Banyuwangi, Jurnalnews.com – Tradisi nyekar menjelang Lebaran di Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, tahun ini tampak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sejumlah Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang biasanya ramai dipenuhi peziarah, pada Minggu sore (30/3/2025) terlihat lebih sepi. Penyebabnya tak lain adalah hujan yang mengguyur wilayah tersebut.
Meski demikian, beberapa warga tetap nekat datang ke pemakaman untuk mengirimkan doa kepada leluhur mereka. Dengan mengenakan jas hujan dan membawa payung, mereka tetap melaksanakan tradisi nyekar sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga yang telah tiada.
Salah satunya adalah Ach. Zainuri Alfan, warga Desa Sidodadi, yang datang ke TPU Desa Sumberanyar. “Sebagai seorang anak, saya merasa wajib datang ke makam orang tua untuk nyekar dan membaca Yasin,” ujarnya.
Hal serupa juga dilakukan oleh Rohadin Hidayatullah, warga Desa Bajulmati, yang berziarah ke TPU Sidodadi. “Biasanya saya nyekar di malam Jumat, tapi karena ini malam 1 Syawal, saya datang untuk mengirim doa bagi kedua orang tua,” katanya.
Bagi masyarakat Indonesia, khususnya umat Muslim, tradisi nyekar adalah bagian dari penghormatan terhadap leluhur yang lazim dilakukan setiap malam Jumat atau pada hari-hari tertentu, seperti menjelang Idulfitri. Biasanya, TPU akan dipenuhi peziarah, terutama warga yang mudik ke kampung halaman. Namun, kondisi cuaca kali ini membuat suasana sedikit berbeda dari tahun sebelumnya. (Venus Hadi)