Banyuwangi, Jurnalnews.com – Memaknai Hari Veteran Nasional ke -68 dan Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke -80,Perkumpulan Komunitas Gotong Royong 45 sinergi dengan Media Sastrawacana, Jurnalnews, dan Penerbit Lintang menggelar kunjungan ke kediamanan dua tokoh veteran di Banyuwangi, yaitu IGB Sudharma dan Mayor Saimah, S.Hub. Int, Sabtu (9/8/25). Sebelumnya pada hari Kamis (7/8/25) juga takdhim ke istri pejuang yakni Chasiastoetie (85) yang suaminya Suherman dimakamkan di TMP Wiswa Raga Satria dan Wahyuni Oneng (89) istri mendiang Soedarsono Pr anggota Brigade XII Mas TRIP Jatim yang turut mempertahankan kemerdekaan bareng arek -arek suroboyo pada 10 Nopember 1945.
Kegiatan ini bertujuan memberikan penghormatan kepada para veteran yang telah mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan negara.
Safari juga mengajak generasi muda untuk terus mengenang perjuangan para pejuang sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air. Tidak sekadar berkunjung, tim turut melakukan sesi wawancara podcast melalui kanal YouTube Sastrawacana.id.
Harapannya, kisah perjuangan ini dapat tersampaikan ke seluruh pelosok negeri, terutama kepada anak muda yang menjadi penerus bangsa,
Kunjungan di kediaman IGB Sudharma, Perumahan Kalipuro Asri, Banyuwangi. Sebagai informasi, IGB Sudharma adalah sosok pejuang yang cukup menginspirasi anak muda.
Ia kerap datang di berbagai kegiatan sekolah untuk memberi motivasi dan semangat untuk mencinta tanah air pelestarian Jiwa, Semangat dan Nilai Juang’45. Beliau juga terbitkan karya buku berjudul Memoar Sang Veteran via Penerbit Lintang Kedaleman Banyuwangi.
Dalam sesi wawancara yang dipandu oleh Kang Heri Iskandar, veteran yang pernah bertugas di Timor Timur ini memaparkan pengalamannya bertaruh nyawa demi menjalankan misi negara.
Ia bercerita bagaimana setiap hari harus saling rangkul dan bekerjasama dengan sesama prajurit karena situasi saat itu sangat genting.
“Saat itu, saya dan rekan-rekan bertugas di Timor Timur dan pernah bersama Pak Prabowo Subianto berbeda tiim sandi. Setiap hari kami berada di garis depan, menghadapi medan berat, dan siap berkorban kapan saja demi merah putih,” ujar IGB Sudharma dengan sorot mata yang tajam sambil tunjukkan lengan yang sempat terkena peluru.
Dikenal sebagai petarung andal, IGB Sudharma menguasai berbagai cabang bela diri seperti karate, judo,silat, Jusitju dan tinju.
Ia bahkan menunjukkan sejumlah dokumentasi saat melatih bela diri, memperlihatkan sisi kedisiplinan dan ketangguhan yang masih terjaga hingga kini.
Di penghujung sesi, suasana berubah haru ketika IGB Sudharma membacakan puisinya berjudul Balada Seorang Veteran. Suaranya bergetar, air mata pun menetes.
“Puisi ini saya tulis untuk semua pejuang yang pernah merasakan dingin malam dan panasnya peluru demi negeri ini,” tuturnya.
Selain dikenal sebagai pejuang, IGB Sudharma juga seorang penyair yang telah merangkai kata sejak masa muda.
Bahkan saat masih aktif bertugas, ia tetap menyempatkan diri menulis puisi. Semua karyanya kini dihimpun dalam sebuah buku berjudul Memoar Sang Veteran yang diterbitkan oleh Penerbit Lintang.
Sesi Kedua: Menapak Jejak Perjalanan Saimah
Usai dari kediaman IGB Sudharma, rombongan melanjutkan kunjungan ke Perumahan Brawijaya Cevila Indah, tempat tinggal Saimah, S.Hub. Int.
