Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Mengenal Tari Gandrung, Sejarah, dan Pelaksanaannya

mengenal-tari-gandrung,-sejarah,-dan-pelaksanaannya
Mengenal Tari Gandrung, Sejarah, dan Pelaksanaannya

Tari gandrung merupakan tari tradisional yang cukup populer di Banyuwangi, Jawa Timur. Bahkan tarian ini menjadi ciri khas dari wilayah tersebut.

Tak heran jika Banyuwangi sendiri sering dijuluki kota gandrung. Patung penari gandrung mudah ditemui di berbagai sudut Banyuwangi. Yuk, ketahui lebih lanjut seputar tari gandrung.

Mengenal Tari Gandrung

Tari gandrung berasal dari kata gandrung yang berarti tergila-gila atau cinta habis-habisan dalam bahasa Jawa. Menurut buku Pendidikan Seni Budaya untuk Kelas VIII SMP oleh Yoyok RM dan Siswandi, kesenian ini masih satu genre dengan ketuk tilu di Jawa Barat, tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta joged bumbung di Bali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jenis tari ini melibatkan seorang penari profesional wanita yang menari bersama tamu dengan iringan gamelan. Gandrung seringkali dipentaskan di berbagai acara formal dan informal misal perkawinan, khitanan, pethik laut, dan peringatan hari kemerdekaan.

Sejarah Tari Gandrung

Menurut catatan sejarah, tari gandrung pertama kali dilakukan lelaki yang berdandan seperti perempuan. menurut Schoulte seperti dikutip laman Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Kemdikbud, instrumen utama yang mengiringi tari gandrung lanang adalah kendang.

Lambat laun, tari gandrung ini lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890-an. Hal ini diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau laki-laki yang berdandan seperti perempuan. Pada tahun 1914, gandrung laki-laki tersebut pun benar-benar lenyap.

Setelah itu muncul tarian gandrung wanita pertama yang dikenal dengan nama gandrung Semi. Nama Semi diambil dari nama seorang anak perempuan yang berusia 10 tahun pada 1895. Menurut cerita, Semi menderita penyakit parah dan tak kunjung sembuh. Sang ibu, (Mak Midhah) bernazar jika Semi sembuh maka akan dijadikan Seblang.

Ternyata semi Sembuh, kemudian dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru tari gandrung oleh wanita. Tradisi gandrung yang dilakukan Semi, kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya. Kesenian ini pun akhirnya terus berkembang di Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat.

Awalnya tarian ini hanya boleh dibawakan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya. Tapi sejak tahun 1970-an, banyak gadis-gadis yang bukan keturunan gandrung mempelajari tarian ini.

Pelaksanaan Tari Gandrung

Tari gandrung pada dasarnya memiliki tiga tahapan. Mengutip buku Pembelajaran Seni Tari di Indonesia, berikut penjelasan mengenai ketiganya:

1. Jejer

Tahapan pertama adalah jejer. Pada tahapan ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo.

2. Maju/Paju

Setelah jejer selesai, penari mulai memberi selendang kepada para tamu. Di sini, para tamu penting terlebih dahulu yang mendapat kesempatan menari bersama-sama. Para tamu biasanya terdiri dari empat orang yang mementuk bujur sangkar. Penari berada di tengah tengah.

Seblang subuh menjadi bagian penutup pertunjukan tari Gandrung. Tahap tarian ini dimulai dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan. Terkadang penari membawa kipas yang kibaskan menurut irama atau tanpa membawa kipas dan menyanyikan lagu bertema sedih.

Suasana mistis begitu terasa pada bagian seblang subuh. Seblang sendiri adalah ritual penyembuhan atau penyucian yang masih dilakukan oleh penari-penari perempuan lanjut usia, meski sulit dijumpai.

Itulah penjelasan mengenai tari gandrung, sejarah, dan pelaksanaannya. Sebagai informasi tambahan, menurut kebiasaan tarian ini dimulai dari sekitar pukul 21.00 hingga menjelang subuh sekitar pukul 04.00.

Simak Video “Pesan di Balik Tari Massal Bedoyo Putri Mojosakti yang Raih MURI

[Gambas:Video 20detik]
(row/row)