Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Menjadi Dalang Bukan Sekadar Profesi, melainkan Panggilan Jiwa – Radar Banyuwangi

menjadi-dalang-bukan-sekadar-profesi,-melainkan-panggilan-jiwa-–-radar-banyuwangi
Menjadi Dalang Bukan Sekadar Profesi, melainkan Panggilan Jiwa – Radar Banyuwangi

RADAR BANYUWANGI – Menjadi dalang bukan sekadar profesi, melainkan panggilan jiwa. Keliru jika seseorang melihat dalang hanya sebagai sumber mata pencaharian.

”Profesi dan pekerjaan itu memiliki perbedaan mendasar. Dalang adalah profesi yang didasarkan pada kecintaan, bukan sekadar pekerjaan yang dilakukan demi memenuhi kebutuhan,” ujar salah seorang dalang, Ki Wahyu Setiyawan.

Wahyu menilai, alasan utama mengapa generasi muda kurang tertarik menjadi dalang adalah karena cara pandang mereka yang lebih berorientasi pada keuntungan finansial.

Padahal, menurut Wahyu, esensi seorang dalang adalah kecintaan terhadap seni wayang itu sendiri, bukan sekadar mencari pementasan.

”Jika seseorang menjadi dalang hanya demi mendapatkan panggung, itu keliru. Pementasan hanyalah bonus dari profesi seorang dalang, bukan tujuan utama,” tambahnya.

Wahyu juga membandingkan penonton pertunjukan wayang dengan hiburan lain seperti orkes. Ia menilai bahwa wayang menghadirkan lebih dari sekadar tontonan, melainkan pengalaman yang membawa kebahagiaan, tawa, sorak-sorai, serta pesan moral yang bisa diambil dari setiap cerita yang dibawakan.

”Coba perhatikan penonton wayang. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang tua yang duduk bersila, menikmati pertunjukan sambil membawa camilan dan kopi. Mereka datang bukan hanya untuk hiburan, tapi juga untuk mendapatkan nilai dan pelajaran dari cerita yang dibawakan,” jelas Wahyu.

Meski berprofesi sebagai dalang, Wahyu juga memiliki pekerjaan lain. Kecintaannya terhadap dunia pewayangan sudah tumbuh sejak kecil.

Keputusannya menjadi dalang lebih didasarkan pada rasa cinta terhadap seni tersebut daripada sekadar mencari penghasilan dari pementasan.

Sebagai upaya regenerasi, Wahyu telah memperkenalkan dunia pewayangan kepada anak laki-lakinya sejak usia sekolah dasar.

Ia kerap mengajak sang anak untuk menemaninya saat manggung, serta mengajarkan teknik-teknik dasar yang harus dikuasai seorang dalang beserta ilmu
pewayangan.

”Apa pun yang terjadi, dalang dan wayang harus terus dilestarikan. Regenerasi itu sangat penting, minimal dimulai dari keturunan para seniman pewayangan sendiri,” tegas Wahyu menutup perbincangan dengan wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi. (cw4/aif/c1)