Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pembacaan Puisi Veteran dan Cerita Santri Pukau Lonching Buku Komunitas Gotongrong di Aula Perpusip

pembacaan-puisi-veteran-dan-cerita-santri-pukau-lonching-buku-komunitas-gotongrong-di-aula-perpusip
Pembacaan Puisi Veteran dan Cerita Santri Pukau Lonching Buku Komunitas Gotongrong di Aula Perpusip

Banyuwangi – Dalam momentum Bulan Bahasa Penerbit Lintang Banyuwangi luncurkan 2 buku: Antologi Gotong Royong dan Lamunan Seorang Wartawan resmi diluncurkan di Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Banyuwangi pada Jumat (17/10).

Kegiatan yang digagas sinergi kolaborasi Penerbit Lintang Banyuwangi, Komunitas Gotong Royong ’45, dan Kopiwangi ini dihadiri oleh puluhan pegiat literasi, penulis, akademisi, serta perwakilan dari berbagai instansi pemerintah seperti Kominfo, Dinas Pendidikan dan Pustakawan Dispursip.

Dua buku yang diluncurkan memiliki karakter berbeda namun sama kuat secara pesan. Antologi Gotong Royong berisi kumpulan puisi dan pentigraf dua bahasa (Indonesia–Using) yang ditulis oleh puluhan penulis Banyuwangi, termasuk difabel peserta Lomba Pentigraf peringati Hari Disabilitas Internasional yang diadakan Yayasan Aura Lentera Indonesia.

Sementara Lamunan Seorang Wartawan karya Ricky Sulivan merupakan novel fiksi yang mengangkat realitas profesi jurnalis di lapangan.

Maulana Affandi, S.S., Direktur Penerbit Lintang Banyuwangi sekaligus Pemimpin Redaksi Sastrawacana.id selaku media partner dalam sambutannya, menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada seluruh pihak yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan peluncuran buku tersebut.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini, mulai dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah yang telah memfasilitasi tempat, Dinas Kominfo, Komunitas Gotong Royong 45, Kopiwangi, hingga para penulis yang dengan semangat gotongroyong telah berkontribusi melahirkan karya buku, “ujarnya.

Affandi menambahkan, kolaborasi antara penerbit, komunitas literasi, dan para penulis menjadi bukti bahwa semangat menulis dan berkarya di Banyuwangi masih terus tumbuh.

Sambutan berikutnya disampaikan oleh Hj. Lina Kamalin, S.Pd., M.Pd., selaku penasihat Kopiwangi. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini menunjukkan kekuatan sinergi antarpenulis dan komunitas literasi yang perlu berkelanjutan serta bisa sinergi dengan PKBM dan TBM.

“Lahirnya Buku Antologi Gotong Royong ini merupakan cerminan dari proses panjang kolaborasi banyak pihak yang memiliki kepedulian terhadap dunia literasi. Setiap tahap, mulai dari penulisan hingga penerbitan, dijalani dengan semangat saling mendukung dan belajar bersama. Proses itulah yang membuat buku ini tidak hanya menjadi kumpulan tulisan, tetapi juga simbol nyata bagaimana kebersamaan dapat melahirkan karya yang bermakna bagi Banyuwangi,” ujar mantan Kepala beberapa SDN ini.

Sambutan selanjutnya disampaikan oleh pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Banyuwangi H. Yusuf Khoiri yang menyampaikan bahwa pihaknya terus membuka ruang bagi kegiatan literasi publik dan Terima kasih pihak Penerbit Lintang yang menghibahkan untuk jadi e-book dengan link. e-book-banyuwangi.id/antologi-gotong-royong/hingga karya gotongroyong ini bisa jadi sedekah karena bisa dibaca lewat HP atau laptop di seluruh dunia.

“Aula ini terbuka untuk siapa pun yang ingin menggelar kegiatan serupa. Kami ingin tempat ini menjadi ruang bersama bagi para pegiat literasi, penulis, maupun komunitas yang ingin berbagi gagasan dan karya. Buku Antologi Gotong Royong juga sudah kami unggah ke perpustakaan digital agar dapat diakses oleh masyarakat luas, semoga bisa menginspirasi banyak orang,” ungkap mantan lurah yang profesional sebagai pustakawan fungsional.

Selain peluncuran buku, acara juga dimeriahkan oleh sejumlah penampilan dari para peserta. Mayor (Kowad) Saimah, seorang veteran perdamaian yang membacakan puisi karyanya sendiri berjudul Masa Transisi hasil bisikan spiritual yang dituangkan dalam tetesan penanya.

