Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pengabdian tanpa Batas Aiptu Syarif Hidayat, Rela Utang Demi Bangun Musala Warga

pengabdian-tanpa-batas-aiptu-syarif-hidayat,-rela-utang-demi-bangun-musala-warga
Pengabdian tanpa Batas Aiptu Syarif Hidayat, Rela Utang Demi Bangun Musala Warga

Aiptu Syarif Hidayat adalah sampul humanis wajah kepolisian, terutama Polresta Banyuwangi. Ia merupakan figur aparat penegak hukum yang mengabdi setulus hati. Tidak hanya profesionalitas, namun juga totalitas dalam  kegiatan sosial di masyarakat.

——

Usianya hampir mendekati 60 tahun. Meski sebentar lagi purnatugas, Aiptu Syarif Hidayat masih terlihat energik. Baginya usia bukan menjadi halangan untuk mengabdikan diri ke masyarakat dan negara. 

Sehari-harinya Aiptu Syarif bertugas di Polsek Songgon. Di luar jam dinas, dia aktif membantu anak putus sekolah, merawat orang sakit, hingga membangun sejumlah rumah ibadah bagi umat Islam yang membutuhkan. Selain menguras gaji sendiri, Syarif bahkan rela berutang demi realisasi pembangunan tempat ibadah tersebut.

Baca Juga: Jum’at Berkah; Polresta Banyuwangi dan Dinas Sosial Distribusi Paket Sembako untuk Warga Desa Kelir

Polisi berusia 58 tahun tersebut saat ini bertugas di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polsek Songgon. Dia memulai karirnya pada tahun 1992 sebagai anggota Satreskrim Polresta Balikpapan selepas lulus Bintara Polri pada 1989. Dari situlah Syarif mengawali totalitasnya sebagai  ”pelayan masyarakat”.

Gaji sebagai anggota Polri lebih diutamakan untuk kemaslahatan orang lain. Sepetak lahan miliknya diwakafkan untuk pembangunan masjid.

”Saya merasa ingin berguna saja sebagai sesama ciptaan Allah. Alhamdulillah, masjid yang saya dirikan masih berdiri kokoh dan digunakkan hingga sekarang,” kata Syarif ditemui di rumahnya Dusun Krajan, Desa Sragi, Kecamatan Songgon, Jumat (7/2).

Sebelum pindah ke Banyuwangi pada tahun 2018, Syarif telah mengukir jejak serupa dengan hobi menguras gaji saat bertugas di Polres Batu tahun 2012 lalu. Pada tahun 2014 misalnya, ia ditugaskan untuk membantu mitigasi dampak letusan Gunung Kelud. Letusan itu terbilang cukup dahsyat karena berdampak meluas hingga menelan korban jiwa dan menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi.

Saat melihat ribuan orang membutuhkan bantuan, Syarif menghadapi dilema. Satu sisi ia membutuhkan uang demi mencukupi kebutuhan, sisi lain mendorong agar menguras lebih tabungannya demi membantu sesama. ”Saat keluarga sedang butuh-butuhnya, di luar ada bencana yang menyebabkan banyak orang juga butuh bantuan. Ya, ending-nya tetap saya tidak bisa tutup mata,” ungkapnya.

Baca Juga: Giliran TK Bhayangkari Rogojampi Dapat Sayur Mayur Gratis dari Polresta Banyuwangi

Singkat cerita, Syarif akhirnya pindah tugas ke Polsek Songgon. Dia pun melanjutkan hobinya menguras gaji demi membantu sesama. Syarif kerap berdinamika dengan bermacam problema masyarakat desa. Ia banyak mendapati anak-anak putus sekolah berikut aneka keluhan yang ada. Bahkan, tak jarang warga mengadu langsung ke rumahnya atau datang ke Polsek Songgon untuk sekadar bercerita.

Bagi masyarakat Desa Sragi khususnya, Syarif bukan sekadar polisi, melainkan sahabat, guru, dan juga dermawan yang sudi hadir saat kesulitan melanda. Di luar jam tugas polisi, ia ternyata aktif sebagai pendidik. Maklum, sebelum menjadi polisi ia merupakan guru Bahasa Inggris lulusan IKIP Malang (sekarang Universitas Negeri Malang). Ia mengaku ikhlas menjalani aktivitas padat tersebut meski dilakukan tanpa ada cuan tambahan.

Sumber: Jawa Pos Radar Banyuwangi


Page 2

Penelusuran wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi, sedikitnya ada 7 musala yang berhasil berdiri berkat uluran tangan bapak beranak empat tersebut. Jika dihitung, sudah belasan musala yang mendapatkan renovasi.

Dari mana Syarif mendapatkan uang untuk membangun musala tersebut? Sekali lagi, dari hobinya menguras gaji dan juga bantuan dari berbagai pihak lainnya.  Suatu ketika Syarif sampai nekat mengambil utang koperasi dengan jumlah cukup lumayan. Bukan untuk memenuhi kebutuhan dapur, uang tersebut untuk membeli bahan bangunan agar rumah ibadah lekas berdiri dan cepat digunakan.

”Saya pinjam uang di koperasi milik Polri, semuanya digunakan untuk percepatan pembangunan rumah ibadah di sini. Saya sendiri yang mencicil angsuran itu dari uang gaji,” ungkap Syarif. (cw4/aif/c1)

Tetap Santuy meski Dibilang Polisi Miskin

Dengan sosoknya yang seperti ini, Syarif mengaku tak jarang berselisih dengan istri tercintanya, Sri Wijayanti. Di mata istrinya, Syarif merupakan orang yang gampang menghabiskan uang demi orang lain. Oleh istrinya, dia sempat dijuluki polisi miskin.

