Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Kisah Hidup dan Keteladanan KH Achmad Musayyidi; Inspirasi untuk Terus Mewangi, Lahirkan Generasi Saleh dan Istikamah

kisah-hidup-dan-keteladanan-kh-achmad-musayyidi;-inspirasi-untuk-terus-mewangi,-lahirkan-generasi-saleh-dan-istikamah
Kisah Hidup dan Keteladanan KH Achmad Musayyidi; Inspirasi untuk Terus Mewangi, Lahirkan Generasi Saleh dan Istikamah

RadarBanyuwangi.id – Dalam perjalanan hidup yang sarat makna, KH Achmad Musayyidi adalah sosok yang meninggalkan jejak keteladanan melalui perjuangan, keteguhan iman, cinta kasih kepada sesama, dan kesederhanaan yang terus terjaga.

Kini, dalam keheningan doa banyak orang mengenang berpulangnya beliau ke pangkuan Sang Khalik dengan penuh hormat dan cinta.

Abah Musayyidi, begitu KH Achmad Musayyidi disapa, adalah gambaran seorang ulama yang menghidupkan nilai-nilai kebaikan dalam keseharian.

Baca Juga: Universitas Islam Cordoba Banyuwangi, Padukan Studi Islam Pesantren dengan Kekinian

Kesederhanaan yang beliau jalankan, bukan semata tentang pilihan, namun pesan tanpa kata yang signifikan, sebagai seorang insan.

Seperti diceritakan KH Masykur Wardi bahwa KH Achmad Musayyidi adalah sosok ulama yang perjalanan hidupnya penuh perjuangan dan keteguhan.

Kehilangan kedua orang tua sejak masih belia, menjadi anak bungsu yang diasuh bergantian oleh saudara-saudaranya.

Kesungguhannya dalam belajar dan pengabdiannya terhadap Islam tampak jelas sejak masa mudanya.

Baca Juga: Bolehkah Mahasiswa Bergantung pada AI saat Mengerjakan Tugas, Begini Jawaban yang Muncul dari Kuliah Umum UI Cordoba Banyuwangi

Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren, beliau memulai langkah besarnya dengan mengasuh dan mendirikan masjid.

Seperti halnya banyak pesantren di masa awal, perjuangan KH Achmad Musayyidi dimulai dengan menerima beberapa santri yang datang silih berganti, menciptakan fondasi yang kelak tumbuh menjadi besar dan berarti.

Pesantren yang awalnya bernama Kebun Wangi ini kemudian berkembang menjadi Darussholah sesuai nama masjidnya dan akhirnya melahirkan Yayasan Pondok Pesantren Mabadi’ul Ihsan.

Meneruskan perjuangan mulia abahnya, putra sulung KH Achmad Musayyidi, yakni Abdullah Azwar Anas, menggagas berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Daarul Ihsan (DAI).

Baca Juga: Sejarah Universitas Islam Cordoba (UIC) Banyuwangi: Kampus Paling Baru di Bumi Blambangan


Page 2

Keteladanan KH Achmad Musyadi terpantul indah dalam setiap helai kehidupan sehari-hari. Bahkan saat kesehatan beliau mulai melemah, kasih sayangnya kepada anak-anak yatim tetap tak pernah punah.

Menyantuni anak yatim bukan hanya wujud ibadah dan perintah, menyantuni yatim adalah amanah hakiki, mengajarkan kesejatian arti berbagi.

Dalam beribadah, Abah Musayyidi adalah teladan nyata. Salat berjemaah menjadi pilar hidup yang tanpa lelah selalu ditegakkan tanpa jeda.

Bahkan di saat tubuhnya semakin melemah, langkah-langkah kecilnya menuju masjid tetaplah istikamah, ingin menyampaikan bahwa ibadah adalah sumber kekuatan Ilahiyah.

Baca Juga: Nurul Yaqin, Dai Muda Asal Desa Badean Banyuwangi Wakili Provinsi Bali Lomba Dai Tingkat Nasional, Berikut Perjalanan Capaian Prestasinya

Dalam setiap Ramadan yang mulia, beliau jalani dengan sepenuh jiwa, menyempurnakan malam-malamnya dengan tarawih berjemaah hingga paripurna, meninggalkan kesan mendalam bagi siapa saja yang membersamainya.

Sebagai seorang ayah, Abah Musayyidi mendidik bukan hanya dengan kata-kata, tetapi melalui keteladanan utama.

Nilai-nilai luhur yang beliau tanamkan terus mengalir melalui anak-anak penerusnya untuk mengejawantahkan warisan nilai yang dititipkan agar terus terjaga secara istikamah.

Pesan sederhana beliau kepada anak-anaknya merupakan bentuk cinta sejatinya: ”Aku gur kepengen anak-anakku selamet dunyo akhirat lan oleh ridone Pengeran (Saya hanya menginginkan anak-anak saya selamat dunia akhirat dan mendapat rida Allah SWT)”.

