Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Plus Minus Panas Ekstrem Dimata Perajin Batik Cap Banyuwangi

BANYUWANGI, Jurnalnews – Panas ekstrem menghadirkan gerah bagi perajin batik cap di Banyuwangi. Sengatan cahaya matahari berlebih ikut merusak corak batik.

Hal itu diungkapkan perajin batik cap asal Dusun Panjen, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Hartono (43). Ia mengungkap bila corak batik cepat meleleh.

“Pola-pola batik kan dibuat dari bahan lilin makanya cepat meleleh jika terkena sengatan matahari berlebih,” katanya kepada mili.id, Minggu (29/10/2023).

Luberan lilin membuat hasil batik jelek. Hartono berkeluh jika kualitas batiknya menurun imbas panas ektrem.

Akan tetapi, lanjut Hartono, panas turut mengerek volume produksi kain batiknya. Peningkatan produksi kata dia mencapai 10p persen.

“Karena proses pengeringan yang lebih cepat, cukiip 30 menit saja batik yang sudah diberi warna bisa kering. Beda kondisi saat cuaca normal yang memakan waktu pengeringan hingga satu jam,” ujarnya.

Saat cuaca panas seperti ini, Hartono mengaku dalam sehari bisa memproduksi 200 lembar kain batik ukuran satu kali 10 meter.
Sedangkan, di hari biasa hanya sekitar 100 lembar kain.

“Karena cepat kering, lokasi yang dipakai untuk menjemur kain batik bisa digunakan menjemur kain lain yang masih basah,” ungkapnya.

Hanya saja, lanjut dia, cuaca panas yang sangat menyengat ini juga memberikan dampak buruk bagi proses pembuatan batik cap yang biasa diekspor ke Amerika Serikat itu.

“Kalau panasnya seperti ini, lilinnya jadi mencair. Kita belum sempat ke proses selanjutnya, lilin di kain itu meluber, sehingga motifnya menjadi jelek dan keluar berjak putih,” ujarnya.

Hartono mengaku lebih memilih cuaca panas seperti ini. Sebab, bila hujan turun produksi batiknya akan benar-benar mandek.

“Kita tidak bisa bekerja kalau musim hujan, produksi kami bergantung sekali dengan panas matahari,” pungkasnya. (Eko//JN).

source