Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Mitigasi Banjir PT Perkebunan Lidjen: Bangun Rorak Raksasa untuk Tahan Limpasan Air Gunung

mitigasi-banjir-pt-perkebunan-lidjen:-bangun-rorak-raksasa-untuk-tahan-limpasan-air-gunung
Mitigasi Banjir PT Perkebunan Lidjen: Bangun Rorak Raksasa untuk Tahan Limpasan Air Gunung

sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – PT Perkebunan Lidjen Banyuwangi terus melakukan upaya mitigasi banjir.

Perkebunan dengan komoditas kopi dan cengkih itu membangun puluhan rorak (lubang resapan air) di sejumlah titik di sekitar kawasan perkebunan sebagai upaya mengurangi aliran air menuju hilir.

Wakil Direktur PT Perkebunan Lidjen Suprayogi Tanoerahardjo mengatakan, pihaknya telah melakukan pembangunan rorak di sekitar kawasan perkebunannya.

Tak tanggung-tanggung, PT Lidjen membangun puluhan rorak dengan ukuran “raksasa” sejak Oktober lalu.

“Ukurannya bervariasi, mulai dari 10×10 meter hingga 25×20 meter dengan kedalaman 4 meter. Biasanya yang dibuat ini ukuran 2×1 meter dengan kedalaman 1 meter,” kata pria yang akrab disapa Yogi itu.

Hingga kini 28 titik rorak yang sudah dibangun. Rorak tersebut berfungsi sebagai penahan limpasan air hujan sekaligus menjaga agar tanah subur (top soil) tidak terbawa arus.

“Tanpa disuruh pun kami sebenarnya sudah menyiapkan rorak. Karena material yang terbawa banjir selama ini adalah tanah subur. Kami juga ingin tanahnya tetap berada di sini (kawasan PT Perkebunan Lidjen),” jelas Yogi.

Selain pembangunan rorak, PT Lidjen juga membuat belasan kilometer (km) parit resapan yang digunakan untuk memperlambat aliran air dan mengarahkannya agar berhenti di rorak.

Langkah ini juga membantu menjaga jalan raya di sekitar perkebunan tetap kering setelah hujan, terutama jalur vital yang sering dilalui warga.

“Kami akan terus menambah jumlah rorak sambil melihat ke mana arah aliran air. Semua air kami tampung kecuali yang terlalu dekat permukiman, itu langsung kami alirkan ke curah,” jelasnya.

Fenomena La Niña yang terjadi dua kali dalam setahun, menurut Yogi membuat curah hujan meningkat tajam dan menimbulkan anomali hidrologis diberbagai wilayah.

Karena itu, sesuai arahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dilakukan berbagai upaya agar debit air yang mengalir ke bawah dapat ditekan dan risiko banjir dapat diminimalkan.

“Kita lakukan upaya agar air tetap berada di wilayah kami. Jadi sistem parit dan rorak akan menampung air di atas,” imbuhnya.

Suprayogi juga menegaskan tidak ada alih fungsi lahan maupun alih komoditas di perkebunannya. Sejak dulu PT Lidjen tetap menanam cengkih dan kopi sesuai peruntukan lahan.


Page 2

Mitigasi Banjir PT Perkebunan Lidjen: Bangun Rorak Raksasa untuk Tahan Limpasan Air Gunung

Selasa, 9 Desember 2025 | 05:15 WIB


Page 3

sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – PT Perkebunan Lidjen Banyuwangi terus melakukan upaya mitigasi banjir.

Perkebunan dengan komoditas kopi dan cengkih itu membangun puluhan rorak (lubang resapan air) di sejumlah titik di sekitar kawasan perkebunan sebagai upaya mengurangi aliran air menuju hilir.

Wakil Direktur PT Perkebunan Lidjen Suprayogi Tanoerahardjo mengatakan, pihaknya telah melakukan pembangunan rorak di sekitar kawasan perkebunannya.

Tak tanggung-tanggung, PT Lidjen membangun puluhan rorak dengan ukuran “raksasa” sejak Oktober lalu.

“Ukurannya bervariasi, mulai dari 10×10 meter hingga 25×20 meter dengan kedalaman 4 meter. Biasanya yang dibuat ini ukuran 2×1 meter dengan kedalaman 1 meter,” kata pria yang akrab disapa Yogi itu.

Hingga kini 28 titik rorak yang sudah dibangun. Rorak tersebut berfungsi sebagai penahan limpasan air hujan sekaligus menjaga agar tanah subur (top soil) tidak terbawa arus.

“Tanpa disuruh pun kami sebenarnya sudah menyiapkan rorak. Karena material yang terbawa banjir selama ini adalah tanah subur. Kami juga ingin tanahnya tetap berada di sini (kawasan PT Perkebunan Lidjen),” jelas Yogi.

Selain pembangunan rorak, PT Lidjen juga membuat belasan kilometer (km) parit resapan yang digunakan untuk memperlambat aliran air dan mengarahkannya agar berhenti di rorak.

Langkah ini juga membantu menjaga jalan raya di sekitar perkebunan tetap kering setelah hujan, terutama jalur vital yang sering dilalui warga.

“Kami akan terus menambah jumlah rorak sambil melihat ke mana arah aliran air. Semua air kami tampung kecuali yang terlalu dekat permukiman, itu langsung kami alirkan ke curah,” jelasnya.

Fenomena La Niña yang terjadi dua kali dalam setahun, menurut Yogi membuat curah hujan meningkat tajam dan menimbulkan anomali hidrologis diberbagai wilayah.

Karena itu, sesuai arahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dilakukan berbagai upaya agar debit air yang mengalir ke bawah dapat ditekan dan risiko banjir dapat diminimalkan.

“Kita lakukan upaya agar air tetap berada di wilayah kami. Jadi sistem parit dan rorak akan menampung air di atas,” imbuhnya.

Suprayogi juga menegaskan tidak ada alih fungsi lahan maupun alih komoditas di perkebunannya. Sejak dulu PT Lidjen tetap menanam cengkih dan kopi sesuai peruntukan lahan.