TEGALSARI – Seiring perubahan musim kemarau ke musim penghujan, ternyata tidak semua petani merasa rugi. Salah satu petani yang bisa bertahan adalah petani labu (waluh). Meski sering turun hujan, petani labu masih bisa tersenyum. Hal itu disebabkan labu yang mereka tanam masih bisa laku terjual dengan harga yang lumayan tinggi. Hal itu disebabkan model pemasaran yang sudah jelas dengan pihak perusahaan.
Tak hanya itu, selain daging labu yang bisa dijual, biji labu juga bernilai ekonomis tinggi. Salah satu petani yang baru saja memetik buah labu adalah Nurul, 29. Dia mengaku, dari seperempat bahu sawahnya, dia bisa menghasilkan biji waluh seberat 30 kilogram. Dari hasil sawahnya di Dusun Tugurejo, Desa Tegalrejo, Kecamatan Tegalsri, itu dia memperoleh uang sekitar Rp. 6 juta.
Tantangan yang sering dialami petani dalam menanam labu adalah dibutuhkan ketelatenan ekstra. Proses pengawinannya lebih sistemik dan diawasi pihak perusahaan. ”Kalau tidak tekaten perusahaan tau, Mas. Ada tandanya,” kata Nurul. Petani lainnya, Samsuri, 40, mengakui, kendala yang dialami petani labu jika musim hujan datang adalah buah yang masih belum dipetik terkadang membusuk.
Namun dikarenakan yang diambil adalah bijinya, hal itu masih bisa disiasati. Beberapa waktu terakhir, banyak masyarakat yang beralih menanam labu. Selain lebih bandel, harga yang dipatok cukup jelas dan harganya pun tidak mengalami fl uktuasi. Selain bijinya, daging labu juga bisa dimanfaatkan untuk aneka panganan dan kue. Namun sayangnya, para petani kurang memanfaatkan daging labu ini. (radar)