat jenis dextro methorphan (dextro) yang digunakan untuk mengobati batuk, menurutnya, sudah dicabut peredarannya. Sehingga jika ada yang menjual dapat dipastikan itu adalah penjualan dari pasar gelap. Dengan pengawasan terhadap apotek baru dan yang sudah ada itu pun, Mujito berharap dapat membantu menekan angka penyalahgunaan obat. Terutama di kalangan pelajar yang selama ini sering terjerat kasus.
“Kita juga selalu mengadakan pertemuan dengan ikatan apotek di Banyuwangi jika ada kasus penyalahgunaan obat, hara pannya nanti mereka lebih memaksimalkan peran apotekernya supaya lebih terawasi,” ungkapnya. (radar)