TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Event akbar Gandrung Sewu 2025 kembali siap memukau dunia. Tak hanya diikuti ribuan penari dari berbagai penjuru Banyuwangi, tahun ini perhelatan budaya ikonik itu bakal semakin istimewa dengan hadirnya penari diaspora asal Banyuwangi yang datang jauh-jauh dari Amerika Serikat.
Digelar pada Sabtu depan, 25 Oktober 2025. Lebih dari seribu penari Gandrung Sewu antusias berlatih di Stadion Diponegoro, Sabtu sore (18/10/2025).
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani hadir langsung memberi semangat kepada para penari.
Ribuan penari dari berbagai usia mulai 4 tahun hingga SMA, termasuk Gandrung senior, tampak bersemangat berlatih formasi dan gerakan.
“Terima kasih kepada anak-anakku semua yang sudah giat berlatih, semangat terus dan semoga kalian terus diberi kesehatan dan bisa menampilkan yang terbaik pada 25 Oktober nanti,” kata Ipuk, Minggu (19/10/2025).
“Terima kasih pula kepada ayah, ibu, semuanya orang tua yang setia mendampingi, yang selalu memberikan support kepada putra-putrinya,” sambungnya.
Menurut Ipuk, tahun ini Gandrung Sewu terasa istimewa karena melibatkan peserta dari berbagai daerah dan juga para kepala desa di Banyuwangi.
Sedikitnya ada 200 penari dari sepuluh kabupaten dan kota lain, termasuk Malang, Kediri, Sidoarjo, Gresik, Pasuruan, Probolinggo, Bali, dan Situbondo.
Bahkan, beberapa diaspora asal Banyuwangi dari Sorong Papua, Sumatera Selatan, dan satu penari dari Amerika juga ikut menari bersama ribuan Gandrung lainnya.
“Tahun ini spesial. Ada teman-teman dari luar daerah, dari Papua, bahkan dari Amerika. Juga ada 50 kepala desa yang ikut menari,” kata Ipuk dengan bangga.
Ia berpesan agar seluruh penari memanfaatkan waktu latihan dengan maksimal agar mampu menampilkan yang terbaik saat pementasan nanti.
“Kalian adalah anak-anak terpilih dari sekian banyak yang ikut seleksi. Latihlah dengan giat dan niat yang tulus agar tampil maksimal. Ini bukan hanya untuk Banyuwangi, tapi juga untuk Indonesia,” ucap Ipuk.
Salah satu penari yang mencuri perhatian adalah Dian Novita, penari tradisional asal Tegaldlimo, Banyuwangi yang telah menetap di Milwaukee, Wisconsin sejak 2016. Dia mengaku datang khusus bersama sang suami untuk ikut Gandrung Sewu.
“Saya sangat antusias. Ini pertama kalinya saya ikut Gandrung Sewu di Banyuwangi. Meski menempuh 18 jam perjalanan dari Amerika, saya tetap semangat,” kata Dian.
Ia mengaku kagum dengan skala besar dan makna budaya Gandrung Sewu yang telah dikenal hingga mancanegara. “Ini event yang sangat prestisius dan membanggakan,” ujarnya.
Sementara diaspora Banyuwangi di Sorong Papua, Tri Wahyu Puspitasari, juga turut bangga bisa ikut tampil bersama dua rekannya.
“Kami sebenarnya perantau, tapi asli Banyuwangi. Kami pelaku seni di Sorong dan sering menampilkan tarian Gandrung di berbagai acara,” ujarnya.
“Meski kami tinggal di Sorong, kami tetap cinta Banyuwangi, kami sudah giat berlatih di sanggar seni Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi) Sorong, dan bangga bisa tampil di tanah kelahiran,” tambahnya. (*)
Pewarta | : Ninda Tamara (MG-257) |
Editor | : Deasy Mayasari |