Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Dugaan Perundungan Siswa di SMP 17 Agustus 1945 Muncar Banyuwangi, Kasek: Itu Ulah Oknum LSM

dugaan-perundungan-siswa-di-smp-17-agustus-1945-muncar-banyuwangi,-kasek:-itu-ulah-oknum-lsm
Dugaan Perundungan Siswa di SMP 17 Agustus 1945 Muncar Banyuwangi, Kasek: Itu Ulah Oknum LSM
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Radarbanyuwangi.id – Dugaan ada perundungan di SMP 17 Agustus 1945, Desa Blambangan, Kecamatan Muncar, banyak menyebar di tengah masyarakat, Rabu (28/2).

Salah satu siswa kelas 8 di sekolah itu, menjadi korban perundungan kakak kelasnya dan sempat tidak mau sekolah lagi.

Perundungan itu, terjadi pada Senin (19/2), dan yang menjadi korban RA, 14, asal Dusun Sukosari, Desa Blambangan, Kecamatan Muncar.

“Awalnya anak saya itu hanya mengaku sakit perut,” ujar ayah kandung RA, Sahnan.

Karena mengaku sakit perut, oleh Sahnan anaknya itu diminta tidak sekolah hingga rasa sakitnya reda.

“Anak saya tidak mengaku kalau perutnya habis dipukul, hanya bilang sakit. Jadi saya kira sakit perut biasa,” ungkapnya.

Sekitar seminggu sejak tidak masuk, RA baru mau mengaku jika dia menjadi korban pengeroyokan oleh kakak kelasnya di sekolah.

“Baru mau mengaku saat anak saya itu tidak mau sekolah meski kondisinya sudah membaik. Katanya jadi korban pengeroyokan,” terangnya.

Tidak terima dengan perlakukan yang diterima anaknya, Sahnan berinisiatif menemui pihak sekolah untuk menyelesaikan permasalahan itu.

“Saat pertama ke sana (sekolah), saya oleh pihak sekolah tidak diindahkan,” katanya.

Karena laporannya tidak dianggap oleh pihak sekolah, Sahnan berupaya mencari bantuan ke salah satu saudaranya.

Dengan harapan, agar masalah yang menimpa anaknya bisa diselesaikan.

“Setelah ramai, hari ini (kemarin) saya diundang ke sekolah untuk mediasi,”” ungkapnya.

Dalam mediasi itu, beberapa siswa yang diduga melakukan perundungan pada RA juga dihadirkan. Mereka itu NA, 15, dan TF, 15, keduanya siswa kelas 9.

Dalam pertemuan itu, NA dan TF mengakui perbuatannya.


Page 2

gas-Dugaan-Perundungan-di-SMP-17-Agustus

Sahnan (Lugas Rumpakaadi)

“Sudah mengaku, kepala sekolahnya memojokkan anak saya dengan dalih tidak segera melapor ke guru setelah dikeroyok,” ujarnya.

Ditanya soal kemungkinan penyebab pengeroyokan, Sahnan menyebut anaknya itu hanya melirik ke arah pelaku saat jam istirahat di sekolah.

“Tidak tahu, tiba-tiba dipukuli. Banyak temannya melihat tapi diam saja.

Padahal anak saya ini pendiam. Bahkan untuk menceritakan pengeroyokan itu ke orang tuanya tidak berani,” terangnya.

Kepala SMP 17 Agustus 1945 Muncar, Yuliani saat akan dikonfirmasi di sekolahnya tidak ada di tempat.

Yuliani hanya membalas pesan melalui WhatsApp (WA) terkait pengeroyokan di lingkungan sekolahnya.

“Saya sedang perjalanan ke Dispendik (Dinas Pendidikan) untuk membuat laporan  tertulis,” dalihnya.

Yuliani membantah adanya pengeroyokan seperti yang diceritakan RA kepada salah satu stasiun radio di Banyuwangi.

“Berdasarkan hasil komunikasi hari ini (kemarin) dengan pihak orang tua dan siswa, yang di radio tidak sepenuhnya benar dan sudah diklarifikasi yang bersangkutan. Itu hanya ulah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) saja,” tudingnya.(gas/abi)


Page 3

Radarbanyuwangi.id – Dugaan ada perundungan di SMP 17 Agustus 1945, Desa Blambangan, Kecamatan Muncar, banyak menyebar di tengah masyarakat, Rabu (28/2).

Salah satu siswa kelas 8 di sekolah itu, menjadi korban perundungan kakak kelasnya dan sempat tidak mau sekolah lagi.

Perundungan itu, terjadi pada Senin (19/2), dan yang menjadi korban RA, 14, asal Dusun Sukosari, Desa Blambangan, Kecamatan Muncar.

“Awalnya anak saya itu hanya mengaku sakit perut,” ujar ayah kandung RA, Sahnan.

Karena mengaku sakit perut, oleh Sahnan anaknya itu diminta tidak sekolah hingga rasa sakitnya reda.

“Anak saya tidak mengaku kalau perutnya habis dipukul, hanya bilang sakit. Jadi saya kira sakit perut biasa,” ungkapnya.

Sekitar seminggu sejak tidak masuk, RA baru mau mengaku jika dia menjadi korban pengeroyokan oleh kakak kelasnya di sekolah.

“Baru mau mengaku saat anak saya itu tidak mau sekolah meski kondisinya sudah membaik. Katanya jadi korban pengeroyokan,” terangnya.

Tidak terima dengan perlakukan yang diterima anaknya, Sahnan berinisiatif menemui pihak sekolah untuk menyelesaikan permasalahan itu.

“Saat pertama ke sana (sekolah), saya oleh pihak sekolah tidak diindahkan,” katanya.

Karena laporannya tidak dianggap oleh pihak sekolah, Sahnan berupaya mencari bantuan ke salah satu saudaranya.

Dengan harapan, agar masalah yang menimpa anaknya bisa diselesaikan.

“Setelah ramai, hari ini (kemarin) saya diundang ke sekolah untuk mediasi,”” ungkapnya.

Dalam mediasi itu, beberapa siswa yang diduga melakukan perundungan pada RA juga dihadirkan. Mereka itu NA, 15, dan TF, 15, keduanya siswa kelas 9.

Dalam pertemuan itu, NA dan TF mengakui perbuatannya.