Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Larung Kepala Kerbau di Depan Gua Batu Licin

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

LlRUNGMeskipun sempit, Selat Bali dikenal cukup berbahaya lantaran berarus kuat. Sejak tahun 1990-an, sudah tiga unit kapal yang tenggelam di selat tersebut. Demi mencegah kejadian serupa, pihak Syahbandar Ketapang menggelar ruwatan dengan cara melarung kepala kerbau.

KAWASAN Pelabuhan Landing Craft Machine (LCM) Ketapang di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Ba nyuwangi, meriah Selasa pagi (5/11). Tenda berwarna biru berdiri megah di pelataran pelabuhan penyeberangan kebanggaan masyarakat Banyuwangi tersebut. Alunan musik dangdut plus ratusan warga yang bergerombol di sekitar tenda menambah meriah suasana. Tetapi, jangan salah. Tenda tersebut bukanlah tenda yang didirikan untuk menggelar pernikahan mau pun khitanan.

Kegiatan yang dilangsungkan di pelataran pe labuhan LCM Ketapang itu ada lah selamatan dalam rangka memperingati tahun baru Islam 1435 Hijriah. Menariknya, dalam selamatan tersebut juga digelar ritual melarung ke pada kerbau ke tengah perairan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali tersebut Itu dilakukan sebagai media permohonan ke pada Tuhan agar aktivitas pelayaran trans Jawa-Bali senantiasa berjalan lancar dan selamat. Apalagi, peristiwa kapal tenggelam su dah beberapa kali terjadi di perairan Se lat Bali.

Ironisnya lagi, bangkai kapal yang tenggelam tersebut hingga kini tidak di temukan. Peristiwa pertama terjadi tanggal 19 April 1994 silam. Kala itu, peristiwa memilukan menimpa kapal landing craft tank (LCT) Kaltim Mas II. Setahun kemudian, tepatnya 29 Agustus 1995, kapal tenggelam di Selat Bali kembali terjadi. Waktu itu kapal LCT Trisila Pratama yang tenggelam. Kapal motor penumpang (KMP) Citra Mandala Bakti juga tenggelam di perairan yang dikenal berarus luar biasa tersebut.

Peristiwa ketiga itu terjadi 7 Juli 2000. Selain menimbulkan kerugian materi yang sangat besar, peristiwa kapal tenggelam itu juga menimbulkan korban jiwa. Ironisnya lagi, bangkai kapal yang tenggelam di Selat Bali itu tidak satu pun yang ditemukan. Pertanyaannya adalah, apakah hilangnya bangkai kapal itu disebabkan arus bawah yang kuat, sehingga menyeret bangkai kapal itu entah ke mana. Ataukah, bangkai kapal itu tidak ditarik dengan alasan biaya yang luar biasa mahal? Biarlah itu menjadi misteri.

Yang pasti, salah satu tujuan selamatan melarung kepala kerbau ke tengah Selat Bali kali ini adalah mencegah kapal tenggelam kembali terjadi. Tujuan lain, agar ombak selalu bersahabat sehingga aktivitas penyeberangan Jawa-Bali berjalan lancar. Tidak hanya itu, semoga ombak ekstrem yang beberapa tahun lalu kerap membuat rumah warga tergenang tidak lagi terjadi. Singkat cerita, setelah disembelih, daging kerbau itu dibagikan kepada masyarakat sekitar Pelabuhan LCM Ketapang.

Sementara itu, kepala kerbau dilarung ke tengah laut menggunakan kapal LCT Jambo VI. Larung kepala kerbau itu dilakukan di sekitar dua mil dari bibir pantai Ketapang. Jika ditarik garis lurus, lokasi larung kepala kerbau itu tepat berada di depan Goa Batu Licin, Bali. Pemilihan lokasi larung itu dilandasi pertimbangan bahwa lokasi ter sebut merupakan salah satu titik paling rawan di Selat Bali.

Kepala Syahbandar Ketapang, Kapten Sentot Boedi Santoso mengatakan, ritual larung kepala kerbau itu dilakukan dalam rangka memperingati tahun baru Islam 1 Muharram 1435 Hijriah. “Harapannya, aktivitas penyeberangan Ketapang-Gilimanuk selalu selamat,” ujarnya. Menurut Sentot, larung kerbau kali ini merupakan yang kali kedua dilakukan. Kegiatan pertama dilaksanakan tahun lalu. Sentot bertekad, larung kepala kerbau itu di lakukan rutin setiap tahun.

“Selamatan ini juga kami gelar demi kepentingan masyarakat. Beberapa tahun lalu ombak ekstrem kerap terjadi dan menggenangi rumah warga. Sekarang itu tidak pernah terjadi lagi. Jadi, masyarakat nyaman menjalankan aktivitas,” kata dia. Masih menurut Sentot, larung kepala kerbau ke laut itu dilakukan untuk melanjutkan tradisi masyarakat yang beberapa tahun terakhir sempat mandek. “Jika di darat ada selamatan ider bumi, di laut ada selamatan larung kepala sapi atau ke pala kerbau seperti ini.

Ini adalah media untuk memohon perlindungan kepada Tuhan dan kami harap tradisi ini tidak diting galkan,” paparnya. Sementara itu, saat sebagian masyarakat ikut serta melakukan pelarungan kepala ker bau ke tengah laut, sebagian masyarakat yang lain memilih menikmati hiburan lawak Bodos dkk di pelataran pelabuhan LCM. Setelah prosesi larung kepala kerbau selesai dilakukan, pihak Syahbandar dan se luruh stakeholder pelayaran Selat Bali membaur bersama masyarakat dan dihibur musik dangdut dengan penyanyi papan atas Banyuwangi, seperti Reny Farida dan Demy. (radar)