Malang, Jurnalnews.com – Pameran sejumlah koleksi langka dalam pameran itu seperti keris-keris dari zaman Kabudan atau era tahun 1100-1200 juga turut dihadirkan. Warisan Budaya Dunia keris telah menjadi salah satu warisan budaya adiluhung bangsa Indonesia yang telah diakui dunia melalui UNESCO.Keris bukan sekadar benda pusaka namun juga simbol filosofi, kebijaksanaan, dan keagungan nilai-nilai leluhur. Brawijayan Tosan Aji Fest 2025, mengusung tema “International Contemporary Keris Festival” yang resmi dibuka Jumat (18/4/2025) di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya (UB) Malang. Lebih dari sekadar bilah logam berlekuk, setiap keris yang terpajang memancarkan warisan sejarah, budaya , falsafah, hingga identitas peradaban bangsa.
Hajatan budaya Brawijayan Tosan Aji Fest 2025, mengusung tema “International Contemporary Keris Festival” yang resmi dibuka Jumat (18/4/2025) di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya (UB) Malang
Pameran keris ini menampilkan 200 bilah keris di Pameran Pusaka dari berbagai penjuru Nusantara, mulai dari Bali, Lombok, Jakarta, Bandung, Probolinggo, Banyuwangi, Surakarta, Yogyakarta hingga keris milik Presiden RI, Prabowo Subianto dan puluhan koleksi Menteri Kebudayaan Fadli Zon
dan lebih dari 1.200 bilah keris dibursakan.
Keris milik Presiden RI Prabowo Subianto di Brawijayan Tosan Aji Fest 2025.
Sebagai bentuk nyata sinergi, gelaran ini merupakan buah kolaborasi antara Universitas Brawijaya dan Kementerian Kebudayaan RI, memperkuat komitmen dalam menjaga eksistensi keris sebagai warisan budaya dunia
Pesona pusaka keris yang dipamerkan lebih dari sekadar bilah logam berlekuk, setiap keris yang terpajang memancarkan warisan sejarah, falsafah, hingga identitas peradaban bangsa.
Ketua Pelaksana Brawijayan Tosan Aji Fest 2025, Rizal Nur Alfian, ST., MT., menyebut antusiasme kolektor dan pecinta keris membuktikan bahwa warisan leluhur ini belum kehilangan pamor di tengah arus globalisasi.
“Total ada sekitar 60 meja pameran, masing-masing menampilkan 10-20 keris. Dari segi jumlah maupun keragaman, ini menjadi salah satu pameran keris terbesar di Indonesia,” terang Rizal.
Tak sekadar pameran visual, acara ini juga diperkaya dengan talkshow, seminar internasional, hingga workshop teknik penapakan dan pemeliharaan keris, yakni mendorong pemahaman lebih dalam mengenai filosofi dan nilai kebudayaan yang melekat pada setiap bilah keris.
Edukasi perkerisan kepada pengunjung di Brawijayan Tosan Aji Brawijayan Tosan Aji Fest 2025 akan berlangsung hingga 20 April 2025, dengan puncak acara pencanangan Hari Keris Nasional yang direncanakan dihadiri langsung oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon.
Sekretaris Universitas Brawijaya, Dr. Tri Wahyu Nugroho, S.P., M.Si., menyoroti pentingnya mencegah “pati obor”, yakni terputusnya estafet pengetahuan budaya antar-generasi.
“Keris bukan sekadar benda mati. Ia adalah simbol seni, kecerdasan teknologi tradisional, dan nilai hidup. Jika generasi muda lalai, kita bisa kehilangan jati diri sebagai bangsa,” ujarnya tegas.
Nada serupa disuarakan Sekretaris Jenderal Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI), Basuki Teguh Yuwono, S.Sn., M.Sn. Menurutnya, keris adalah bukti konkret kejayaan intelektual Nusantara di bidang metalurgi dan estetika.
Menurut Basuki juga merangkap Staf khusus Menteri Kebudayaan bidang Sejarah dan Warisan Budaya
“Selama ini keris kerap dipandang mistis semata, padahal di baliknya tersimpan kecanggihan teknik pengerjaan logam dan kebijaksanaan leluhur,” tandasnya.
Salah satu keris milik kolektor asal Jombang berlapis emas ikut di Brawijayan Tosan Aji Fest 2025. Direktur Warisan Budaya di Kementerian Kebudayaan RI, I Made Dharma Suteja, S.S., M.Si., menekankan, tugas generasi sekarang bukan hanya merawat pusaka, tapi juga memastikan narasi budayanya tidak tergerus zaman.
“Indonesia memiliki warisan budaya kelas dunia, termasuk keris. Kita wajib menjaga agar warisan ini tetap hidup di tengah modernisasi,” tegas I Made.
Pada sesi akhir pembukaan KH Marzuqi Mustamar, Pengasuh Ponpes Sabilurrosyad Gasek, Kota Malang sekaligus Mustasyar PWNU Jawa Timur, memberikan tausiah budaya melontarkan peringatan keras terkait bahaya hilangnya sejarah asli bangsa.
Ia menyinggung maraknya klaim palsu atas sejarah nasional, termasuk tokoh pencipta lambang Garuda Pancasila, Bendera Merah Putih, hingga makam-makam yang dipalsukan untuk kepentingan kelompok tertentu.
“Alhamdulillah, beberapa makam itu seperti di Banyuwangi, Tulungagung, hingga Malang berhasil dibongkar. Sejarah bangsa jangan dibiarkan dikaburkan,” tegasnya.
KH Marzuqi juga menitipkan pesan agar generasi muda tidak abai terhadap akar budayanya, serta terus berdiri teguh menjaga keutuhan NKRI.(Ilham Triadi)