radarbanyuwangi.jawapos.com – Setiap peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, lagu “Hari Merdeka” berkumandang di seluruh penjuru negeri.
Dikenal juga sebagai lagu 17 Agustus, karya ini bukan sekadar pengiring upacara bendera, tetapi simbol tekad bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata para pahlawan.
Baca Juga: Leg 2 Fenerbahce vs Feyenoord Putaran 3 Kualifikasi Liga Champions-Prediksi Skor-Susunan Pemain: Mourinho Hadirkan Neraka di Sukru Saracogluh
Lagu ini merupakan karya nasional kedua dari Sayyid Muhammad Husain Al Mutahar, atau H. Mutahar, yang dirilis pada tahun 1946.
Seorang negarawan, komponis, sekaligus pejuang, H. Mutahar meninggalkan warisan karya yang abadi hingga kini.
Selain “Hari Merdeka”, ia juga menciptakan lagu Hymne Syukur (1945) dan Dirgahayu Indonesiaku (1995).
Menurut Buku 100 Konser Musik Indonesia karya Anas Syahrul Alimi, lagu ini lahir di masa Agresi Militer Belanda II.
Saat itu, H. Mutahar yang menjabat sebagai ajudan Presiden Soekarno diminta membuat aubade pagi.
Ia meminjam orkes keraton dan menjadi konduktor penampilan tersebut.
Potongan lirik “Tujuh belas Agustus tahun empat lima…” menjadi cikal bakal lagu legendaris ini.
Baca Juga: Benfica vs Nice Leg 2 Putaran Ketiga Kualifikasi Liga Champions, Prediksi-Susunan Pemain: Tuan Rumah Diatas Angin
H. Mutahar bukan hanya pencipta lagu, tetapi juga tokoh penting dalam sejarah nasional.
Beberapa kontribusinya antara lain:
- Pendiri Paskibraka Indonesia
- Tokoh penting Gerakan Pramuka
- Penyelamat Bendera Sang Saka Merah Putih di masa genting
- Lulusan Fakultas Hukum UGM (1946–1947)
- Pernah menjabat sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut (1945)
- Pegawai tinggi Sekretariat Negara (1947)
- Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974)
Baca Juga: Playlist 17 Agustus, 15 Lagu Kemerdekaan yang Mampu Bakar Semangat Nasionalisme
Page 2
Page 3
radarbanyuwangi.jawapos.com – Setiap peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, lagu “Hari Merdeka” berkumandang di seluruh penjuru negeri.
Dikenal juga sebagai lagu 17 Agustus, karya ini bukan sekadar pengiring upacara bendera, tetapi simbol tekad bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata para pahlawan.
Baca Juga: Leg 2 Fenerbahce vs Feyenoord Putaran 3 Kualifikasi Liga Champions-Prediksi Skor-Susunan Pemain: Mourinho Hadirkan Neraka di Sukru Saracogluh
Lagu ini merupakan karya nasional kedua dari Sayyid Muhammad Husain Al Mutahar, atau H. Mutahar, yang dirilis pada tahun 1946.
Seorang negarawan, komponis, sekaligus pejuang, H. Mutahar meninggalkan warisan karya yang abadi hingga kini.
Selain “Hari Merdeka”, ia juga menciptakan lagu Hymne Syukur (1945) dan Dirgahayu Indonesiaku (1995).
Menurut Buku 100 Konser Musik Indonesia karya Anas Syahrul Alimi, lagu ini lahir di masa Agresi Militer Belanda II.
Saat itu, H. Mutahar yang menjabat sebagai ajudan Presiden Soekarno diminta membuat aubade pagi.
Ia meminjam orkes keraton dan menjadi konduktor penampilan tersebut.
Potongan lirik “Tujuh belas Agustus tahun empat lima…” menjadi cikal bakal lagu legendaris ini.
Baca Juga: Benfica vs Nice Leg 2 Putaran Ketiga Kualifikasi Liga Champions, Prediksi-Susunan Pemain: Tuan Rumah Diatas Angin
H. Mutahar bukan hanya pencipta lagu, tetapi juga tokoh penting dalam sejarah nasional.
Beberapa kontribusinya antara lain:
- Pendiri Paskibraka Indonesia
- Tokoh penting Gerakan Pramuka
- Penyelamat Bendera Sang Saka Merah Putih di masa genting
- Lulusan Fakultas Hukum UGM (1946–1947)
- Pernah menjabat sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut (1945)
- Pegawai tinggi Sekretariat Negara (1947)
- Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974)
Baca Juga: Playlist 17 Agustus, 15 Lagu Kemerdekaan yang Mampu Bakar Semangat Nasionalisme