Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Jelang Ramadan, Pedagang Bunga Sehari Raup Rp 500 Ribu, Pasok Kembang dari Jember dan Bali

jelang-ramadan,-pedagang-bunga-sehari-raup-rp-500-ribu,-pasok-kembang-dari-jember-dan-bali
Jelang Ramadan, Pedagang Bunga Sehari Raup Rp 500 Ribu, Pasok Kembang dari Jember dan Bali

RadarBanyuwangi.id – Tradisi ziarah makam menjelang Ramadan, jadi berkah bagi penjual bunga tabur yang banyak ditemukan di sekitar tempat pemakaman umum. Dalam sehari, di momen seperti ini penjual kembang bisa meraup untung sampai Rp 500 ribu per hari, Kamis (27/2).

Salah satu pedagang bunga, Sumarti, 55, asal Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, mengaku mulai mendirikan lapak untuk jualan bunga sejak kemarin. Ibu yang di hari biasa berjualan sayur di Pasar Rakyat Sepanjang itu mengaku sudah biasa berjualan bunga jelang Ramadan.

“Baru mulai hari ini jualannya, kemarin masih belum dapat bunga,” katanya.

Sumarti mengaku selain jelang Ramadan, juga biasa berjualan bunga saat Kamis Manis. Itu sudah dilakukan sejak 40 tahun yang lalu.

“Mulai kecil sudah jualan seperti ini. Untuk menyediakan warga yang mau ziarah ke makam keluarganya,” cetusnya pada Jawa Pos Radar Genteng.

Bunga tabur berjenis tumpak sewu, pacar air, kenanga, hingga mawar yang dijual Sumarti itu dibedakan menjadi dua. Satu dibungkus dengan daun pisang, dan satu lagi dibungkus kresek berukuran kecil.

“Satu bungkusan daun pisang dijual Rp 10 ribu, kalau yang kresek harganya Rp 5.000,” ucapnya.

Baca Juga: Dua Remaja Pengedar Pil Koplo Diciduk Polisi

Dalam sehari, Sumarti mengaku dapat membawa pulang uang Rp 500 ribu. Angka itu dengan catatan kembang-kembangnya laku semua.

“Kalau di momen jelang puasa dan Ramadan pasti banyak yang beli, sehari bisa dapat Rp 500 ribu,” katanya.

Berpuluh-puluh tahun jualan kembang, Sumarti menyebut sudah banyak perbedaan dibandingkan dulu. Jika dulu biasa mencari bunga sendiri di sekitar kampungnya, sekarang harus mendapat pasokan dari luar daerah.

“Sekarang sudah tidak ada yang nanam bunga, saya harus beli ini (bunga) di Gebang, Jember,” katanya.

Pedagang bunga tabur lainnya, Ma’in, 60, mengaku juga harus memasok bunga dari daerah luar. Tidak hanya Jember, ia harus membeli bunga dari wilayah Bali.

“Kalau di Bali ini saya dibelikan anak saya yang di sana. Di sini tidak ada bunganya, makanya jualnya juga mahal,” cetusnya.


Page 2


Page 3

RadarBanyuwangi.id – Tradisi ziarah makam menjelang Ramadan, jadi berkah bagi penjual bunga tabur yang banyak ditemukan di sekitar tempat pemakaman umum. Dalam sehari, di momen seperti ini penjual kembang bisa meraup untung sampai Rp 500 ribu per hari, Kamis (27/2).

Salah satu pedagang bunga, Sumarti, 55, asal Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, mengaku mulai mendirikan lapak untuk jualan bunga sejak kemarin. Ibu yang di hari biasa berjualan sayur di Pasar Rakyat Sepanjang itu mengaku sudah biasa berjualan bunga jelang Ramadan.

“Baru mulai hari ini jualannya, kemarin masih belum dapat bunga,” katanya.

Sumarti mengaku selain jelang Ramadan, juga biasa berjualan bunga saat Kamis Manis. Itu sudah dilakukan sejak 40 tahun yang lalu.

“Mulai kecil sudah jualan seperti ini. Untuk menyediakan warga yang mau ziarah ke makam keluarganya,” cetusnya pada Jawa Pos Radar Genteng.

Bunga tabur berjenis tumpak sewu, pacar air, kenanga, hingga mawar yang dijual Sumarti itu dibedakan menjadi dua. Satu dibungkus dengan daun pisang, dan satu lagi dibungkus kresek berukuran kecil.

“Satu bungkusan daun pisang dijual Rp 10 ribu, kalau yang kresek harganya Rp 5.000,” ucapnya.

Baca Juga: Dua Remaja Pengedar Pil Koplo Diciduk Polisi

Dalam sehari, Sumarti mengaku dapat membawa pulang uang Rp 500 ribu. Angka itu dengan catatan kembang-kembangnya laku semua.

“Kalau di momen jelang puasa dan Ramadan pasti banyak yang beli, sehari bisa dapat Rp 500 ribu,” katanya.

Berpuluh-puluh tahun jualan kembang, Sumarti menyebut sudah banyak perbedaan dibandingkan dulu. Jika dulu biasa mencari bunga sendiri di sekitar kampungnya, sekarang harus mendapat pasokan dari luar daerah.

“Sekarang sudah tidak ada yang nanam bunga, saya harus beli ini (bunga) di Gebang, Jember,” katanya.

Pedagang bunga tabur lainnya, Ma’in, 60, mengaku juga harus memasok bunga dari daerah luar. Tidak hanya Jember, ia harus membeli bunga dari wilayah Bali.

“Kalau di Bali ini saya dibelikan anak saya yang di sana. Di sini tidak ada bunganya, makanya jualnya juga mahal,” cetusnya.