Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Jenenge Embahmu Sopo?

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

jenengeNASAB atau garis keturunan, dalam adat Jawa, kita sering mendengar bibit, bebet,bobot. Dan nasab itu masuk pada kategori bibit. Kenapa bibit ditaruh pada peringkat teratas? Kenapa kok tidak di balik saja. Didahulukan bebet, bobot, baru bibit. Pasti ada sebuah rahasia tersembunyi di dalam bibit atau nasab itu sendiri.

Bibit atau nasab atau bisa dibilang gen yang ada di dalam tubuh sangat berpengaruh dalam membentuk jiwa, akhlak atau tingkah laku dalam tubuh manusia. Kita ambil sebuah ibroh atau pelajaran dari sejarah para nabi. Jika kita membuka kembali lembaran dalam sejarah Islam, kita tahu bahwa Nabi Ibrahim AS adalah seorang Nabi Ulul Azmi. Di mana keturunan Nabi Ibrahim banyak pula yang diangkat menjadi nabi.

Hingga sampai kepada Nabi Muhammad bin Abdullah. Ada juga seorang anak Nabi Nuh yang bernama Kan’an, dia adalah seorang anak yang durhaka yang tidak mematuhi perintah ayahnya, yaitu Nabi Nuh, sehingga dia ditenggelamkan. Tapi, di dalam sejarah itu sendiri amat sedikit sekali seorang anak nabi yang dikisahkan menjadi anak durhaka. Hampir semua keturunan para nabi menjadi anak yang bertakwa kepada RabbNya.

Itu menunjukkan bahwa hidayah itu mutlak milik Allah sebagai bukti anak seorang nabi pun bisa durhaka. Tapi, persentasenya kecil sekali. Lebih banyak kebalikannya. Karena buah tidak akan jatuh terlalu jauh dari pohonnya. Orang tua yang baik adalah orang tua yang senantiasa mendoakan semua keturunannya hingga akhir masa. Bagaimana tidak dikabulkan kalau yang berdoa itu seorang Nabi Allah. Dan nabi berdoa untuk semua keturunannya.

Doa itu terus menyambung dan mengalir sampai hari kiamat. Membanggakan nasab itu tidak baik, tetapi lebih tidak baik lagi kalau kita tidak tahu nasab kita. Memang Allah tidak akan bertanya nasab kita. Tetapi doa orang tua yang shalih akan didengar Allah. Sudahkah kita tahu leluhur kita siapa? Jika leluhur kita baik, alhamdulillah. Jika belum baik, maka kitalah yang harus merubahnya. Karena amal ibadahnya akan terus mengalir hingga akhir masa. Mari kita ambil pelajaran dari para leluhur kita. Jika bukan kita, lantas siapa yang membantu mereka? Dan, mari kita buat para leluhur kita tersenyum melihat kita. (radar)

*) Warga Banyuwangi. Kini
tinggal di jalan raya Labuhan
Lombok,Kayangan, Lotim, NTB.