Baca Juga: Inilah 5 Pesantren Paling Bersih di Indonesia, Nomor 4 Ada di Banyuwangi Namanya Daar Al Ihsan (DAI)

Kecintaan KH Achmad Musayyidi kepada Al-Qur’an juga merupakan sisi lain yang menginspirasi. Ayat-ayat suci beliau lantunkan dan resapi, menjadi pelita yang menerangi hati, hari demi hari.

Dalam sepekan, beliau mengkhatamkan Al-Qur’an berkali-kali, menunjukkan betapa mendalam hubungan beliau dengan Kalam Illahi. Hidup beliau menjadi refleksi dari nilai-nilai Alquran yang sangat beliau imani.

Menurut KH Masykur Wardi, kepergian KH Achmad Musayyidi meninggalkan ruang kosong yang sulit tergantikan, namun jejak kebaikannya abadi dalam ingatan.

Dalam kesederhanaannya, beliau mengajarkan bahwa hidup adalah tentang memberi manfaat bagi orang lain.

Baca Juga: Yayasan Pondok Pesantren Mabadiul Ihsan Karangdoro, Tegalsari, Gedung Baru untuk Santri Pondok Pesantren Modern DAI


Page 3

Pesantren ini kini dikenal sebagai Pesantren DAI, di bawah asuhan KH Rohmatulloh Dimyati dan Bu Nyai Dewi Karimah.

Pesantren DAI dirancang sebagai pesantren modern yang memadukan pendidikan keagamaan dan inovasi teknologi untuk menghadapi tantangan mondial dan global.

Dengan semangat menyongsong masa depan, pesantren ini tidak hanya menargetkan kompetensi nasional, tetapi juga mengharapkan keterlibatan di dunia internasional.

Pendidikan modern di Pesantren DAI selalu berusaha menghadirkan sistem dan inovasi yang relevan dengan tuntutan masa depan, tanpa melupakan ruh pendidikan diniyah sebagai fondasi utama pesantren, yakni Tafaqquh Fiddin.

Nilai-nilai keislaman dan keterhubungan dengan Alquran menjadi semakin penting dalam era globalisasi yang serba cepat ini.

Baca Juga: Pondok Pesantren Daar Al Ihsan, Desa Karangdoro, Tegalsari, Banyuwangi, Lingkungan Sehat, Nyaman untuk Belajar, dan Anti Bullying

KH Masykur Wardi dan Ibu Nyai Murtasimah, yang kini mengasuh Pondok Pesantren Mabadi’ul Ihsan, turut melanjutkan semangat perjuangan dengan mendirikan Pesantren Tahfidz Daar Al Musthofa.

Pesantren ini hadir sebagai cahaya dan upaya untuk mencetak generasi muda yang kukuh dalam iman, berkarakter Islami penuh takwa.

Benih pendidikan Pondok Pesantren Mabadi’ul Ihsan yang tumbuh dari Kebun Wangi, mengandung visi besar agar para santrinya tidak hanya pandai, kreatif, dan inovatif, tetapi juga menjadi pribadi yang ”wangi”, memberikan dampak positif dan selalu relevan bagi perkembangan zaman. Sebagaimana harapan almarhum KH Achmad Musayyidi, pesantren ini adalah kebun yang senantiasa wangi, melahirkan generasi yang tekun, saleh, dan istikamah.

Baca Juga: Pondok Pesantren Mabadiul Ihsan Desa Karangdoro, Tegalsari, Ramah Lingkungan, Raih Kemangi Award Kategori Eco Pesantren

Nama Kebun Wangi sendiri merupakan bentuk tabarruk dari Pondok Pesantren Kebonrejo, tempat KH Achmad Musayyidi muda menimba ilmu kepada KH Junaidi Asmuni.

Keistikamahannya dalam menuntut ilmu dan mengabdi pada pendidikan Islam menjadi teladan bagi keluarga dan masyarakat luas.

Dari masa ke masa, Pondok Pesantren Kebun Wangi yang bermetamorfosis menjadi Pondok Pesantren Mabadi’ul Ihsan kini telah berkembang pesat dengan beragam unit pendidikan, mulai SD Mabadi’ul Ihsan, SMP Plus Cordova, MTs Mabadi’ul Ihsan, SMA Plus Cordova, SMK Cordova, MA Mabadi’ul Ihsan, hingga Universitas Islam Cordoba Banyuwangi (UI Cordoba).

Warisan nilai dan perjuangan KH Achmad Musayyidi terus hidup melalui generasi penerusnya dan lembaga-lembaga pendidikan yang beliau rintis, menjadi pelita bagi umat di tengah zaman yang terus berubah, menjadi sumber wangi bagi negeri.

Baca Juga: Yayasan Pondok Pesantren Mabadiul Ihsan Karangdoro, Tegalsari, Gedung Baru untuk Santri Pondok Pesantren Modern DAI


Page 4