Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Gunung Raung Sering Erupsi Jelang Suro, Mitos Kuno Kembali Terngiang: Kebetulan atau Pertanda?

gunung-raung-sering-erupsi-jelang-suro,-mitos-kuno-kembali-terngiang:-kebetulan-atau-pertanda?
Gunung Raung Sering Erupsi Jelang Suro, Mitos Kuno Kembali Terngiang: Kebetulan atau Pertanda?

RADARBANYUWANGI.ID – Menjelang datangnya bulan Suro dalam penanggalan Jawa, kabar mengejutkan datang dari ujung timur Pulau Jawa. Gunung Raung, salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya.

Letusan ringan yang terjadi secara maraton menjelang malam Satu Suro tahun ini langsung memantik kepercayaan lama masyarakat sekitar. 

Bagi masyarakat adat Jawa yang tinggal di Banyuwangi, bulan Suro selalu dianggap sebagai waktu sakral. Malam satu Suro dipercaya sebagai saat di mana batas dunia manusia dan dunia gaib menipis.

Dan setiap kali Gunung Raung menggeliat di waktu ini, masyarakat lokal meyakini ada “sesuatu” yang sedang berpindah atau bergolak di alam yang tak kasat mata.

Erupsi Gunung Raung di Bulan Suro: Bukan Kali Pertama

Yang membuat keyakinan masyarakat semakin menguat adalah kenyataan bahwa Gunung Raung juga mengalami erupsi pada bulan Suro tahun sebelumnya.

Pada tahun tahun 2022 lalu, tepat pada awal bulan Muharram versi kalender Islam yang secara adat Jawa bersamaan dengan Suro, Gunung Raung sempat mengalami letusan freatik, diikuti gemuruh dan semburan asap setinggi 1.500 meter lebih.

Baca Juga: Gunung Raung Erupsi Terus Menerus Hari Ini, Apakah Akan Naik ke Level III?

Kini, di tahun 2025, pola serupa terjadi. PVMBG mencatat adanya peningkatan tremor dan guguran lava ringan beberapa hari menjelang 1 Suro. Meski aktivitas itu masih dianggap normal dan belum membahayakan, tapi bagi masyarakat adat, ini seperti siklus yang kembali berulang.

Mitos “Raung Ngundang Jagat”

Dalam budaya lisan warga tua di lereng Raung, ada istilah yang cukup populer. Yakni “Raung ngundang jagat.” Artinya, Raung sedang memanggil dunia. Ini sebuah simbol bahwa akan ada kejadian besar, entah baik atau buruk, yang menyentuh banyak orang.

Konon, suara gemuruh Raung menjelang Suro disebut sebagai “sabat saka” atau “seruan leluhur”. Beberapa masyarakat yang masih memegang teguh adat bahkan melakukan ritual kecil di rumah masing-masing, membakar kemenyan, atau membuat sesajen sederhana untuk “ngalap berkah” dan menghindari bala.

“Setiap tahun secara rutin warga Jambewangi khususnya selalu menggelar baritan, semacam selamatan kecil. Disana doa dipanjatkan untuk keselamatan, salah satunya dari bencana Gunung Raung,” ujar Sanekan (62), warga desa setempat.

Dari sisi ilmiah, memang tak ada hubungan langsung antara kalender Jawa dan aktivitas vulkanik Gunung Raung. Para ahli menyebut bahwa Raung memang termasuk gunung yang aktif secara periodik, dan peningkatan aktivitas kerap terjadi karena dinamika magma dari dalam bumi, bukan karena faktor supranatural.

Baca Juga: Pendaki Raung Bertahan di Base Camp, Menunggu Jalur Pendakian Kembali Dibuka Lagi

Gunung Raung yang kembali erupsi menjelang Satu Suro bukan hanya menggetarkan bumi, tapi juga menggugah memori kolektif masyarakat yang masih memegang kuat nilai-nilai leluhur. Apakah ini hanya kebetulan siklus geologis? Ataukah memang ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan oleh logika semata?


