Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Keberuntungan di Balik Nama Bejo: Perjuangan Anak Korban KDRT di Panti Asuhan

keberuntungan-di-balik-nama-bejo:-perjuangan-anak-korban-kdrt-di-panti-asuhan
Keberuntungan di Balik Nama Bejo: Perjuangan Anak Korban KDRT di Panti Asuhan

BANYUWANGI, KOMPAS.com – Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun duduk di teras Panti Asuhan Mutiara Insan di Kelurahan Taman Baru, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (27/7/2025) malam.

Namanya Bejo, bukan nama sebenarnya, melainkan nama pemberian pengasuh panti asuhan, Reni Suwarsih, yang diharapkan dengan nama itu, si bocah bakal memiliki kehidupan yang penuh keberuntungan.

Sebab, meski tubuhnya masih kecil, hidup bocah yang duduk di bangku kelas III sekolah dasar itu memiliki cerita yang kelam untuk bocah seusianya.

Bejo adalah korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Di usia tiga tahun, ia sudah melihat ibunya dipukuli dan dicekik oleh ayahnya –orang yang seharusnya memberikan rasa aman untuk ia dan ibunya.

Baca juga: Langkah Fathul, Guru Tuna Netra Pengajar Braille di Panti Asuhan Al Mahsyar Mataram

“Ibunya dicekik, dia berusaha menolong ibunya dengan cara menggigit bapaknya,” tutur Reni.

Bapak Bejo kemudian melarikan diri dengan meninggalkan beban utang sebesar Rp 120 juta.

Tentu, kata Reni, ada luka besar di hati Bejo, sebab ia harus melihat ibunya hidup dalam ketakutan karena terus ditagih debt collector.

Untuk menghidupi Bejo, sang ibu berdagang kue keliling kampung menaiki sepeda. Pendapatannya sangat kecil, sebab kue yang dijajakan jarang habis dijual.

“Kemudian ada teman yang menyarankan kepada ibunya untuk menyerahkan anaknya ke panti, sementara ibunya Bejo bekerja ke Vietnam,” ujar Reni.

Baca juga: Menjemput Mimpi Anak Panti Asuhan Jadi Kepala Biro dan Dosen

Dengan tekad untuk melunasi utang peninggalan suami yang kabur dan berharap kehidupan yang baik untuk anaknya, ibu Bejo pergi ke Vietnam dan menitipkan Bejo kepada Reni sejak 1,5 tahun lalu.

Namun, realita kadang tak sesuai harapan. Di Vietnam, harapan ibu Bejo untuk dapat berpenghasilan pupus sebab jam kerja yang melebihi kapasitas kemampuannya.

“Ibu Bejo dipaksa kerja terus tanpa istirahat, badan drop. Bahkan dalam setahun, utang yang bisa dibayar hanya Rp 20 juta,” ungkap dia.

Ibu Bejo memutuskan untuk pulang dalam keadaan mata cacat sebelah, dan seperti kehilangan hidup, karena takut akan berpulang lebih dulu meninggalkan anaknya sendirian.

Reni menguatkan. Ia meyakinkan ibu Bejo untuk terus merajut harapan-harapan baru dan meyakinkan bahwa Bejo akan aman bersamanya.

Bejo berulah

Sementara Bejo, bocah kecil itu hanya bisa protes dalam diamnya. Ia memprotes kehidupan yang dialaminya, salah satunya dengan beragam kenakalan-kenakalan.

Baca juga: Mimpi Habibi, Bocah 9 Tahun di Panti Ulul Azmi, Ingin Belikan Papa Mama Mobil


Page 2

“Sangat menguji kesabaran karena berani mencuri ke masjid, rumah orang, yang pengurus, uang donasi, bahkan uang saya. Kata ibunya, dia tidak seperti itu, mungkin sebagai bentuk protes,” tutur Reni.

Tak ingin perilaku itu terus berlanjut, sebagai penanggung jawab, Reni mendidik Bejo dengan berbagai cara, mulai dari tutur halus, menangis bersama, membagikan tontonan tentang pendidikan untuk tidak mengambil hak orang lain, pun dilakukannya, hingga marah pun pernah.

Namun, tak berubah, Bejo masih sama. Dia berupaya berkonsultasi ke psikolog, namun masa tunggu yang dihadapi mencapai tiga bulan. “Akhirnya saya punya ide, saya tahu kelemahannya dia di ibunya,” cerita Reni.

Terdapat bunga-bunga kerinduan Bejo untuk ibunya. Ia sangat menyayangi ibunya dan berharap ibunya tak mengalami kesulitan.

Baca juga: 40 Tahun Cinta I Wayan Nika, Mengayomi Anak-anak Bali di Panti Asuhan

Sehingga kemudian Reni mengatakan bahwa dengan perilaku mengambil milik orang lain, bukan hanya dosa dan hukuman yang diterima Bejo sebagai pelaku, melainkan berimbas pada dosa bagi ibunya.

Secara teratur, Reni mengingatkan bahwa Bejo harus menjadi lebih baik agar ibunya juga mendapatkan pahala karena kebaikan anaknya.

“Sembuh, dia tidak pernah mencuri lagi. Dia sayang banget dengan ibunya,” kata dia.

Namun, tak dipungkiri, sebagai korban KDRT, perilaku kasar Bejo masih tampak, yaitu meski dia sangat menyayangi adik-adiknya di panti, ia masih mudah memukul apabila adiknya dianggap tidak menurut.

Baca juga: Besar di Panti Asuhan, Umi Fadilah Kini Mengabdikan Hidupnya Menjadi Pengasuh

Kini, secara perlahan, Reni juga ingin perilaku kasar tersebut perlahan hilang dengan menyelipkan pesan-pesan kebaikan di sela-sela aktivitasnya.

“Anak-anak punya hak untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Harapan kami anak-anak tumbuh naik, kita upayakan sebisanya,” tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.