RADAR BANYUWANGI – Program MBG di wilayah Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur, tidak lagi menggunakan susu perah murni.
Hilangnya menu empat sehat lima sempurna ini disebabkan keterbatasan stok harian susu sapi perah dan pertimbangan risiko pembusukan oleh bakteri saat tercemar udara terlalu lama.
Tiara Chandra, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Wilayah Rogojampi menjelaskan, uji coba penyertaan susu hanya sempat dilakukan selama 3 hari saja, yakni sejak MBG dimulai perdana pada 3 Februari lalu.
Mulai tanggal 6 Februari, menu MBG selanjutnya sudah tidak lagi menyertakan susu sapi perah.
Baca Juga: Peternak Sapi Perah Margo Utomo Kalibaru Tidak Hanya Jual Susu Segar
”Setelah kami evaluasi, akhirnya kita tidak memakai susu sapi perah lagi sementara ini,” kata Tiara kepada wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi, Selasa (25/2).
Tiara mengatakan, sebagai pengganti kadungan protein di dalam susu, ahli gizi dapur umum MBG menyarankan berbagai alternatif. Terdiri dari pengganti protein hewani dan nabati.
Adapun alternatifnya bisa menggunakan telur, daging, tempe atau tahu, serta makanan bergizi lainnya.
Kenapa tidak diganti menggunakan susu UHT atau susu kemasan?
Tiara menjelaskan, penggunaan susu nonmurni tidak disarankan sesuai standar gizi petugas MBG. Ini karena susu kemasan pada umumnya menggunakan pemanis dan pengawet.
Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis Dimulai 13 Januari, Kebutuhan Susu di Banyuwangi Terpenuhi
”Susu kemasan itu kandungan gulanya terlalu tinggi. Jadi tidak baik, tidak recommended,’’ tegasnya.
Tiara mengakui kebijakan tidak menyertakan susu sempat mendapatkan protes kecil dari para murid.
Namun, dia telah menjelaskan kepada para guru berdasarkan hasil uji coba selama tiga hari. Akhirnya, para guru bisa mengerti dan membantu menjelaskan kondisi tersebut kepada para murid.
Page 2
Di sisi lain, penggunaan susu kotak atau kaleng juga memiliki efek samping buruk terhadap lingkungan. Saat ini, dapur umum MBG di tempat dia bekerja telah menjangkau 2.915 murid setiap harinya.
Baca Juga: 4 Kecamatan di Banyuwangi Ini Mampu Produksi Susu Kambing 4.000 Liter Per Hari
Jika menggunakan susu kemasan, maka saat itu juga dari program MBG akan menghasilkan ribuan sampah.
”Banyak pertimbangan mengapa tidak menggunakan susu kemasan. Selain glukosa, ini bisa menyumbang sampah setiap harinya. Fokusnya gizi, kita malah downgrade jika pakai susu kemasan,” jelasnya.
Plt Dinas Kesehatan Banyuwangi Amir Hidayat mengaku telah melakukan inspeksi secara bertahap. Termasuk pengawasan langsung terhadap proses produksi MBG di dapur.
Beberapa poin evaluasi telah dilayangkan guna menjaga Higiene Sanitasi Pangan (HSP) tetap menjadi prioritas dan terus ditingkatkan.
Amir mengapresiasi langkah yang diambil pihak dapur umum MBG untuk tidak menggunakan susu kemasan sebagai pengganti susu sapi perah.
”Lebih bagus jika tidak pakai susu kemasan, apalagi yang rasa-rasa. Sejauh ini kami terus lakukan pengawasan dari tim Dinas Kesehatan bersama Puskesmas Gitik dan Labkesda secara berkala,” kata Amir. (cw4/aif/c1)
Page 3
RADAR BANYUWANGI – Program MBG di wilayah Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur, tidak lagi menggunakan susu perah murni.
Hilangnya menu empat sehat lima sempurna ini disebabkan keterbatasan stok harian susu sapi perah dan pertimbangan risiko pembusukan oleh bakteri saat tercemar udara terlalu lama.
Tiara Chandra, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Wilayah Rogojampi menjelaskan, uji coba penyertaan susu hanya sempat dilakukan selama 3 hari saja, yakni sejak MBG dimulai perdana pada 3 Februari lalu.
Mulai tanggal 6 Februari, menu MBG selanjutnya sudah tidak lagi menyertakan susu sapi perah.
Baca Juga: Peternak Sapi Perah Margo Utomo Kalibaru Tidak Hanya Jual Susu Segar
”Setelah kami evaluasi, akhirnya kita tidak memakai susu sapi perah lagi sementara ini,” kata Tiara kepada wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi, Selasa (25/2).
Tiara mengatakan, sebagai pengganti kadungan protein di dalam susu, ahli gizi dapur umum MBG menyarankan berbagai alternatif. Terdiri dari pengganti protein hewani dan nabati.
Adapun alternatifnya bisa menggunakan telur, daging, tempe atau tahu, serta makanan bergizi lainnya.
Kenapa tidak diganti menggunakan susu UHT atau susu kemasan?
Tiara menjelaskan, penggunaan susu nonmurni tidak disarankan sesuai standar gizi petugas MBG. Ini karena susu kemasan pada umumnya menggunakan pemanis dan pengawet.
Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis Dimulai 13 Januari, Kebutuhan Susu di Banyuwangi Terpenuhi
”Susu kemasan itu kandungan gulanya terlalu tinggi. Jadi tidak baik, tidak recommended,’’ tegasnya.
Tiara mengakui kebijakan tidak menyertakan susu sempat mendapatkan protes kecil dari para murid.
Namun, dia telah menjelaskan kepada para guru berdasarkan hasil uji coba selama tiga hari. Akhirnya, para guru bisa mengerti dan membantu menjelaskan kondisi tersebut kepada para murid.