Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

KH Mahrus Aly, Kiai Karismatik Banyuwangi Itu Berpulang

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Di tengah peringatan harlah ke-92 Nahdlatul Ulama, warga nahdliyin Banyuwangi berduka. Salah satu ulama kharismatik yang juga pendiri Pondok Pesantren Sunan Kalijaga, Desa Parijatah Wetan, Kecamatan Srono, KH. Mahrus Aly, meninggal dunia pada pukul 4.30 WIB dengan usia 78 tahun, kemarin (31/1/2018).

Mustasyar PCNU Banyuwangi itu, menghembuskan napas terakhir di rumahnya yang ada di kompleks Pondok Pesantren Sunan Kalijaga, karena penyakit stroke yang dideritanya sejak 2005.

Meninggalnya kiai yang dikenal cukup alim itu, membuat warga Banyuwangi berduka, terutama warga nahdliyin. Sejak pagi, ribuan petakziah tampak berdatangan untuk memberi penghormatan.

Kiai Makhrus yang asli dari Desa Parijatah Wetan, Kecamatan Srono, itu meninggalkan seorang istri, Hj. Umi Kulsum, 68, dan tiga put1’a, Umi Habibah, 48, Agus Ali Zainal Abidin, 43, dan Agus Malik Ibrahim, 38. “Abah mulai kena gejala stroke itu sejak tahun 2005,” cetus Agus Malik Ibrahim.

Gus Malik, sapaan Agus Malik Ibrahim mengatakan, sebelum terkena gejala stroke itu hanya mengeluhkan kecapekan. Tapi setelah diperiksakan, ternyata terkena gejala stroke dan sempat masuk ke RS AL Huda, Genteng. “Sudah lama terkena stroke,” terangnya.

Sebelum meninggal, terang dia, pada Selasa malam (30/1), ayahandanya terlihat seperti orang sehat dan mau makan. Baru pada dini hari, kondisinya drop dan akhirnya meninggal. “Sempat saya tinggal salat malam, karena kelihatannya sehat, tapi kemudian drop,” terangnya.

Gus Malik menambahkan, saat Kiai Mahrus drop itu tubuhnya cukup lemas. Sampai Subuh, ternyata juga tidak membaik. Sehingga, semua keluarga dikumpulkan. “Ibu dan anak-anaknya semua menunggui,” katanya.

Kabar meninggalnya almarhum Kiai Makhrus ini, dalam waktu singkat menyebar di tengah masyarakat. Para petakziah tampak berdatangan di kompleks Pondok Pesantren Sunan Kalijaga. Mereka juga bergantian untuk mensalati almarhum. Tepat pukul 10.00, pemakaman dilakukan di belakang pesantren.

Gus Malik menyampaikan, ada pesan-pesan yang pernah disampaikan almarhum pada anak dan santri untuk selalu dijaga. Pesan itu, terang dia, untuk selalu menjaga pondok pesantren dan mengembangkannya.

“Pesan lainnya dalam mengurus pesantren itu harus mengikuti perkembangan zaman dengan tidak meninggalkan pondasi yang telah dibangun oleh para ulama,” ungkapnya.

Menurut Gus Malik, meski ayahandanya itu tidak pernah menempuh pendidikan formal, tapi sangat memperhatikan pendidikan formal para santri. Sehingga, di pesantrennya kini didirikan SMP Sunan Kalijaga dan Madrasah Aliyah Sunan Kalijaga.

“Beliaunya itu meski sakit tetap mengajar pada santri,” cetusnya.