Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pantai Pancur Nan Cantik, Trianggulasi Disambut Monyet

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

PUAS menjelajahi Pantai Plengkung, tim ekspedisi tidak langsung bergegas pulang. Sebab, di kawasan TNAP itu masih banyak pantai-pantai yang wajib dikunjungi. Pemandangan pantainya juga tidak kalah menarik dan tentu sangat eksotis.

Pantai yang pertama kali kanti kunjungi, setelah mengunjungi Pantai Plengkung, adalah Pantai Pancur. Pantai tersebut terletak sekitar 5 Km dari Pos Rowo Bendo yang tak lain adalah pintu masuk menuju TNAP. Ada pasir putih dan lumut-lumut hijau yang tumbuh di bebatuan di sana.

Sungguh cantik Pantai Pancur. Cukup mudah menuju Pantai Pancur. Medan yang kami lalui juga tidak terlalu berat. Di sekitar pantai juga berdiri Resor Pancur TNAR. Namun, kendaraan yang membawa tim ekspedisi tidak bisa sampai ke bibir pantai dan harus diparkir di Resor Pancur.

Sebab, akses jalan untuk menuju bibir pantai memang harus dilalui dengan jalan kaki melewati jalan menurun. Kami pun melewati tangga untuk menuju bibir pantai. Saat melewati anak tangga yang lumayan banyak jumlahnya, akhimya kami menjumpai pemandangan yang tak kalah eksotik.

Hamparan pasir berwama putih halus juga memanjakan mata kami yang mengunjungi Pantai Pancur. Garis pantai berpasir putih di Pantai Pancur ini juga lumayan panjang. Debutan ombak dari Pantai Pancur juga terdengar begitu keras saat kami datang ke Pantai Pancur.

 Tampaknya, angin yang begitu kencang saat kami datang ke Pantai Pancur membuat ombak begitu sangat besar di pantai ini. Sebuah bendera bertulisan “Dilarang Berenang” pun tampak berkibar di tepi pantai. Hal ini menandakan memang untuk sementara pengunjung dilarang untuk berenang dilaut lantaran ombak sedang ganas.

Tidak masalah bagi rombongan tim ekspedisi. Meski ombak cukup besar, hal itu tidak sampai mengurangi keindahan dari Pantai Pancur.  Pantai Pancur masih tetap terlihat begitu indah. Kami pun hanya bermain dan sekadar berjalan kaki di sepanjang pasir berwarna putih halus ini.

Tidak jarang kami menjumpai pemancing yang sedang mencari ikan di tepi laut.  Tebing-tebing kecil juga banyak terdapat di Pantai Pancur ini. ini menjadikan ciri tersendiri dari Pantai Pancur. Selain keindahan pasir berwarna putih, adanya tebing ini menjadi nilai lebih bagi pemandangan keindahan dari Pantai Pancur.

Nah, yang perlu diperhatikan bagi pengujung yang hendak datang ke Pantai Pancur sebaiknya membawa topi dan kacamata. Sebab, di sepanjang pantai ini sangat minim sekali tempat untuk berteduh. Karena lebih banyak tebing, pohon-pohon untuk berteduh di Pantai Pancur ini sangat minim jumlahnya.

“Udaranya panas sekali, pasir beterbangan bisa mengganggu mata,” ujar Nugroho, bagian pemasaran Jawa Pos Radar Genteng yang ikut ekspedisi.  Oh iya, ada yang menarik lagi. Di sekitar Pantai Pancur juga terdapat sebuah aliran sungai kecil berair tawar.

Air yang mengalir ini bermuara seperti air terjun kecil atau pancuran yang mengalir sampai bertemu dengan air laut. Itu juga sangat unik menurut kami. Sebab, sangat jarang sekali disebuah pantai terdapat air mengalir seperti air terjun seperti yang ada di Pantai Pancur ini.

Namun, saat kami datang ke pantai ini beberapa waktu lalu, aliran dari sungai kecil sedang kecil. Sehingga, pemandangan air mancur tidak begitu maksimal. Mungkin saja karena kemarau panjang ini sehingga membuat aliran sungai menjadi kurang volumenya.

Selanjutnya, tim ekspedisi mengunjungi Pantai Trianggulasi. Dari Pantai Pancur, untuk menuju Pantai Trianggulasi, kami menempuh perjalanan sejauh 3 Km. Kalau dari Pos Rowo Bendo sekitar 2 Km jaraknya. Pantai ini hampir sama seperti Pantai Pancur.

Hanya saja, garis Pantai Trianggulasi ini lebih landai dibandingkan dengan Pantai Pancur. Saat kami datang ke Pantai Trianggulasi, banyak sekali dahan-dahan pohon kering berserakan begitu saja di bibir pantai. Entah datang dari lautan atau dahan pohon dari dalam hutan.

Yang jelas dahan-dahan pohon itu menutupi sebagian pasir yang ada di Pantai Trianggulasi.  Hutan pantai di sekitar Pantai Trianggulasi ini terlihat cukup lebat. Di tepi pantai kami banyak menjumpai pohon palem laut yang tumbuh lebat disekitar pantai.

Pohon-pohon waru besar juga banyak yang tumbuh di sekitar Pantai ‘Trianggulasi ini. Karena populasi pohon di sini juga sangat lebat, jangan kaget kalau di sana juga banyak monyet yang berkeliaran. Asalkan tidak diganggu, monyet- monyet yang ada di Pantai Trianggulasi ini tidak akan menyerang.

Dan yang terpenting, jangan sesekali memberi makan monyet di dalam hutan. Sebab, jika diberi makan, monyet itu akan terus mengejar dan terus meminta makan. Di sekitar Pantai Trianggulasi juga banyak terdapat penginapan-penginapan yang memang disediakan untuk menginap bagi para pengunjung yang ingin berlama-lama di Pantai Trianggulasi.

Selain itu, di dekat Pantai Trianggulasi ini juga terdapat Pura Luhur Giri Salaka. Pura ini merupakan salah satu pura peninggalan sejarah yang sampai saat ini masih dipakai oleh umat Hindu untuk acara keagamaan, yaitu upacara Pager Wesi yang diadakan setiap 210 hari sekali.(radar)