Baca Juga: Wujudkan Kesiapan, Polresta Banyuwangi Gelar Latpraops Keselamatan Semeru 2025

Sebutan polisi miskin tidak membuatnya marah. Baginya, semua yang ia dapat di dunia hanyalah titipan sementara dari Sang Pencipta. ”Pernah dulu sampai dikatai polisi miskin, pas anak lagi butuh biaya. Katanya, wong bapakmu ini polisi miskin,” ucap Syarif sembari tertawa.

Dengan kebiasaan Syarif yang tidak bisa menutup mata dengan kondisi sekitar, ternyata mendapatkan dukungan penuh dari orang tua. Sejak muda, ia selalu diajarkan berbuat baik dan berbagi kepada sesama. Syarif percaya setiap manusia punya cerita dan kondisi yang berbeda.

Cobaan atau masalah yang mampir dianggapnya sebagai ujian. Di mana ada dua kepastian setelahnya. Pertama, sebagai ujian sebelum kenaikan kelas dalam strata kehidupan. Kedua, sebagai penebusan dosa di dunia atas apa yang pernah ia lakukan sebelumnya. ”Saya yakin saja, pasti ada sinar matahari setelah malam tiba. Yang penting jalani saja. Saya kerja, saya di jalan yang benar, soal rezeki pasrahkan kepada-Nya,’’ ungkap Syarif. (cw4/aif/c1)

Sumber: Jawa Pos Radar Banyuwangi


Page 3

Aiptu Syarif Hidayat adalah sampul humanis wajah kepolisian, terutama Polresta Banyuwangi. Ia merupakan figur aparat penegak hukum yang mengabdi setulus hati. Tidak hanya profesionalitas, namun juga totalitas dalam  kegiatan sosial di masyarakat.

——

Usianya hampir mendekati 60 tahun. Meski sebentar lagi purnatugas, Aiptu Syarif Hidayat masih terlihat energik. Baginya usia bukan menjadi halangan untuk mengabdikan diri ke masyarakat dan negara. 

Sehari-harinya Aiptu Syarif bertugas di Polsek Songgon. Di luar jam dinas, dia aktif membantu anak putus sekolah, merawat orang sakit, hingga membangun sejumlah rumah ibadah bagi umat Islam yang membutuhkan. Selain menguras gaji sendiri, Syarif bahkan rela berutang demi realisasi pembangunan tempat ibadah tersebut.

Baca Juga: Jum’at Berkah; Polresta Banyuwangi dan Dinas Sosial Distribusi Paket Sembako untuk Warga Desa Kelir

Polisi berusia 58 tahun tersebut saat ini bertugas di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polsek Songgon. Dia memulai karirnya pada tahun 1992 sebagai anggota Satreskrim Polresta Balikpapan selepas lulus Bintara Polri pada 1989. Dari situlah Syarif mengawali totalitasnya sebagai  ”pelayan masyarakat”.

Gaji sebagai anggota Polri lebih diutamakan untuk kemaslahatan orang lain. Sepetak lahan miliknya diwakafkan untuk pembangunan masjid.

”Saya merasa ingin berguna saja sebagai sesama ciptaan Allah. Alhamdulillah, masjid yang saya dirikan masih berdiri kokoh dan digunakkan hingga sekarang,” kata Syarif ditemui di rumahnya Dusun Krajan, Desa Sragi, Kecamatan Songgon, Jumat (7/2).

Sebelum pindah ke Banyuwangi pada tahun 2018, Syarif telah mengukir jejak serupa dengan hobi menguras gaji saat bertugas di Polres Batu tahun 2012 lalu. Pada tahun 2014 misalnya, ia ditugaskan untuk membantu mitigasi dampak letusan Gunung Kelud. Letusan itu terbilang cukup dahsyat karena berdampak meluas hingga menelan korban jiwa dan menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi.

Saat melihat ribuan orang membutuhkan bantuan, Syarif menghadapi dilema. Satu sisi ia membutuhkan uang demi mencukupi kebutuhan, sisi lain mendorong agar menguras lebih tabungannya demi membantu sesama. ”Saat keluarga sedang butuh-butuhnya, di luar ada bencana yang menyebabkan banyak orang juga butuh bantuan. Ya, ending-nya tetap saya tidak bisa tutup mata,” ungkapnya.

Baca Juga: Giliran TK Bhayangkari Rogojampi Dapat Sayur Mayur Gratis dari Polresta Banyuwangi

Singkat cerita, Syarif akhirnya pindah tugas ke Polsek Songgon. Dia pun melanjutkan hobinya menguras gaji demi membantu sesama. Syarif kerap berdinamika dengan bermacam problema masyarakat desa. Ia banyak mendapati anak-anak putus sekolah berikut aneka keluhan yang ada. Bahkan, tak jarang warga mengadu langsung ke rumahnya atau datang ke Polsek Songgon untuk sekadar bercerita.

Bagi masyarakat Desa Sragi khususnya, Syarif bukan sekadar polisi, melainkan sahabat, guru, dan juga dermawan yang sudi hadir saat kesulitan melanda. Di luar jam tugas polisi, ia ternyata aktif sebagai pendidik. Maklum, sebelum menjadi polisi ia merupakan guru Bahasa Inggris lulusan IKIP Malang (sekarang Universitas Negeri Malang). Ia mengaku ikhlas menjalani aktivitas padat tersebut meski dilakukan tanpa ada cuan tambahan.

Sumber: Jawa Pos Radar Banyuwangi