Karyono for Radar Banyuwangi
SEMRINGAH: Adi Sowana tersenyum bangga setelah dinyatakan lolos seleksi Akademi Angkatan Laut pada Rabu (30/7) lalu.
radarbanyuwangi.jawapos.com – Kisah Adi Sonawa membuktikan bahwa semangat, disiplin, kerja keras, dan dukungan keluarga mampu mengantarkan siapa saja meraih cita-cita.
Tak peduli dari latar belakang apa pun. Keberhasilannya lolos seleksi masuk Akademi Angkatan Laut (AAL) menjadi bukti bahwa anak petani dari desa pun bisa menembus pendidikan tinggi pencetak perwira TNI AL.
Cita-cita besar bukan monopoli orang-orang dari keluarga serba berkecukupan. Bukan sekadar retorika, kalimat tersebut berhasil dibuktikan Adi Sonawa, alumni SMAN 1 Giri Taruna Bangsa asal Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.
Di usia 21 tahun, dia berhasil menorehkan prestasi membanggakan. Laki-laki yang berasal dari keluarga sederhana tersebut sukses menembus seleksi masuk Akademi Angkatan Laut (AAL) tahun ini.
Adi adalah anak kedua dari pasangan suami istri (pasutri) Karyono, 54, dan Niswati, 50. Keluraga ini menggantungkan penghasilan dari bertani tanaman hortikuktura.
Sejak kecil, Adi terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Rumahnya yang dikelilingi hamparan sawah di kaki Gunung Ijen menjadi saksi perjalanan panjangnya dalam mengejar cita-cita sebagai seorang prajurit TNI Angkatan Laut (AL).
Bukan rahasia, agar dapat lolos seleksi AAL tidak sedikit lulusan SMA/sederajat yang memilih mengikuti berbagai kursus intensif atau pelatihan khusus. Namun tidak demikian dengan Adi. Dia justru menempuh jalur “mandiri”.
Adi hanya mengikuti bimbingan belajar untuk persiapan tes akademik. Selebihnya, termasuk untuk persiapan tes kesehatan, psikologi, dan kebugaran jasmani, ia mempersiapkan diri dengan latihan rutin di rumah.
“Dia hanya latihan bersama kakaknya. Lari, berenang, semua latihan bersama kakaknya. Kalau bimbingan belajar (bimbel), dia hanya ikut untuk persiapan ujian tulis,” ujar Karyono saat ditemui di kediamannya Senin (4/8).
Sejak duduk di bangku sekolah Adi dikenal sebagai siswa yang berprestasi. Ia kerap masuk 10 besar di kelasnya, bahkan tetap konsisten mempertahankan nilai meski harus membagi waktu dengan kegiatan di luar sekolah.
Tidak hanya unggul secara akademis, Adi juga menonjol dalam bidang olahraga, khususnya lari yang memang menjadi hobinya sejak kecil.
Page 2
Page 3
Beberapa kali ia berhasil meraih juara dalam event lomba lari tingkat kecamatan dan sekolah.
Bakat ini pula yang menjadi modal kuatnya saat menghadapi tes kesamaptaan jasmani dalam seleksi AAL.
Setelah lulus SMA, Adi menyampaikan mimpinya untuk menjadi seorang perwira TNI kepada sang ayah. Mendengar hal tersebut, Adi langsung diminta oleh ayahnya untuk fokus pada persiapan seleksi masuk AAL.
Karyono memahami betul bahwa perjuangan masuk akademi militer bukan perkara mudah.
Ia bahkan rela tak meminta Adi membantu ke sawah setiap hari agar anaknya memiliki lebih banyak waktu untuk belajar dan berlatih. Meski demikian, tidak jarang Adi tetap terjun ke sawah membantu orang tua (ortu)-nya.
“Saya bilang ke dia (Adi), kalau memang serius ingin masuk AAL, ya harus fokus. Saya tidak menuntut dia membantu kerja di sawah. Tapi kalau pas longgar, dia tetap ikut ke sawah membantu saya,” kata Karyono.
Dukungan itu menjadi semangat tersendiri bagi Adi. Ia sadar, tak banyak anak petani di desanya yang bisa mendapatkan kesempatan mengikuti seleksi AAL, apalagi sampai lulus.
Persaingan pun tidak mudah. Ribuan pemuda dari berbagai wilayah di Indonesia bersaing ketat dalam seleksi AAL.
Namun berkat kegigihan, kedisiplinan, dan doa orang tua, Adi berhasil melalui semua tahapan dengan baik.
Mulai seleksi administrasi, tes akademik, kesehatan, psikologi, mental ideologi, hingga tes kesamaptaan jasmani.
“Yang paling berat menurut dia justru saat menunggu hasil. Karena semua sudah dikerjakan, tinggal pasrah,” kata Karyono sambil tersenyum.
Kini, Adi tengah mengikuti pendidikan dasar militer di Kesatrian Bumimoro, Surabaya.
Ayahnya mengungkapkan bahwa Adi mengaku ingin menjadi prajurit Angkatan Laut yang tangguh dan memiliki dedikasi tinggi.
Selain itu, ia juga ingin menjadi inspirasi bagi anak-anak muda lain di kampungnya, bahwa keterbatasan ekonomi bukan halangan untuk bermimpi besar.
Sementara itu, sang Ibunda, Niswati mengaku hanya bisa mendukung dan mendoakan agar anaknya lolos seleksi masuk AAL.