Veteran wanita ini menyambut tim dengan ramah, mengenakan seragam tugasnya sambil memperkenalkan diri dan bercerita tentang awal mula pengabdiannya di TNI AD hingga kini jadi komandan Kaminved Situbondo.
Sesi wawancara kepada Saimah dipandu oleh Bung Aguk PPM yang merupakan anak seorang veteran juga.
Dalam sesi wawancara, diketahui karier militer Saimah dimulai dari Disinfolahta Mabes AD. Diawali dari situ, ia mulai menapaki perjalanan panjang yang membawanya ke berbagai penugasan penting.
Salah satunya pada tahn 2014, Saimah dipercaya untuk bergabung dengan Satgas Indobat XXIII-H Unifil di Lebanon sebagai Pasi Cimic.
Delapan tahun kemudian, tepatnya 2022, ia mengemban amanat menjadi UN Military Staff Minusca di Central Asia Pasific.
Tak hanya itu, ia juga pernah menjadi ajudan dari Ibu Ani Bambang Yudhoyono.
Meski dikenal tegas dan berwibawa di lapangan, Saimah kelahiran Simbar Benculuk memiliki sisi seni yang kuat, ternyata Saimah memiliki sosok feminis, ia gemar menari dan menulis puisi.
Dalam kunjungan ini, ia menorehkan karya berjudul Masa Transisi yang dibacakan langsung dengan suara merdu dan lantang.
Tak hanya berkarier di dunia militer, Saimah yang didampingi 3 sejawatnya dari Kodim 0825 juga mengelola sebuah klinik terapi kesehatan yang menawarkan layanan hipnoterapi, akupuntur, refleksi, bekam, dan akupresur.
“Saya ingin tetap bermanfaat untuk masyarakat. Setelah saya pensiun, saya ingin membantu masyarakat karena menjaga kesehatan juga bagian dari pengabdian,” ucapnya.
Di akhir sesi, Saimah mengajak seluruh tim untuk menyaksikan tayangan video perjuangan para prajurit Indonesia.
Video itu memperlihatkan dedikasi dan pengorbanan mereka di medan tugas, menjadi pengingat bahwa kemerdekaan yang dinikmati hari ini lahir dari kerja keras dan pengorbanan tanpa pamrih.
Menghidupkan Semangat Perjuangan di Hati Generasi Muda
Kegiatan kunjungan ini menjadi momen refleksi yang mendalam bagi segenap rombongan dan generasi penerus bangsa.
Melalui kisah-kisah nyata para veteran, diharapkan semangat perjuangan dan cinta tanah air dapat terus terwariskan kepada generasi penerus bangsa.
Perkumpulan Komunitas Gotong Royong 45 yang menaungi Sanggar Merah Putih, JRKBB dan Asosiasi Usaha Mikro Kecil dan Koperasi bersama IWAPI juga yang berpartisipasi serta para mitra medianya berkomitmen untuk terus menghadirkan ruang bagi para veteran agar kisah perjuangan mereka tidak lekang oleh waktu. Usai veteran baca puisi juga diimbangi baca puisi karya Bung Karno oleh Reyhan Tholib asal Jalen yang kakeknya Ismail sebagai veteran pejuang kemerdekaan mempertahan kemerdekaan saat agresi Belanda di wilayah Sempu dan Genteng.
Seperti yang disampaikan oleh Bung Aguk selaku Ketua Komunitas bahwa veteran merupakan saksi sejarah yang kisah perjuangannya harus diabadikan.
“Veteran adalah saksi sejarah hidup. Kita punya kewajiban menjaga cerita mereka agar tidak hilang, karena dari merekalah kita belajar arti kemerdekaan yang sesungguhnya,” tukas Bung Aguk sembari pekik salam nasional :Merdeka, merdeka.. Merdeka..! yang disambut 17 orang kafilah dengan kepalan tangan dan hormat. (AF/AWN/JN-SW)