RadarBanyuwangi.id – Setiap tahun, Jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno, Jombang, menggelar sebuah tradisi sakral yang sarat makna yakni Riyaya Unduh-unduh.
Tradisi yang telah dilestarikan sejak tahun 1930 ini menjadi simbol rasa syukur umat kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah ruah.
Pada Minggu (11/5), suasana di area GKJW Mojowarno tampak meriah sejak pagi. Ribuan jemaat memadati lokasi sejak pukul 06.00 WIB, turut disertai oleh warga lintas agama yang ikut serta membantu jalannya acara, menunjukkan kerukunan dan toleransi antarumat beragama di kawasan tersebut.
Baca Juga: GEEK Sikat RRQ Habis-Habisan, Lord Kedua Jadi Momen Penghancur
Dari arah utara halaman gereja, iring-iringan jemaat dari berbagai dusun memulai arak-arakan dengan membawa beragam hasil bumi. Sayur-sayuran, buah-buahan, bahkan hewan ternak dihias secara kreatif dan menarik.
Setiap kelompok menampilkan kekhasan masing-masing, mencerminkan keberagaman dan kekayaan alam Mojowarno.
Menurut Rudi Prastiyo Adi, panitia pelaksana, tradisi ini adalah bentuk nyata ucapan syukur petani dan jemaat atas penyertaan Tuhan dari masa tanam hingga masa panen.
Baca Juga: Weton Senin 12 Mei 2025: Bukan Waktu Yang Baik Untuk Bepergian dan Mencari Nafkah
“Tradisi Riyaya Unduh-unduh merupakan wujud ungkapan rasa syukur kami kepada Tuhan atas hasil panen. Ini bukan sekadar ritual, tapi juga simbol iman,” ungkapnya.
Tradisi ini tidak hanya dimaknai secara spiritual, namun juga mempererat hubungan antarwarga. Tidak sedikit umat muslim yang turut membantu jalannya acara, membuktikan bahwa tradisi ini telah menjadi bagian dari budaya lokal Mojowarno, melampaui batas agama.
Setelah prosesi arak-arakan dan ibadah selesai, hasil bumi yang dikumpulkan akan dilelang secara terbuka.
Baca Juga: Kereta Api Sritanjung Mendadak Ngebul di Stasiun Rogojampi Banyuwangi, Ada Apa?
Seluruh dana yang terkumpul dari lelang ini akan digunakan untuk mendukung berbagai kegiatan gereja dan meningkatkan kesejahteraan jemaat, termasuk sektor kesehatan dan sosial.
“Ada lima blok, satu yayasan kesehatan, dan satu pepantan yang ikut serta dalam prosesi ini. Semua hasil dilelang dan dikembalikan ke masyarakat melalui kegiatan gereja,” ujar Rudi menambahkan. (*)