Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Grebeg Suro, Ratusan Warga Berebut Tumpeng Raksasa di Banyuwangi

Foto: Arahjatim
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: Arahjatim

BANYUWANGI – Masyarakat Dusun Pekulo, Desa Kepundungan, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi menggelar acara ‘Grebeg Suro’, Sabtu (31/8/2019).

Acara tersebut diselenggarakan untuk menyambut datangnya Tahun Baru Islam (Muharam) atau dalam kalender masyarakat Jawa dikenal dengan bulan Suro.

Dilansir dari Arahjatimcom, ritual ‘Grebeg Suro’ diawali dengan mengarak puluhan tumpeng raksasa keliling kampung yang dibuat atas swadaya masyarakat dibentuk sedemikian rupa agar terlihat lebih menarik.

Yakni mulai bentuk tumpeng berbentuk burung garuda, hingga tumpeng raksasa berbentuk barong.

Setiap kelompok warga membawa tumpeng raksasa dan menyuguhkan atraksi membawa tumpeng sambil berjoget di hadapan penonton dan tamu undangan yang hadir.

Butuh kekompakan saat atraksi dilakukan, agar tumpeng raksasa setinggi dua meter lebih tidak sampai oleng dan terjatuh.

Dan tiba di pusat acara, ratusan warga saling berebut untuk mendapatkan isi tumpeng, meski harus berdesakan hingga naik ke puncak gunungan tumpeng.

Warga percaya dengan berebut isi tumpeng akan mendapatkan keselamatan, dan berkah melimpah.

Tak hanya kaum laki-laki, kaum ibu-ibu juga tak mau kalah ikut berebut isi gunungan raksasa yang berisi sayur mayur untuk dibawa ke rumah masing-masing.

“Ini saya dapat sayur kacang dan tomat. Nanti mau saya masak di rumah buat lauk,” kata Endang, warga setempat.

“Ini sudah tradisi warga Pekulo, konon kalau dapat isi gunungan ini kita mendapat berkah dan saya mempercayai itu,” imbuhnya.

Grebeg tumpeng suro yang digelar setiap tahun merupakan luapan syukur warga sekitar atas melimpahnya hasil tani serta sebagai ritual tolak bala selama satu tahun ke depan.

“Sudah tahun ketujuh ini kita lakukan acara Grebeg Suro,” kata Andre Subandrio, panitia.

“Gunungan raksasa ini dibuat secara swadaya oleh masyarakat. Setiap RT warga membuat satu hingga dua gunungan. Ini sebagai ungkapan syukur kita atas hasil pertanian yang melimpah, juga untuk memeriahkaan pergantian Tahun Baru Islam,” jelasnya.

Warga juga mengiringi kirab dengan memakai berbagai macam kostum layaknya sebuah karnaval Agustusan. Mereka juga membawa hasil pertanian keliling kampung bersama sanak keluarga.

Grebeg tumpeng Suro sendiri, merupakan tradisi turun-temurun yang digelar setiap tahun bagi warga setempat.