RADARBANYUWANGI.ID – Ikan nila (Oreochromis niloticus) menjadi salah satu ikan air tawar favorit masyarakat Indonesia berkat cita rasanya yang menggugah serta kandungan gizinya yang melimpah.
Keunggulan lain dari spesies ini adalah kemudahannya dalam dibudidayakan, sehingga banyak petani perikanan memilihnya sebagai komoditas utama.
Asalnya, ikan nila berasal dari wilayah Sungai Nil di Afrika Timur. Pada tahun 1969, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar di Bogor membawa bibit nila ke Indonesia, yang kemudian berkembang pesat dan menjadi tumpuan industri perikanan lokal.
Baca Juga: Tiba di Tanah Suci, Bupati Ipuk Menyapa Calon Jemaah Haji Banyuwangi, Ini Pesan Haru yang Disampaikan Orang Nomor Satu di Pemkab Banyuwangi Ini
Secara fisik, nila memiliki tubuh pipih memanjang dan dominasi warna abu-abu gelap hingga kehitaman.
Sebagai hewan omnivora, nila dapat mengonsumsi berbagai jenis pakan, mulai dari plankton hingga sisa tumbuhan yang membuatnya mudah beradaptasi di berbagai ekosistem air tawar seperti sungai, danau, maupun kolam budidaya.
Dari sisi nutrisi, ikan nila tergolong sangat kaya. Setiap 100 gram daging nila mengandung sekitar 26 gram protein, 3 gram lemak sehat, serta sejumlah vitamin B12, fosfor, dan selenium.
Baca Juga: Persiapan Lebih Matang, Kapten Timnas Indonesia Jay Idzes Beberkan Motivasinya Jelang Hadapi Tiongkok
Kombinasi nutrisi ini mendukung kesehatan jantung, memperbaiki fungsi kognitif otak, memperkuat struktur tulang dan gigi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, hingga membantu proses metabolisme.
Karena sifatnya yang mudah dirawat, pertumbuhannya cepat, dan permintaan pasar yang selalu tinggi, ikan nila terus menjadi andalan para petani perikanan di Indonesia.
Keuntungan ekonomis yang ditawarkan menjadikannya pilihan menarik bagi pelaku usaha budidaya, sekaligus kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan nasional. (*)