BANYUWANGI, Jurnalnews – Pada Jumat malam, 05 Januari 2024, Pendopo kantor Desa Sumbersari, Kecamatan Srono, Banyuwangi, menjadi saksi bisu dari aksi ratusan warga Dusun Rimpis yang memadati kantor Desa.
Kedatangan mereka bukan tanpa tujuan, mereka datang untuk mengungkapkan pergantian sang pemegang kendali distribusi air, yaitu K Sublok (Jogo Tirto).
Tiga bulan lalu, para petani Rimpis mengalami ketegangan saat musim kemarau karena permasalahan pembagian air sawah. Ketidakpuasan muncul karena tidak semua petani setempat mendapatkan bagian air yang adil.
Sebagian besar petani Rimpis menginginkan pergantian Jogo Tirto, merasa bahwa kebijakan pembagian air yang diterapkan olehnya tidak adil.
Meskipun telah dilakukan beberapa kali mediasi di kantor Desa, namun belum terlihat titik terang yang jelas. Hingga akhirnya, kepala desa mengambil inisiatif untuk memanggil seluruh petani dari Dusun Rimpis dan melakukan pemilihan melalui voting guna mencari solusi terbaik.
Kepala Desa Sumbersari, Khamdan, menjelaskan bahwa pemerintah desa telah berupaya menyelesaikan konflik antara kelompok tani Margo Utomo dan Jogo Tirto agar tidak ada lagi permasalahan, terutama karena musim tanam telah dimulai. Oleh karena itu, mereka diundang untuk berkumpul di Pendopo Desa.
“Kami sudah berusaha mengumpulkan mereka sebanyak dua kali, dan sekarang kami akan melanjutkan untuk yang ketiga kalinya dengan mengadakan voting. Ini merupakan solusi yang kami anggap demokratis, meskipun kami melakukannya dengan terpaksa karena musim tanam telah mendesak, dan kebutuhan petani akan seorang pengatur air sangatlah penting,” jelas Khamdan.
Warga dusun Rimpis melaksanakan pemilihan Jogo Tirto. (Foto.Dok: Istimewa).
Hasil pemilihan langsung (voting) untuk K Sublok (Jogo Tirto) oleh para petani Dusun Rimpis, khususnya dalam kelompok tani Margo Utomo, membuat Jogo Tirto yang bernama Subeki harus menyerahkan posisinya.
Dari hasil perhitungan, Subeki berhasil mendapatkan dukungan sebanyak 41 orang dari total 102 pemilih yang hadir. Namun, sebanyak 59 orang pemilih menyatakan tidak setuju dengan pilihan agar Beki melanjutkan sebagai Jogo Tirto.
“Hasil voting menunjukkan bahwa Pak Subeki kalah dalam perolehan suara, dengan opsi iya dan tidak. Berdasarkan hasil pemilihan yang diumumkan pada malam itu, Pak Subeki diharuskan untuk mengakhiri peran sebagai Jogo Tirto,” ujar Kepala Desa Khamdan.
Khamdan menambahkan,”saat ini, posisi Jogo tirto kosong, sekarang kami serahkan kepada para petani kekosongan Jogo Tirto, yang saya dengar mau diadakan pilih oleh petani di tiga wilayah didaerah dusun rimpis,” terangnya.
Menurutnya, khusus untuk Dusun Rimpis, permasalahan air di persawahan tidak akan terselesaikan sebelum memiliki pintu air tersendiri. Saat ini, irigasi yang mengaliri sawah mereka masih menunggu untuk memenuhi persawahan di wilayah Dusun Simbar sebelum akhirnya mengaliri persawahan Dusun Rimpis.
Kades berharap, agar kedepan para petani di mohon tidak mengambil keputusan ketidak puasan, karena jika tidak setuju dengan kepemimpinan jogo tirto, bagiamanapun juga ada tahapan.
Sebagaimana yang terjadi sebelumnya, Dusun Rimpis sudah pernah menghadapi situasi serupa sebelum Jogo Tirto yang ada saat ini. Permasalahan yang dihadapi tidak jauh berbeda.
Permasalahan air di Dusun Rimpis menjadi lebih kompleks saat musim kemarau, di mana konflik pembagian air dapat dipastikan terjadi. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan irigasi persawahan Dusun Rimpis pada aliran dari Dusun Simbar, karena keduanya memiliki satu pitu dan jalur irigasi yang sama. (Rony//JN).
