sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sarwo Edhie Wibowo, seorang tokoh militer legendaris yang juga dikenal sebagai kakek dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan ayah dari almarhumah Ani Yudhoyono, istri Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Upacara penganugerahan tersebut digelar di Istana Negara pada 10 November 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.
Penghargaan ini diberikan atas jasa besar Sarwo Edhie dalam menjaga stabilitas nasional dan memperkuat pertahanan Indonesia di masa-masa kritis sejarah bangsa.
Baca Juga: BRI Sentuh 4.909 Desa Lewat Program Desa BRILiaN! Begini Cara Bank Plat Merah Ini Bangun Ekonomi dari Akar Rumput
Sosok dan Awal Perjalanan Hidup
Sarwo Edhie Wibowo lahir di Purworejo, Jawa Tengah, pada 25 Juli 1927. Sejak muda, ia dikenal disiplin, cerdas, dan memiliki semangat nasionalisme tinggi.
Karier militernya dimulai ketika bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) pada masa pendudukan Jepang, yang kemudian menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Setelah proklamasi kemerdekaan, Sarwo Edhie aktif dalam berbagai operasi militer untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Kedisiplinan dan kepemimpinannya membuatnya dipercaya memegang jabatan penting di tubuh TNI AD.
Baca Juga: Profil Marsinah, Buruh Tangguh dari Nganjuk yang Kini Resmi Jadi Pahlawan Nasional 2025
Jenderal Tegas di Masa Krisis
Nama Sarwo Edhie melambung ketika menjabat sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) — kini dikenal sebagai Kopassus — pada periode 1964–1967.
Di bawah kepemimpinannya, pasukan elit tersebut berperan penting dalam menumpas Gerakan 30 September/PKI (G30S/PKI) yang mengancam keutuhan bangsa.
Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Panglima Kodam II/Bukit Barisan dan Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, serta ditugaskan sebagai Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan pada tahun 1973–1978.
Page 2
Sarwo Edhie dikenal luas sebagai sosok tegas, jujur, dan berani mengambil keputusan sulit, namun tetap mengedepankan nilai kemanusiaan dan disiplin militer yang tinggi.
Baca Juga: Menjelajahi Stasiun Plabuan Batang, Stasiun Kereta Api Terunik di Indonesia
Warisan Kepemimpinan Hingga ke Generasi AHY
Sarwo Edhie bukan hanya meninggalkan jejak dalam sejarah militer, tetapi juga warisan nilai kepemimpinan bagi generasi penerusnya.
Putrinya, Kristiani Herrawati (Ani Yudhoyono), menikah dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sementara cucunya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), kini meneruskan semangat kepemimpinan keluarga dengan kiprahnya di dunia politik dan pemerintahan.
Akhir Hayat dan Penghargaan
Sarwo Edhie Wibowo wafat pada 9 November 1989 di Jakarta. Setelah lebih dari tiga dekade kepergiannya, negara akhirnya mengakui jasa-jasanya secara resmi dengan gelar Pahlawan Nasional 2025.
Baca Juga: Naik 30,21 Persen, Ini Alasan Kereta Api Blambangan Ekspres Rute Banyuwangi-Jakarta Jadi Pilihan Favorit Penumpang
Presiden Prabowo dalam sambutannya menyebut Sarwo Edhie sebagai sosok “pejuang sejati yang menjaga bangsa di masa tergelap sejarah Indonesia.”
Penganugerahan ini juga menjadi bentuk penghormatan kepada generasi militer yang berjuang tanpa pamrih demi keutuhan NKRI.
Penutup: Pahlawan dari Keluarga Pejuang
Gelar Pahlawan Nasional bagi Sarwo Edhie Wibowo menjadi simbol bahwa perjuangan dan dedikasi tidak akan lekang oleh waktu.
Sebagai kakek dari AHY dan ayah dari Ani Yudhoyono, sosoknya menjadi inspirasi lintas generasi — tentang arti disiplin, keberanian, dan pengabdian pada negara. (*)
Page 3
sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sarwo Edhie Wibowo, seorang tokoh militer legendaris yang juga dikenal sebagai kakek dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan ayah dari almarhumah Ani Yudhoyono, istri Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Upacara penganugerahan tersebut digelar di Istana Negara pada 10 November 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.
Penghargaan ini diberikan atas jasa besar Sarwo Edhie dalam menjaga stabilitas nasional dan memperkuat pertahanan Indonesia di masa-masa kritis sejarah bangsa.
Baca Juga: BRI Sentuh 4.909 Desa Lewat Program Desa BRILiaN! Begini Cara Bank Plat Merah Ini Bangun Ekonomi dari Akar Rumput
Sosok dan Awal Perjalanan Hidup
Sarwo Edhie Wibowo lahir di Purworejo, Jawa Tengah, pada 25 Juli 1927. Sejak muda, ia dikenal disiplin, cerdas, dan memiliki semangat nasionalisme tinggi.
Karier militernya dimulai ketika bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) pada masa pendudukan Jepang, yang kemudian menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Setelah proklamasi kemerdekaan, Sarwo Edhie aktif dalam berbagai operasi militer untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Kedisiplinan dan kepemimpinannya membuatnya dipercaya memegang jabatan penting di tubuh TNI AD.
Baca Juga: Profil Marsinah, Buruh Tangguh dari Nganjuk yang Kini Resmi Jadi Pahlawan Nasional 2025
Jenderal Tegas di Masa Krisis
Nama Sarwo Edhie melambung ketika menjabat sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) — kini dikenal sebagai Kopassus — pada periode 1964–1967.
Di bawah kepemimpinannya, pasukan elit tersebut berperan penting dalam menumpas Gerakan 30 September/PKI (G30S/PKI) yang mengancam keutuhan bangsa.
Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Panglima Kodam II/Bukit Barisan dan Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, serta ditugaskan sebagai Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan pada tahun 1973–1978.