Dengan suara yang tegas namun sarat penghayatan, ia berhasil memikat perhatian. Suasana aula seketika hening, diiringi keharuan dan empati yang terasa menyelubungi ruangan.Ia juga tampil teatrikal dengan bimbingan Aguk Darsono dari Sanggar Merah Putih’45.
Penampilan dilanjutkan oleh cantrik Bung Aguk yang punya prestasi di event bercerita Perpustakaan Nasional dan Radar Banyuwangi yakni Afina Alana Qolbi, siswi MI Darun Najah 2 Banyuwangi yang membawakan Perang Puputan Bayu dari Buku Sejarah, Seni dan Budaya Banyuwangi Karya Yeti Chotimah,M.Art .Dengan gaya bertutur khas anak-anak, ia berhasil menghidupkan kembali kisah klasik yang menjadi identitas daerah peringati Hari Jadi Banyuwangi yang heroik.

Memasuki sesi diskusi, Ricky Sulivan menjelaskan bahwa Lamunan Seorang Wartawan ditulis berdasarkan pengalaman nyata menjadi jurnalis dan dapati wartawan yunior yang ikuti jejaknya.

“Saya melihat banyak rekan seprofesi yang kehilangan arah di tengah tekanan pekerjaan. Di satu sisi, jurnalis dituntut untuk cepat dan akurat, namun di sisi lain, nilai-nilai idealisme dan kemanusiaan juga sering terpinggirkan. Dari kegelisahan itu, buku ini lahir sebagai refleksi,” tutur wartawan suara pecari. Com ini.

Sementara itu, dua panelis, Yeti Chotimah dan Andi Budi Setiawan, memaparkan pandangan mereka tentang penerbitan Antologi Gotong Royong.

Keduanya sepakat bahwa buku ini hadir bukan hanya untuk memeriahkan Bulan Bahasa dan Hari Sumpah Pemuda, tetapi juga sebagai bentuk nyata kolaborasi antarpenulis dan komunitas literasi di Banyuwangi.

Yeti Chotimah menjelaskan, semangat utama dari penerbitan buku ini adalah menghidupkan kembali gairah menulis di kalangan generasi muda dan juga kolaborasi MGMP Bahasa Using SMP yang diketuai. Dan ada karya di buku yang jadi materi undharasa atau guritan pada Festival Literasi Using Dispendik dan seleksi Festival Bahasa Ibu Nasional.

“Kami ingin kita terus menulis, membaca, dan menumbuhkan kecintaan terhadap literasi di daerahnya masing-masing. Semangat gotong royong adalah jantung dari gerakan ini, dan guru bisa terapkan 6 gerakan literasi” ujar guru biologi yang berprestasi seni budaya dan pendidikan karakter jiseni’45.

Sementara itu, Andi Budi Setiawan, menekankan pentingnya menjadikan kegiatan literasi sebagai bagian dari gerakan sosial yang berkelanjutan.

“Literasi tidak boleh berhenti di acara peluncuran buku atau lomba menulis semata. Harus ada kesinambungan, ruang belajar, dan dukungan antarpegiat agar ekosistemnya tetap tumbuh. Dan munculnya buku ini diawali zoom pelatihan dan kurasi karya,” kata Andi yang ketua kopiwangi sembari sebut pihaknya yang mayoritas guru penggerak memang programkan tiap tahun terbitkan karya buku dan event lomba.

Menjelang akhir acara, sejumlah kurator dan tokoh literasi memberikan apresiasi. Iqbal Baraas, SH,MH pengacara, sastrawan dan dosen Universitas Ibrahimy, yang beberapa kali dapat penghargaan atas karya sastra dan buku puisinya yang menilai bahwa karya para penulis Banyuwangi semakin matang, baik secara tema maupun teknik penulisan.Banyuwangi perlu terus lahirkan Hasnan Singodimayan, H. Armaya,Andang CY, Ismet dan budayawan besar yang telah suburkan bumi Blambangan.

Apresiasi juga disampaikan oleh Mujiono, S.H., Thomas Raharto, dan Jaenuri NZ yang pekan lalu luncurkan puisi using sangang puluh sanga (99).Mereka menilai kegiatan semacam ini perlu terus digelar agar literasi tidak hanya menjadi wacana, tetapi gerakan yang hidup di tengah masyarakat.

Acara ditutup dengan nyanyi bersama umbul-umbul Blambangan para emak fans radio komunitas Bung Tomo dan Paguyuban Gotongroyong’45 serrta pengurus JRKBB (Jaringan Radio Komunitas Broadcast Banyuwangi). Ikut nyanyi pengurus Komunitas Jurnalis Jawa Timur (KJJT) yang dipimpin Ricky Sulivan dan Sinergi Media yang abadikan momentumnya oleh Andre Gata, Qurrota A’Yunin dan Ahmad Masduki.

Peluncuran dua buku ini menjadi bukti bahwa semangat literasi Banyuwangi tidak pernah padam, melainkan terus tumbuh melalui kolaborasi dan kerja gotong royong sebagai jatidiri bangsa Indonesia.(Q”Nin/AWN/JN)