Page 2

Gunung Raung Sering Erupsi Jelang Suro, Mitos Kuno Kembali Terngiang: Kebetulan atau Pertanda?

Kamis, 12 Juni 2025 | 16:14 WIB


Page 3

RADARBANYUWANGI.ID – Menjelang datangnya bulan Suro dalam penanggalan Jawa, kabar mengejutkan datang dari ujung timur Pulau Jawa. Gunung Raung, salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya.

Letusan ringan yang terjadi secara maraton menjelang malam Satu Suro tahun ini langsung memantik kepercayaan lama masyarakat sekitar. 

Bagi masyarakat adat Jawa yang tinggal di Banyuwangi, bulan Suro selalu dianggap sebagai waktu sakral. Malam satu Suro dipercaya sebagai saat di mana batas dunia manusia dan dunia gaib menipis.

Dan setiap kali Gunung Raung menggeliat di waktu ini, masyarakat lokal meyakini ada “sesuatu” yang sedang berpindah atau bergolak di alam yang tak kasat mata.

Erupsi Gunung Raung di Bulan Suro: Bukan Kali Pertama

Yang membuat keyakinan masyarakat semakin menguat adalah kenyataan bahwa Gunung Raung juga mengalami erupsi pada bulan Suro tahun sebelumnya.

Pada tahun tahun 2022 lalu, tepat pada awal bulan Muharram versi kalender Islam yang secara adat Jawa bersamaan dengan Suro, Gunung Raung sempat mengalami letusan freatik, diikuti gemuruh dan semburan asap setinggi 1.500 meter lebih.

Baca Juga: Gunung Raung Erupsi Terus Menerus Hari Ini, Apakah Akan Naik ke Level III?

Kini, di tahun 2025, pola serupa terjadi. PVMBG mencatat adanya peningkatan tremor dan guguran lava ringan beberapa hari menjelang 1 Suro. Meski aktivitas itu masih dianggap normal dan belum membahayakan, tapi bagi masyarakat adat, ini seperti siklus yang kembali berulang.

Mitos “Raung Ngundang Jagat”

Dalam budaya lisan warga tua di lereng Raung, ada istilah yang cukup populer. Yakni “Raung ngundang jagat.” Artinya, Raung sedang memanggil dunia. Ini sebuah simbol bahwa akan ada kejadian besar, entah baik atau buruk, yang menyentuh banyak orang.

Konon, suara gemuruh Raung menjelang Suro disebut sebagai “sabat saka” atau “seruan leluhur”. Beberapa masyarakat yang masih memegang teguh adat bahkan melakukan ritual kecil di rumah masing-masing, membakar kemenyan, atau membuat sesajen sederhana untuk “ngalap berkah” dan menghindari bala.

“Setiap tahun secara rutin warga Jambewangi khususnya selalu menggelar baritan, semacam selamatan kecil. Disana doa dipanjatkan untuk keselamatan, salah satunya dari bencana Gunung Raung,” ujar Sanekan (62), warga desa setempat.

Dari sisi ilmiah, memang tak ada hubungan langsung antara kalender Jawa dan aktivitas vulkanik Gunung Raung. Para ahli menyebut bahwa Raung memang termasuk gunung yang aktif secara periodik, dan peningkatan aktivitas kerap terjadi karena dinamika magma dari dalam bumi, bukan karena faktor supranatural.

Baca Juga: Pendaki Raung Bertahan di Base Camp, Menunggu Jalur Pendakian Kembali Dibuka Lagi

Gunung Raung yang kembali erupsi menjelang Satu Suro bukan hanya menggetarkan bumi, tapi juga menggugah memori kolektif masyarakat yang masih memegang kuat nilai-nilai leluhur. Apakah ini hanya kebetulan siklus geologis? Ataukah memang ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan oleh logika semata?